Kenangan Sekolah: Mengapa Masa Itu Sulit Dilupakan?

Wait 5 sec.

Ilustrasi siswa berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Foto: Ibenk_88/ShutterstockBagi sebagian orang, sekolah mungkin hanya fase hidup yang “wajib dijalani”. Namun, ketika waktu berjalan dan melangkah semakin jauh, masa sekolah justru sering muncul kembali dalam ingatan. Kita merindukan suasana kelas, canda tawa di kantin, hingga deg-degan menunggu hasil ujian. Pertanyaannya: Mengapa masa sekolah begitu sulit dilupakan, padahal saat menjalaninya kita sering merasa lelah, jenuh, bahkan terkesan ingin cepat lulus?Lebih dari Sekadar BelajarSekolah memang dirancang sebagai tempat belajar, tapi fungsi sebenarnya jauh lebih luas. Di sekolah, kita bukan hanya mempelajari matematika, bahasa, atau sejarah, tetapi juga kehidupan.Ilustrasi anak Sekolah Dasar Foto: ShutterstockKita belajar arti persahabatan saat ada teman yang selalu menemani; kita belajar arti kejujuran ketika memilih tidak menyontek meskipun godaan besar ada di depan mata; kita belajar arti tanggung jawab saat ditunjuk menjadi ketua kelompok meskipun merasa belum siap. Semua pengalaman itu menempel erat dalam ingatan, menjadikan sekolah sebagai salah satu bab paling berwarna dalam hidup.Tempat Pertemuan dengan Beragam KarakterSekolah adalah miniatur masyarakat. Di dalamnya, kita bertemu dengan beragam karakter: ada yang pendiam, supel, ambisius, bahkan ada orang yang sering membuat kelas ribut. Perbedaan ini mungkin terasa melelahkan saat itu, tetapi justru menjadi bekal penting untuk kehidupan setelah lulus.Ilustrasi anak SMA perempuan. Foto: ShutterstockSekolah mengajarkan kita tentang bagaimana kita belajar berkompromi dengan teman yang keras kepala, bagaimana kita memahami teman yang sulit diajak bekerja sama, hingga bagaimana kita belajar menghargai teman yang selalu berusaha meski nilainya tidak pernah sempurna. Semua itu adalah pelajaran sosial yang tak tertulis, tetapi nyata terasa manfaatnya.Guru Sebagai Sosok yang MembekasSelain teman, guru juga merupakan bagian yang sulit dilupakan. Ada guru yang gaya mengajarnya membuat kita jatuh cinta pada sebuah mata pelajaran. Ada pula guru yang dikenal tegas dan disiplin—yang mungkin saat itu membuat kita sering mengeluh—tetapi belakangan kita sadari bahwa sikap tegas itulah yang membentuk kedewasaan kita.Ilustrasi Guru Mengajar di Sekolah Rakyat. Foto: KemendikdasmenKita mungkin masih ingat guru yang selalu memberikan motivasi sebelum ujian, atau guru yang rela meluangkan waktu ekstra untuk menjelaskan pelajaran kepada siswa yang belum paham. Sosok mereka bukan hanya “pengajar”, tetapi juga pembimbing dan teladan yang jejaknya tetap kita kenang.Ritme Kehidupan yang Tak TerulangMasa sekolah juga identik dengan rutinitas yang sederhana, tapi penuh makna. Dari berangkat pagi dengan seragam, mengikuti upacara bendera setiap Senin, istirahat sambil jajan di kantin, hingga menunggu bel pulang berbunyi. Saat masih di sekolah, mungkin rutinitas ini terasa membosankan. Namun, ketika kita sudah beranjak dewasa, justru ritme sederhana itulah yang sering kita rindukan.Ilustrasi upacara bendera 17 Agustus-an. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparanDi dunia kerja atau kuliah, rutinitas menjadi lebih kompleks, penuh tekanan, dan tidak jarang melelahkan. Ada target yang harus dicapai, tanggung jawab besar yang harus diemban, dan ada tuntutan yang tidak bisa ditunda. Karena itu, kenangan masa sekolah sering hadir sebagai pengingat bahwa seseorang pernah ada dalam fase hidup di mana dirinya bisa tertawa lepas tanpa adanya banyak beban.Sekolah sebagai Rumah KeduaBagi sebagian orang, sekolah bahkan lebih dari sekadar tempat belajar. Ia menjadi rumah kedua, tempat kita menghabiskan sebagian besar waktu tumbuh dan berkembang. Dari pagi hingga sore, kita menjalani aktivitas bersama orang-orang yang akhirnya terasa seperti keluarga.Ilustrasi pelajar SMA. Foto: ShutterstockDi sekolah, kita menemukan sahabat sejati. Kita belajar mengatasi konflik, berbagi cerita, hingga mendukung satu sama lain dalam situasi sulit. Banyak pula yang menemukan bakat dan minatnya di sekolah: ada yang mulai menulis di majalah dinding, ada yang pertama kali berani tampil di panggung, ada yang menemukan kecintaannya pada olahraga. Semua itu menjadi bagian penting dari perjalanan diri.Masa Sekolah dan Rasa NostalgiaKetika kita sudah lulus, kenangan sekolah sering muncul tiba-tiba dalam ingatan: lagu-lagu yang dulu sering diputar di kelas, foto kenangan saat perpisahan, atau sekadar aroma buku baru yang mengingatkan kita pada masa itu. Nostalgia ini bukan sekadar romantisasi masa lalu, melainkan bagian dari cara kita menghargai perjalanan hidup.Ilustrasi kantin sekolah. Foto: ShutterstockMungkin kita tidak menyadarinya, tetapi masa sekolah adalah periode di mana kita mengalami begitu banyak momen “pertama kali”: pertama kali mendapat nilai jelek, pertama kali mengikuti lomba, pertama kali jatuh cinta, hingga pertama kali berani mengambil keputusan sendiri. Semua pengalaman “pertama kali” ini begitu kuat menempel dalam ingatan, menjadikan masa sekolah sulit tergantikan.Mengapa Kita Harus Merawat Kenangan Itu?Kenangan sekolah sebaiknya tidak hanya dianggap sebagai nostalgia belaka. Ia bisa menjadi pengingat bahwa setiap orang pernah melalui proses panjang untuk sampai di titiknya sekarang. Bahwa setiap orang pernah belajar dari nol, pernah gagal, pernah bangkit, dan pernah berusaha lagi.Dengan mengingat masa sekolah, kita bisa lebih menghargai diri sendiri. Kita sadar bahwa meskipun jalan hidup penuh dengan tantangan, kita telah ditempa oleh pengalaman sederhana yang membentuk karakter. Sekolah mengajarkan kita bahwa hidup bukan hanya soal menang atau kalah, melainkan soal bagaimana kita tumbuh, belajar, dan terus berproses.Ilustrasi siswa berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Foto: Toto Santiko Budi/ShutterstockMungkin benar kata banyak orang: masa sekolah adalah masa paling indah dalam hidup. Bukan karena semuanya selalu menyenangkan, melainkan karena di sanalah kita merasakan campuran lengkap antara suka dan duka, tawa dan tangis, serta kegagalan dan keberhasilan.Sekolah bukan hanya ruang kelas. Ia adalah ruang hidup yang melahirkan cerita, membentuk karakter, dan meninggalkan jejak yang sulit dilupakan. Mungkin, suatu hari nanti ketika kita sudah jauh melangkah, kita akan menoleh ke belakang dan berkata: “Ah, ternyata masa itu adalah masa-masa yang paling berharga.”