Presiden AS Donald Trump dalam wawancara khusus/FOTO via Instagram @whitehouseJAKARTA - Presiden AS Donald Trump memastikan tidak akan menghadiri sidang lisan Mahkamah Agung mengenai legalitas tarif dagang ke banyak negara.Para hakim agung dijadwalkan menghadiri sidang pada Rabu untuk membahas kasus tarif tersebut. Trump mengatakan meskipun dirinya ingin hadir, tapi dia tidak ingin mengganggu jalannya sidang."Saya sangat ingin pergi," kata Trump dilansir Reuters, Senin, 3 November. "Saya hanya tidak ingin melakukan apa pun yang akan mengalihkan perhatian dari pentingnya keputusan itu. Saya tidak ingin terlalu banyak perhatian tertuju pada diri saya. Ini bukan tentang saya, ini tentang negara kita,” sambung Trump.Persidangan di pengadilan tertinggi AS pada Rabu akan berpusat pada legalitas tarif global Trump yang luas dalam ujian besar bagi salah satu pernyataan paling beraninya tentang kekuasaan eksekutif, terkait isu yang telah menjadi inti agenda ekonomi dan perdagangannya.Mahkamah Agung menerima banding Departemen Kehakiman atas putusan pengadilan yang lebih rendah yang menyatakan bahwa Trump telah melampaui wewenangnya dalam mengenakan sebagian besar tarifnya berdasarkan undang-undang tahun 1977 yang dikenal sebagai Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional. Tarif tersebut ditentang oleh berbagai bisnis dan 12 negara bagian AS. Trump membela penerapan tarifnya untuk menyeimbangkan arus perdagangan global, dengan mengutip bea masuk tinggi selama bertahun-tahun yang dibebankan oleh negara lain atas impor AS. Ia mengatakan tarifnya telah meningkatkan pendapatan AS dan mendorong pasar saham ke serangkaian rekor tertinggi."Jika kita tidak memiliki tarif, kita tidak memiliki keamanan nasional, dan seluruh dunia akan menertawakan kita karena mereka telah menggunakan tarif terhadap kita selama bertahun-tahun dan memanfaatkan kita," katanya."Kita menjadi sasaran penyalahgunaan oleh banyak negara lain, termasuk Tiongkok. Selama bertahun-tahun, tidak lagi. Tarif telah memberi kita keamanan nasional yang luar biasa," tegas Trump.