Ilustrasi sedang berbicara. Sumber : ShutterstockBahasa Indonesia lebih dari sekedar alat komunikasi. Bahasa Indonesia adalah inti dari identitas nasional yang menyatukan berbagai bahasa, suku, dan budaya yang ada di seluruh Nusantara. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jembatan persatuan dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan bahasa daerah. Sulit untuk membayangkan bagaimana Indonesia dapat menyatukan warganya dalam identitas yang sama tanpa bahasa ini. Menurut Ki Hajar Dewantara, "Bahasa yang baik adalah cermin dari peradaban bangsa." Bahasa mencerminkan nilai, karakter, dan sejarah suatu bangsa, Jika Bahasa Indonesia tergerus, jati diri bangsa pun ikut terancam. Bahasa Indonesia telah diperjuangkan sejak awal kemerdekaan. Dalam Sumpah Pemuda 1928, para pemuda dari berbagai wilayah berkomitmen untuk mempersatukan tanah air, bangsa, dan bahasa. Bahasa Indonesia adalah simbol kedaulatan budaya dan politik juga. Orang-orang seperti Soetan Takdir Alisjahbana mengatakan bahwa bahasa Indonesia adalah dasar untuk memajukan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan sastra nasional. Penyebaran budaya dan ilmu pengetahuan ke generasi berikutnya akan menjadi lebih sulit jika tidak ada bahasa yang baik.Menjaga bahasa Indonesia bukan hal yang mudah. Dunia saat ini dipenuhi dengan teknologi digital dan globalisasi, yang mengakibatkan arus budaya asing yang sangat kuat. Generasi muda sering menggunakan bahasa gaul, singkatan, dan campuran bahasa asing di media sosial. Meskipun kreativitas berbahasa dihargai, penyimpangan berlebihan dapat mengganggu kemampuan menulis dan berbicara dengan cara yang sesuai dengan norma bahasa Indonesia. Fenomena ini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya bahasa sendiri harus terus ditanamkan di keluarga, masyarakat, dan sekolah.Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai sarana untuk mempertahankan karya sastra dan sejarah bangsa. Puisi klasik seperti "Siti Nurbaya" karya Marah Rusli atau puisi Chairil Anwar hanya dapat dinikmati dan dipahami secara utuh dalam bahasa Indonesia. Jika generasi muda tidak menguasai dan mencintai bahasa ini, mereka akan kehilangan akses ke warisan intelektual bangsa. Begitu pula, bahasa Indonesia menjadi alat untuk menulis sejarah kontemporer, menyampaikan ide ilmiah, dan berkomunikasi di kancah internasional tanpa kehilangan identitasnya.Menjaga bahasa Indonesia adalah tanggung jawab seluruh bangsa, bukan hanya individu. Pemerintah telah meluncurkan berbagai program literasi, kampanye "Cinta Bahasa Indonesia," dan penerapan bahasa resmi dalam pemerintahan negara. Sekolah dan perguruan tinggi memiliki peran besar dalam meningkatkan keterampilan bahasa. Sejak dini, orang tua harus menunjukkan contoh dengan mengajarkan anak-anaknya mencintai bahasa sendiri. Orang-orang budaya dan sastra seperti Goenawan Mohamad dan Sapardi Djoko Damono juga menekankan pentingnya mempertahankan bahasa Indonesia agar tetap ada dalam sastra, jurnalistik, dan percakapan sehari-hari.Bahasa Indonesia juga harus berkembang sesuai dengan zaman. Bahasa harus fleksibel dan dapat menyerap istilah baru dari bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa kehilangan nilai-nilai budayanya. Misalnya, kata-kata seperti digital, teknologi, dan sains dapat diterjemahkan dengan benar ke dalam bahasa Indonesia agar tetap relevan dan dipahami oleh masyarakat umum. Ini menunjukkan bahwa mempertahankan bahasa tidak berarti keras kepala; sebaliknya, itu berarti bijak dalam menyeimbangkan tradisi dan inovasi.Oleh karena itu, mempertahankan bahasa Indonesia dan jati diri bangsa adalah "seruan nyata untuk bertindak", bukan hanya ungkapan retoris. Menjaga bahasa Indonesia berarti menjaga identitas, sejarah, karya budaya, dan martabat bangsa. Ketika bahasa ini masih digunakan, generasi berikutnya memiliki "akar budaya yang kuat", kreativitas meningkat, dan kebanggaan terhadap bangsa tetap terjaga. Sebaliknya, mengabaikan bahasa nasional sama dengan "perlahan mengikis jati diri bangsa". Karena itu, untuk masa depan bangsa yang berbudaya, berpendidikan, dan bermartabat, setiap warga negara dari pemerintah, pendidik, orang tua, hingga generasi muda, memiliki tanggung jawab yang sama untuk mencintai, Bahasa Indonesia.