Ilustrasi salat Tarawih. Foto: Nugroho Sejati/kumparanKetika umat muslim menjadikan salat hanya formalitas:dan hati yang menjadi penggerak spiritualitas islamSebagai umat islam kita mengetahui bahwasannya salat adalah kewajiban yang paling utama bagi seorang muslim. Dan salat juga merupakan ibadah yang pertama kali di tanyakan ketika kita di alam kubur. Setiap hari jutaan umat islam meluangkan waktunya untuk mendirikan salat 5 waktu. Suara adzan yang menjadikan tanda panggilan mereka untuk bergerak mengambil wudu,berbaris rapih baik di masjid maupun dirumah. Namun,di balik hal itu ada yang patut dipertanyakan:"Apakah semua salat itu dapat mengantarkan hati kita ke Allah, atau hanya sekedar rutinitas tanpa makna?"Salat dalam bahasa merupakan doa. Selain itu salat juga merupakan dialog langsung kita kepada Allah. Tetapi,sangat disayangkan mayoritas umat muslim mendirikan salat hanya berhenti pada gerakan fisik dan bacaan lisan yang tidak paham akan makna nya. Jika kita mendirikan salat hanya sebgai formalitas berarti hal ini menunjukan bahwa sesuatu yang kita lakukan adalah sia - sia. Allah mewajibkan hamba-Nya untuk salat bukan semata-mata karena ia mengharapkan manfaat yang akan diperoleh-Nya. Akan tetapi pada hakikatnya,kita lah seorang hamba yang membutuhkan manfaat dari-Nya. Padahal sesungguh nya perintah salat itu merupakan rahmat dari Allah yang menjadi petunjuk hidup kita bahkan memberikan motivasi berupa janji surga dan berbagai kenikmatannya bagi orang yang melaksanakan kewajibannya,begitupun sebaliknya salat menjadi pengingat kita bahwa jika tidak di laksanakan maka ancaman siksa neraka akan menunggunya.Salat Tanpa Hati Bagaikan Ibadah tanpa RuhAllah berfirman dalam Al-Qur’an:فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (٥) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (٦)“Maka celakalah orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, yang berbuat riya.”(QS. Al-Ma’un [107]: 4–6)Ayat tersebut menjelaskan bahwasannya umat muslim hanya mengerjakannya sebagai formalitas bukan karena cinta dan kekhusyuannya kepada Allah.Dan didalam Hadits,Rasulullah ﷺ juga bersabda:ْإِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian.”(HR. Muslim no. 2564)Arti hadis tersebut menunjukan bahwa allah tidam menilai ibadah dalam bentuknya,tetapi Allah melihat dari niat dan kehadiran hati.Gerakan dan bacaan salat akan menjadi hampa bila hati tidak ikut sujud bersama tubuh.Hadirnya Hati Inti dari Spiritualitas SalatSalat memiliki dua aspek, yaitu aspek fisik dan aspek batin. Aspek fisik salat adalah salat yang dijelaskan oleh para ahli fikih sebagai ibadah khusus yang terdiri dari membaca dan melakukan gerakan, mulai dari ucapan takbiratul ihram hingga mengucapkan salam di akhir. Sementara itu, aspek batin salat adalah kondisi hati yang melibatkan perasaan dan keimanan ketika beribadah. Jadi, aspek batin salat terkait dengan emosi dan ketuhanan, yaitu al-zawq dan al-rühi. Menurut para ulama, berdasarkan kajian terhadap Al-Qur'an dan sunnah Nabi, aspek batin salat terdiri dari lima komponen utama, yakni tawajuh, munajat, istislam, ikhlas, dan khusyuk. Dengan demikian, salat yang memiliki aspek fisik dan batin terdiri dari tujuh komponen pokok,yakni: bacaan,gerakan,tawajuh,munajat,istislam,ikhlas,dan khusyuk. Jadi,salat yang diterima bukanlah salat yang panjang bacaannya atau megah gerakannya. Melainkan harus melalui dimensi fisik dan batin yang sudah disebutkan tadi.Dalam Surah Al-Mu’minun [23]: 1–2, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salat mereka.”Khusyuk bukan berarti tidak bergerak sama sekali, tetapi merupakan kesatuan antara hati dan tubuh dalam beribadah.Contoh Salat yang Bernilai karena Hati1. Salat Seorang Pedagang JujurSeorang pedagang yang salat dengan hati yang tulus selalu teringatkan oleh salatnya untuk tidak berbuat curang, karena hatinya selalu mengingat Allah.Inilah makna apa yang dikatakan Allah:اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ٤٥“Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 45)2. Salat di Tengah Kesibukan DuniaSeorang orang yang sibuk bekerja sepanjang hari, tetapi ketika azan berkumandang, ia berhenti dan melakukan wudu dengan tenang. Ia menyadari bahwa waktu salat yang singkat itu bukan hanya rutinitas, melainkan kesempatan istimewa untuk berjumpa dengan Allah. Itu adalah salat yang mampu menghidupkan hati.3.Salatnya Orang yang IkhlasAda orang yang salat tanpa ingin orang lain melihatnya, tidak membanggakan kesalehannya, tetapi hanya ingin Allah ridha. Meskipun di tempat yang sepi, ia tetap beribadah dengan penuh khusyuk. Itu adalah contoh salat yang penuh dengan ruh spiritualitas.Dampak Salat Hanya Menjadi FormalitasBanyak diantara kita yang selalu tergesa gesa dalam melaksanakan salat,membuat kita merasakan tidak ada efek yang didapatkan setelah kita melaksanakan salat dan berujung dengan rasa lelah hingga banyak mengeluh. Hal tersebut merupakan beberapa dampak dari ketidak khusyuan nya salat kita. Sangat sedih sekali padahal salat adalah komunikasi hamba dengan Allah,maksud dari komunikasi dengan Allah yaitu melalui salat seorang muslim dapat memiliki mental sehat. Apabila ditimpa kesusahan,mereka tidak berkeluh kesah dan apabila mendapat kan harta mereka tidak kikir,seperti ayat alquran ini:إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا ﴿۱۹﴾ إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا ﴿۲۰﴾ وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا ﴿۲۱﴾ إِلَّا الْمُصَلِّينَ ﴿۲۲﴾ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (۲۳)"Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa keburukan (kesusahan), ia berkeluh kesah. Apabila mendapat kebaikan (harta), ia amat kikir, kecuali orang-orang yang menger-jakan salat, yang selalu setia mengerjakan salatnya." (QS. Al-Ma'arij [70]: 19-23)Contoh lainnya seperti Kita mungkin bisa melaksanakannya tepat waktu, tapi setelah itu tidak merasa tenang. Hati tetap gelisah, emosi mudah memanas, dan tingkah laku tetap sama seperti biasa.Rasulullah ﷺ pernah mengatakan:“Banyak orang yang berdiri beribadah, tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain rasa lelah.”(HR. Ahmad)Maksudnya, secara fisik kita beribadah, tetapi secara jiwa, salat itu tidak sampai kepada Allah karena kurangnya keikhlasan dan kekhusyukan.Berikut adalah langkah - langkah kita untuk menghilangkan rasa formalitas di dalam hati kita dengan cara:A. Memperbaiki Diri dari Pemahaman1. Niatkan sebagai kebutuhanYakin bahwa salat itu kebutuhan dan obat dari kemalasan.2. Pelajari makna bacaanDengan kita memahami makna bacaan,jiwa kita akan tumbuh rasa khusyu didalam hati kita.3. Mendalami keutamaan salatDengan kita mengetahui keutamaan salat,kita akan mengerti tujuan dari salat itu apa dan kita mengerjakannya akan lebih terasa semangat karena tau maksud dibalik salat tersebut.B. Menjaga kekhusyukan1. Siapkan diri sebelum salat: Lakukan persiapan seperti wudu yang sempurna. Karena kesempurnaan salat diawali dengan wudu yang sempurna dan kenakan pakaian bersih. Siapkan diri lahir dan batin sebelum masuk waktu salat.2. Fokuskan pandangan: Arahkan pandangan ke tempat sujud untuk membantu memusatkan perhatian dan mencegah mata melirik ke hal lain. Dengan merasakan kehadiran Allah bahwa kita sedang berhadap hadapan dengannya walaupun kita tidak melihat nya,maka sesungguhnya ia tetap melihat apa yang kita kerjakan. Anggaplah setiap salat sebagai salat perpisahan dengan dunia agar lebih khusyuk.3. Tenang dan tidak terburu-buruLakukan setiap gerakan dengan tenang dan penuh kesadaran untuk mencapai tumakninah atau ketenangan dalam gerakan.4.Kuatkan rasa istiqomahJadikan salat prioritas utama. Jangan biarkan kesibukan dunia mengalahkan kewajiban salat. Mulai dari hal kecil seperti,jika kita merasa berat, mulailah dengan gerakan dan bacaan yang lebih sederhana, lalu tingkatkan secara bertahap. Lakukan perbaikan secara terus-menerus.5.Cari lingkungan yang mendukung dan bergaul dengan lingkungan yang baik Lingkungan yang baik akan mendukung kebiasaan baik kita. Karena ada hadis yang mengatakanعَنْ أَبِي مُوسَى رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«إِنَّمَا مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً»."Dari Abu Musa R.A: Rasulullah SAW. Bersabda: Perumpamaan teman bergaul yang saleh dan teman bergaul yang buruk adalah bagaikan penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi itu antara dia akan memberimu atau engkau akan membeli darinya, atau paling tidak engkau bisa mendapatkan darinya aroma yang wangi. Sedangkan pandai besi, bisa jadi dia akan membakar pakaianmu atau engkau akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya."