Smartphone dan Media Sosial: Pedang Bermata Dua di Tengah Masalah dengan ICE

Wait 5 sec.

Ilustrasi aplikasi pengawasan ICEBlock (foto: x @WIRED)JAKARTA - Smartphone kini menjadi alat penting bagi warga Amerika Serikat dalam membagikan gambar dan video terkait penggerebekan, penangkapan, serta aksi protes terhadap ICE (Immigration and Customs Enforcement). Namun, di sisi lain, perangkat yang sama juga digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap warga sipil, menjadikannya pedang bermata dua di tengah situasi yang semakin rumit.Bagi banyak warga AS saat ini, smartphone telah menjadi senjata utama untuk melawan tindakan ICE, dengan harapan bahwa dokumentasi publik terhadap aksi agen ICE dapat menekan penggunaan kekerasan selama penggerebekan.Dalam beberapa kasus, rekaman video yang diunggah ke media sosial bahkan membuat agen ICE menghentikan aksinya, seolah mereka sadar bahwa tindakan tersebut tidak pantas dilakukan di depan publik.Rekaman-rekaman ini, bersama dengan foto-foto yang diambil melalui smartphone, menyebar luas di media sosial. Tak mengherankan, karena platform seperti X (Twitter), Instagram, dan TikTok kini menjadi sumber utama penyebaran informasi tentang peristiwa aktual — termasuk kejadian-kejadian yang sering kali luput dari perhatian media besar.Selain media sosial, sejumlah aplikasi seperti ICEBlock juga bermunculan tahun ini. Aplikasi tersebut memungkinkan warga saling berbagi informasi mengenai lokasi keberadaan agen ICE secara real-time, agar masyarakat dapat menghindari area berisiko.Cara kerjanya mirip seperti aplikasi Waze yang menginformasikan lokasi razia lalu lintas. Namun demikian, meskipun berguna bagi banyak orang, smartphone dan media sosial tetap menjadi pedang bermata dua di tengah ketegangan ini.ICE dan Trump Juga Gunakan Teknologi untuk PengawasanDi sisi lain, ICE dan pemerintahan Donald Trump juga memanfaatkan smartphone dan media sosial sebagai alat pengawasan terhadap masyarakat. Situasi ini menciptakan jalan dua arah yang tidak menguntungkan sepihak. Oleh karena itu, kini lebih dari sebelumnya, masyarakat diminta berhati-hati dengan apa yang mereka bagikan di dunia maya.Baik dalam bentuk opini, rekaman video, maupun aplikasi yang memantau aktivitas ICE, setiap unggahan publik bisa saja digunakan untuk tujuan yang tidak diinginkan. Sejumlah aplikasi seperti ICEBlock dan Eyes Up yang dirancang untuk membantu masyarakat melaporkan tindakan kekerasan atau penculikan oleh agen ICE telah dihapus dari toko aplikasi Google Play dan Apple App Store atas tekanan pemerintah.Menurut laporan Kyle Chayka di The New Yorker, ICE menggunakan perangkat lunak buatan Palantir untuk mengumpulkan data dari media sosial, catatan pemerintah, hingga data biometrik para tahanan. Dengan teknologi seperti ini, aparat dapat memantau aktivitas daring siapa pun yang mereka anggap berpotensi “bermasalah.”Masyarakat diimbau untuk tetap bijak dalam membagikan informasi. Bukan berarti tidak boleh menyuarakan pendapat atau membagikan bukti penyalahgunaan kekuasaan, tetapi setiap tindakan sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan matang.Sejauh ini belum ada laporan luas mengenai individu yang ditargetkan secara langsung karena unggahan mereka terkait ICE atau kebijakan pemerintahan Trump. Namun, bukan berarti hal itu tidak akan terjadi. Semakin jauh masa jabatan kedua Trump berjalan, semakin banyak hal yang mungkin terjadi — bahkan yang sebelumnya sulit dipercaya beberapa tahun lalu