Pabrik Lotte Chemical Indonesia, Cilegon. Foto: YouTube/Sekretariat PresidenPT Lotte Chemical Indonesia (LCI) akhirnya memulai operasional proyek Pabrik New Ethylene di Cilegon, Banten. Pabrik ini akan menghasilkan 15 produk petrokimia dan menekan USD 1,5 miliar impor.Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan mengatakan investasi proyek ini mencapai USD 4 miliar dan sempat mangkrak selama 5-6 tahun."Proyek ini rancang untuk menghasilkan 15 jenis produk utama di antaranya etilana, propilina, dan berbagai produk turun lainnya yang menjadi bahan baku penting bagi industri hilir seperti peralatan medis, karet, sintetis, kabel listrik, ban kendaraan, serta beragam produk manufaktur yang mendukung kebutuhan masyarakat dan dunia industri," jelasnya saat peresmian, Kamis (6/11).Bahlil mengatakan, proyek ini merupakan pabrik petrokimia kedua di Indonesia setelah PT Chandra Asri Petrochemical yang dibangun pada 1992, saat masa pemerintahan Presiden ke-2 Soeharto."Setelah di zamannya Pak Harto, di zaman Orde Baru tidak pernah lagi kita mengerjakan proyek sebesar ini, 30 tahun kemudian Presiden Prabowo baru kemudian kita mampu eksekusi untuk meresmikan proyek yang sama di Republik ini," tuturnya.Presiden Prabowo Subianto beserta jajaran meresmikan Pabrik Lotte Chemical Indonesia, Cilegon, Kamis (6/11/2025). Foto: YouTube/Sekretariat PresidenKompleks pabrik seluas 110 hektare ini memiliki kapasitas produksi naphtha cracker sebesar 3 juta ton per tahun, menghasilkan 1 juta ton etilena, 520 ribu ton propilena, 350 ribu ton polipropilena, 140 ribu ton butadiena, dan 400 ribu ton BTX (benzena, toluena, xilena) setiap tahun.Bahlil menjelaskan, 70 persen produksi pabrik ini akan dipasarkan di dalam negeri, sekaligus menjadi substitusi impor produk petrokimia, sementara 30 persen sisanya akan diekspor."Dengan pabrik ini kita tidak lagi mengimpor secara besar-besaran seperti tahun sebelumnya, 70 persen adalah substitusi impor, 30 persen kita ekspor. Total nilai revenue-nya, jualannya per tahun itu USD 2 miliar, jadi USD 1,4-1,5 miliar (penjualan) di sini," ungkapnya.Dia menambahkan, dengan pemberian insentif tax holiday, Lotte akan mengembangkan investasinya. Sementara itu, pabrik ini menggunakan bahan baku LPG dan nafta."Seluruh bahan bakunya yang dibutuhkan dalam penunjang proyek ini adalah 1,2 juta LPG, kemudian nafta itu kurang lebih sekitar 2 juta bahan bakunya, dan nafta ini daripada minyak, kemudian LPG ini dari gas," kata Bahlil.Sementara itu, Chairman LOTTE Group Shin Dong-bin menyampaikan, proyek ini menjadi simbol kemitraan kuat antara Korea Selatan dan Indonesia serta landasan penting bagi penguatan industri petrokimia nasional.“Proyek ini merupakan salah satu investasi terbesar perusahaan Korea di Indonesia, melambangkan kemitraan yang kuat antara kedua negara, serta akan menjadi fondasi penting untuk memperkuat industri petrokimia Indonesia dan daya saing nasionalnya,” ungkapnya.Fasilitas ini mulai beroperasi secara komersial pada Oktober 2025 dan terintegrasi dengan pabrik polietilena (PE) berkapasitas 450 ribu ton yang telah beroperasi sebelumnya, sehingga diharapkan mampu meningkatkan efisiensi rantai produksi.Dari kompleks ini, LCI diproyeksikan mampu menciptakan nilai ekonomi sekitar USD 2 miliar per tahun. Proyek ini juga diharapkan mengurangi ketergantungan impor bahan baku petrokimia dan meningkatkan tingkat kemandirian nasional hingga 67 persen.