Ilustrasi minyak mentah. Foto: Artem Oleshko/ShutterstockHarga minyak mentah turun pada Kamis (6/11), karena investor mempertimbangkan potensi kelebihan pasokan, serta melemahnya permintaan di Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar di dunia.Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 14 sen, atau 0,22 persen menjadi USD 63,38 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 17 sen, atau 0,29 persen menjadi USD 59,43.Harga minyak dunia turun untuk tiga bulan berturut-turut pada Oktober, di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan karena OPEC+ meningkatkan produksi, sementara produksi dari produsen non-OPEC juga masih tumbuh."Pasar terus dihantui oleh kelebihan pasokan yang paling tersirat dalam sejarah, yang merupakan hambatan bagi harga," kata John Kilduff, mitra di Again Capital.Namun, pelemahan permintaan tetap menjadi fokus. Sepanjang tahun hingga 4 November, permintaan minyak global naik 850.000 barel per hari, di bawah 900.000 barel per hari yang diproyeksikan sebelumnya oleh JPMorgan, ungkap bank tersebut dalam catatan klien.Pada sesi sebelumnya, harga minyak turun setelah Badan Informasi Energi AS mengatakan stok minyak mentah AS naik 5,2 juta barel menjadi 421,2 juta barel minggu lalu."Rendahnya tingkat operasional kilang menunjukkan bahwa saat ini permintaan minyak mentah di AS tidak kuat akibat musim pemulihan kilang yang signifikan. Hal ini pada dasarnya membebani harga," ujar Kilduff.Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, secara tajam menurunkan harga minyak mentahnya untuk pembeli Asia pada bulan Desember, menanggapi pasar yang tercukupi pasokannya karena produsen OPEC+ meningkatkan produksi."Kami memperkirakan tekanan penurunan harga minyak akan terus berlanjut, mendukung perkiraan kami yang di bawah konsensus sebesar USD 60 per barel pada akhir tahun 2025 dan USD 50 per barel pada akhir tahun 2026," kata Capital Economics dalam sebuah catatan.Menekan beberapa kerugian, sanksi terbaru terhadap perusahaan minyak terbesar Rusia dua minggu lalu memicu kekhawatiran tentang gangguan pasokan, meskipun ada peningkatan produksi dari OPEC dan sekutunya, kata para analis.