Berguna untuk Indonesia, Banggakan Teman-teman Disabilitas di Ajang Dunia

Wait 5 sec.

Ganda putri para badminton Indonesi Leani Ratri Oktila dan Khalimatus Sadiyah saat berlaga di Polytron Indonesia Para Badminton International 2025. Foto: Polytron Indonesia Para BadmintonLeani Ratri Oktila menjelma jadi bintang di Polytron Indonesia Para Badminton International 2025. Ia menyabet tiga medali emas sekaligus dari tiga kategori yang diikutinya.Atlet asal Riau itu mengukuhkan diri jadi yang terbaik di tanah kelahirannya sendiri dalam nomor ganda putri SL3-SU5, ganda campuran SL3-SU5 serta tunggal putri SL4."Senang bisa mempertahankan gelar di tahun sebelumnya. Senang banget bisa meraih yang terbaik setelah saya absen dua kali event. Kuncinya konsisten di latihan, karena ini bentuk praktik dari latihan saya selama ini," tutur Ratri kepada kumparan di GOR Indoor Manahan, Solo, Jawa Tengah pada Minggu (2/11).Prestasinya di Polytron Indonesia Para Badminton International 2025 kemarin merupakan salah satu dari puluhan kesukseannya di level dunia. Capaian-capaian itulah yang membuatnya kini menyandang titel 'Ratu Para Badminton'.Namun, di balik keberhasilannya, Ratri menyimpan banyak cerita jatuh bangun dalam kariernya. Berprestasi sedari belia, namun depresi karena insiden yang dialami hingga akhirnya jadi atlet putri terbaik di para badminton dunia.Hikmat Ramdani dan Leani Ratri atlet para badminton asal Indonesia, saat beralaga di Polytron Indonesia Para Badminton International 2025. Foto: Dok. Polytron Indonesia Para BadmintonDepresi usai Patah Tangan & KakiBakat bulu tangkis Ratri memang sudah tampak sedari belia. Bermain sejak usia 7 tahun, Ratri sempat jadi andalan Riau di level junior.Ia raih medali di Porda Riau hingga memperkuat tim Riau di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PBSI. Ratri muda bahkan digadang-gadang bakal menembus Pelatnas PBSI bila kariernya terus berlanjut.Sayangnya, semua itu buyar pada 2011. Leani mengalami kecelakaan saat usianya menginjak 20 tahun, kaki kiri dan tangannya patah imbas insiden tersebut. Kecelakaan itu sempat membuat Ratri depresi dan menepi."Setelah itu setahun saya nggak olahraga lagi, hanya fokus di kuliah," tutur Ratri.Ratri tak larut dalam sedih terlalu lama, ia bahkan bisa memetik hikmah dari insiden yang menimpanya tersebut. Bagi Ratri, menepi setahun itu seolah menjadi waktu untuk beristirahat sejenak setelah belasan tahun mengayunkan raket di lapangan.Di 2012, semangat Ratri di bulu tangkis kembali membara. Ia putuskan untuk pindah kelas di kategori bulu tangkis untuk disabilitas."Patah kaki, patah tangan, puji Tuhan saya nggak nge-down. Maksudnya saya tetap semangat. Malah saya waktu itu berpikir ini waktunya saya istirahat. Setelah capek, saya anak nomor dua dari 10 bersaudara yang bawa adik-adik terus. Mungkin nggak bisa dibohongin, saya lelah. Tuhan ngasih saya waktu istirahat yang luar biasa patah kaki dan tangan yang memang nggak bisa ngapa-ngapain," kata Ratri."Setelah itu saya tetap bisa bangkit kembali karena saya mengalami depresi. Saya bersyukur aja gitu. Ternyata enak ya di rumah istirahat. Bener-bener istirahat dari semua tugas," tambahnya.Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila menyumbangkan medali emas dari nomor Ganda Campuran SL 3 - SU 5 untuk Indonesia setelah mengalahkan Fredy Setiawan/Khalimatus Sadiyah di final Polytron Indonesia Para Badminton International 2025. Foto: Dok. IstimewaDi awal terjun ke para badminton, Ratri mengaku tak yakin bisa sekompetitif dulu. Tapi keraguannya sirna saat ia meraih medali dalam turnamen pertamanya di para badminton. "Jadi saya yakin kembali bahwa saya bisa bersaing di sini," ujarnya.Kegigihan Ratri berlatih keras bertahun-tahun mengantarkannya pada posisi yang bahkan tak pernah terbayangkan. Ratri menangi berbagai kejuaraan level dunia, ia pun bahkan menjadi atlet para badminton terbaik di kelasnya.Puncaknya ialah pada 2020. Ratri menyabet dua emas dan satu perak di Paralimpiade Tokyo 2020. Dua emas didapat dari nomor ganda campuran dan ganda putri, sedangkan satu perak diraih dari tunggal putri.Tak berhenti di situ, Ratri juga kembali berhasil membawa pulang satu emas di Paralimpiade Paris 2024 untuk Indonesia. Itu menjadikannya atlet para-badminton Indonesia pertama yang mempertahankan medali emas di dua Paralimpiade berturut-turut.Dari situlah julukan 'Ratu Para Badminton' menyemat pada Ratri. Dan, Ratri memang amat pantas menyandangnya."Banyak pepatah kan mempertahankan jauh lebih sulit daripada meraih. Bangga banget bisa mempertahankan (emas Paralimpiade)," kata Ratri soal capaianya di Paralimpiade."Nangis, sedih, terharu. Kayaknya saya bermanfaat untuk Indonesia. Kayaknya saya bisa berguna untuk Indonesia. Saya bisa membanggakan teman-teman disabilitas di kancah internasional."Ganda campuran Indonesia Ramdani Hikmat dan Leani Ratri merayakan kemenangan medali emas pada pertandingan Paralimpiade Paris 2024 di Porte de La Chapelle Arena, Paris, Prancis, Senin (2/9/2024). Foto: Jennifer Lorenzini/REUTERS Ambisi Emas Terakhir ParalimpiadeRatri yang kini menginjak usia 34 menyadari jika kemampuannya memang sama seperti saat muda. Si 'Ratu Pada Badminton' itu juga sudah matangkan rencana untuk gantung raket. Keinginan untuk pensiun bahkan sempat terlintas di pikirannya selepas Paralimpiade Paris 2024.Tapi, ada satu hal yang mengganjal dalam pikirannya. Ada satu mimpi yang harus diwujudkan sebelum benar-benar berakhir, Ratri ingin meraih emas Paralimpiade Los Angeles 2028 di nomor tunggal putri. Kategori yang belum dimenangkannya hingga saat ini.Sekarang Ratri tengah menyusun rencana untuk menutup karier indahnya dan melengkapi satu kepingan medali emas Paralimpiade di nomor tunggal putri.Ganda campuran Indonesia Ramdani Hikmat dan Leani Ratri merayakan kemenangan medali emas pada pertandingan Paralimpiade Paris 2024 di Porte de La Chapelle Arena, Paris, Prancis, Senin (2/9/2024). Foto: Jennifer Lorenzini/REUTERS "Sebenarnya habis Paralimpiade Paris kemarin saya sudah sampaikan saya masih pensiun. Ternyata belum ada regenerasi," ungkap Ratri."Nanti kalau di Los Angeles masih sehat, masih diberi rezeki ya mungkin di sana nanti. Setelah itu saya pensiun. Sebenarnya saya kan sudah dapat emas di ganda campuran dan ganda putri Paralimpiade, dan semua gelar sudah saya raih. Cuma satu yang belum: emas Paralimpiade di tunggal putri.""Saya berjuang aja dulu nanti kalau puji Tuhan rezeki saya dapat emas di LA kan benar-benar kejutan. Di puncak itu saya sudah selesai semua. Gak ada yang gak mungkin." tandas Leani Ratri.