One UI 8.5 Siap Hadir: Samsung Ciptakan Fitur Pintar untuk Hemat Data Saat Scroll Sosial Media

Wait 5 sec.

Ilustrasi pembaruan antarmuka terbaru, One UI 8.5. (foto: x @theonecid)JAKARTA - Samsung sedang menyiapkan kejutan menarik di pembaruan antarmuka terbarunya, One UI 8.5. Bocoran terbaru menyebutkan, sistem ini akan membawa fitur baru bernama “Adaptive Data Saver”, yang dirancang khusus untuk menghemat kuota internet ketika pengguna scroll media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube—tanpa mengorbankan kualitas tampilan.Selama ini, aktivitas scroll di aplikasi sosial media dikenal sebagai penyebab utama boros baterai dan data, karena video terus dimuat di latar belakang bahkan ketika pengguna tidak benar-benar menontonnya. Menurut laporan Android Authority, fitur Adaptive Data Saver yang ditemukan dalam build awal One UI 8.5 akan mengatur cara aplikasi memuat video. Alih-alih otomatis mengunduh setiap video saat pengguna menggulir, sistem hanya akan memuat konten ketika pengguna berhenti atau menekan video tersebut.Meski sederhana, konsep ini bisa berdampak besar. Dengan mencegah proses prefetching (pemanggilan data sebelum konten ditampilkan), Samsung berupaya membuat penggunaan data lebih efisien tanpa membuat pengalaman pengguna terasa lambat atau menurun kualitasnya. Menariknya, berdasarkan string kode yang ditemukan, Samsung menjamin kualitas video tetap sama, artinya pengguna bisa tetap menikmati konten dalam resolusi tinggi tanpa takut kuota bocor sia-sia.Belum ada rincian pasti bagaimana fitur ini bekerja di balik layar, tapi secara teknis, sistem tampaknya akan mengatur ulang perilaku prefetching aplikasi agar hanya memuat data yang benar-benar dibutuhkan. Jika penerapannya berhasil, fitur ini bisa jadi penyelamat bagi pengguna yang sering kehabisan kuota akibat doomscrolling harian.Meski One UI 8.5 kabarnya mengalami sedikit penundaan rilis, pembaruan ini tampak membawa perubahan nyata dalam efisiensi penggunaan perangkat. Jika benar hadir di versi stabil, Samsung bukan cuma melindungi privasi pengguna dari pelacakan aplikasi—tetapi kini juga melindungi kuota internet dari “serangan lapar data” media sosial.