Bukti Teori Gujarat: Masuknya Islam ke Nusantara Melalui Pedagang

Wait 5 sec.

Bukti teori Gujarat. (Gambar penyebaran islam di daerah pesisir pertama kali-sejarahindonesiadahulu)YOGYAKARTA - Salah satu teori masuknya agama Islam ke tanah Nusantara (Indonesia) menjelaskan bahwa agama dan kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang. Bukti teori Gujarat semakin mempertegas pendapat bahwa datangnya Islam ke nusantara terjadi saat pedagang Gujarat menantikan datangnya angin musim dan menetap di Indonesia.Banyak pedagang yang masuk ke Indonesia karena letak geografis Indonesia yang sangat strategis. Pedagang-pedagang yang masuk ke Indonesia ada yang berasal dari bangsa Arab, Gujarat (India), Persia, dan lain-lain. Mereka masuk ke Indonesia dengan membawa agama dan kebudayaan Islam. Dengan kehadiran para pedagang, penyebaran ajaran agama dan kebudayaan agama Islam dapat berkembang dengan pesat.Mereka pun mulai menjalin komunikasi dan juga interaksi dengan penduduk lokal sehingga terjadi asimilasi budaya melalui pernikahan.Ajaran Islam pun tersebar melalui hubungan atau ikatan keluarga. Asimilasi dapat kita pahami sebagai peleburan kebudayaan yang menghilangkan ciri khas budaya asli dan melahirkan kebudayaan baru.Bukti Teori Gujarat Lengkap dengan PenjelasannyaBeberapa bukti teori Gujarat dapat diketahui melalui batu nisan beberapa sultan sampai inskripsi atau dikenal pula sebagai prasasti. Seperti halnya dengan masuknya agama hindu ke nusantara, terjadi perdebatan mengenai bagaimana Islam masuk ke Indonesia.Hal inilah yang melatarbelakangi kemunculan beberapa teori masuknya agama Islam. Teori-teori tersebut antara lain teori Gujarat, teori Mekah, teori Cina, serta teori Persia. Informasi ini dapat kita temukan dalam Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas X yang disusun Mariana.Sementara itu, teori Gujarat didukung oleh Pijnapel, ilmuwan Universitas Leiden, Belanda. Ia menjelaskan masuknya Islam ke Indonesia karena dibawa oleh pedagang dari Gujarat sekitar abad ke-13 M.Adapun ilmuwan Belanda, Snouck Hurgronje, juga menjadi pendukung teori ini. Ia menyebutkan hubungan dagang Indonesia dan para pedagang asal Gujarat telah terjadi lebih lama, bahkan sebelum orang-orang Arab datang.Beberapa bukti yang memperkuat teori Gujarat antara lain karena adanya kesamaan batu nisan di Cambay, Gujarat, India dengan Batu nisan Sultan Malik As-Saleh di Pasai, Sumatera Utara dan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik.Kedua, dapat dilihat dari keterangan Marcopolo dari Venesia, Italia, di tahun 1292 saat singgah ia singgah di Perlak. Marcopolo melihat para penduduk telah memeluk Islam dan pedagang Islam India pun turut menyebarkan ajaran.Ketiga, inskripsi atau prasasti paling tua yang menyebutkan hubungan Gujarat serta Sumatra sudah terjalin cukup lama seperti yang dikatakan Hurgronje.Pada tahun 1912, teori Gujarat yang dicetuskan oleh J. Pijnapel ternyata dikembangkan kembali oleh J.P. Moquette. J.P Moquetta berpendapat bahwa teori Gujarat ini memang benar dapat dibuktikan. Salah satu bukti itu dapat dilihat pada batu nisan dari Sultan Malik Al-Saleh yang ada di Pasai, Aceh, yang memiliki kesamaan dengan batu nisan Maulana Malik Ibrahim yang makamnya terletak di Gresik, Jawa Timur.Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 Hijriah atau 1297 Masehi. Sedangkan, Maulana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419 Masehi. Berdasarkan kesamaan atau kemiripan pada batu nisan Sultan Malik Al-Saleh dan Maulana Malik Ibrahim, maka J.P Moquetta membuat kesimpulan bahwa batu nisan tersebut dikirim dari Gujarat, India. Fakta lain yang menguatkan, kaligrafi pada batu nisan tersebut adalah kaligrafi khas Gujarat.Demikianlah ulasan mengenai bukti teori Gujarat berdasarkan catatan sejarah. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.