Arsip - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menghadiri KTT Darurat Arab-Islam di Doha, Qatar (15/9/2025). (ANTARA/HO-KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan dukungan yang diberikan pemerintahnya terhadap rencana perdamaian di Gaza oleh Presiden AS Donald Trump saat ini masih terbatas. "Mengenai perjanjian [rencana perdamaian Trump] itu, saya nyatakan dukungan terbatas. Karena kita masih mau lihat jaminan kebebasan dan kemerdekaan Palestina," kata Anwar dalam pernyataan video yang dilihat di Kuala Lumpur, Sabtu (4/10).Dia mengatakan keputusan Malaysia akan terkait pula dengan keputusan negara-negara Arab-Islam dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. Sejauh ini, Hamas telah meminta agar Israel menghentikan serangan, membebaskan tawanan Palestina, dan memberikan akses terhadap bantuan kemanusiaan, yang menurut Anwar perlu dijelaskan lebih terperinci. Dia juga mengatakan bahwa aspek dan dimensi yang terpenting saat ini adalah kebijaksanaan dan kesabaran yang tinggi, terutama untuk menghentikan serangan dengan segera, menjamin situasi aman, dan membuka akses bagi bantuan kemanusiaan. Anwar menyatakan bahwa negara-negara Arab, terutama Qatar, Turki dan dunia Islam memegang peranan penting untuk memastikan gencatan senjata berjalan permanen dan menghidupkan kembali peluang untuk penyelesaian konflik secara politik. Di sisi lain, Amerika Serikat juga dinilainya memikul tanggung jawab yang besar, khususnya memberi tekanan kepada Israel agar tunduk dan menghormati kewajibannya, serta mesti memberi ruang dan peluang bagi diplomasi. "Pada akhir bulan ini, saya akan menyambut kedatangan Presiden Trumpke Kuala Lumpur, bertepatan dengan KTT Asia Timur, dan sidang ASEAN-AS," kata Anwar. Dia mengatakan dirinya menanti dan mengharapkan ruang dialog dan wacana terbuka tentang bagaimana Malaysia, bersama para anggota ASEAN lainnya, dapat menyumbang gagasan tentang dunia yang adil dan damai, yang mencakup serta menjamin hak rakyat Palestina dan negara Palestina yang berdaulat.