Bukan Hanya Asap Kendaraan, Berikut Contoh Polusi Udara yang Terjadi Secara Alami di Sekitar Kita

Wait 5 sec.

Ilustrasi contoh polusi udara yang terjadi secara alami (freepik)YOGYAKARTA - Polusi udara kerap dikaitkan dengan aktivitas manusia seperti asap kendaraan dan pabrik. Namun, tahukah Anda bahwa contoh polusi udara yang terjadi secara alami juga banyak di sekitar kita?Alam memiliki mekanisme sendiri yang menghasilkan partikel dan gas berbahaya ke atmosfer. Letusan gunung berapi, debu gurun, hingga kebakaran hutan alami adalah bukti nyata fenomena ini terjadi sejak jutaan tahun lalu.Air Quality Education Specialist, Fiona Green dilansir dari laman Clarity Movement Co. menjelaskan beberapa hal mengenai polusi udara di alam. Berikut ini VOI rangkum untuk Anda:Pengertian Polusi Udara AlamiPolusi udara alami adalah pencemaran udara yang berasal dari sumber-sumber alam tanpa campur tangan manusia. Berbeda dengan polusi antropogenik yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti kendaraan dan industri, polusi alami terjadi melalui proses alamiah di bumi.Meskipun sebagian besar polusi udara berbahaya berasal dari aktivitas manusia, sumber alami juga melepaskan polutan seperti partikulat, ozon, metana, dan senyawa organik volatil yang dapat mempengaruhi kualitas udara dan kesehatan.Contoh Polusi Udara yang Terjadi Secara AlamiLetusan Gunung BerapiSaat meletus, gunung berapi melepaskan gas berbahaya ke atmosfer termasuk karbon dioksida (CO2) dan sulfur dioksida (SO2). Gas SO2 dapat menyebabkan iritasi tenggorokan, mata, dan saluran pernapasan. Selain itu, gunung berapi juga menghasilkan abu vulkanik berupa partikulat berbahaya.Badai Pasir dan DebuDi wilayah kering seperti gurun, angin kencang mengangkat partikel pasir dan debu ke udara, menciptakan badai partikulat PM10 dan PM2.5.Perlu diketahui, badai ini mempengaruhi 151 negara dan lebih dari 300 juta orang setiap hari, menyebabkan penyakit pernapasan dan kardiovaskular.Aerosol Garam LautSemprotan air laut menghasilkan aerosol yang terdiri dari garam laut anorganik dan bahan organik. Partikel garam laut teremisi oleh tekanan angin di permukaan laut, mengandung natrium klorida, magnesium, dan sulfat dalam berbagai ukuran PM2.5 dan PM10.Kebakaran HutanKebakaran hutan menghasilkan berbagai polutan berbahaya seperti PM2.5, PM10 (abu), karbon hitam, karbon monoksida, nitrogen oksida, ozon, dan senyawa organik volatil (VOCs).Selain itu, karbon hitam dapat menyebabkan penyakit jantung dan paru-paru, serta berkontribusi pada pemanasan global.Baca juga artikel yang membahas Tanda-Tanda Paru-Paru Bermasalah yang Harus Diketahui: Berikut Penjelasan LengkapnyaVegetasiTumbuhan melepaskan senyawa organik volatil (VOCs) untuk menarik penyerbuk dan merespons kondisi lingkungan. Lebih dari 1700 VOCs telah diidentifikasi dari berbagai spesies tanaman. Berbeda dengan VOCs antropogenik, VOCs dari tanaman cenderung kurang berbahaya.Dekomposisi Bahan OrganikProses penguraian bahan organik menghasilkan amonia, metana, nitrous oksida, dan karbon dioksida melalui dekomposisi anaerobik (tanpa oksigen) atau aerobik (dengan oksigen).PetirSiapa sangka melalui suhu ekstrem, petir menghasilkan nitrogen oksida yang berkontribusi pada pembentukan ozon permukaan tanah. Namun petir juga menghasilkan radikal hidroksil yang membantu membersihkan udara dari gas rumah kaca tertentu.Gas RadonUranium yang terurai secara alami di batuan dan tanah membentuk gas radon radioaktif. Gas ini tidak terlihat, tidak berbau, namun dapat menyebabkan kanker paru-paru jika terakumulasi di dalam ruangan.Dampak terhadap Lingkungan dan KesehatanPolusi udara alami dapat menurunkan kualitas udara dan berdampak pada kesehatan manusia. Selain itu, paparan jangka pendek juga dapat menyebabkan iritasi mata, kesulitan bernapas, hingga serangan asma.Beberapa polutan alami seperti karbon hitam dari kebakaran hutan berkontribusi pada pemanasan global.Meskipun demikian, emisi dari aktivitas manusia saat ini menghasilkan polusi 60 kali lebih banyak dibanding sumber alami seperti gunung berapi.Dengan memahami contoh polusi udara yang terjadi secara alami membantu kita menyadari bahwa pencemaran udara bukan hanya hasil ulah manusia. Meski demikian, aktivitas antropogenik tetap menjadi penyumbang terbesar polusi udara.