Mengapa E. coliTidak Selalu Berbahaya, Namun Menjadi Momok di Berita Keracunan

Wait 5 sec.

Nama Escherichia coli atau E. coli hampir selalu muncul dalam pemberitaan kasus keracunan makanan. Bakteri ini sering digambarkan sebagai ancaman serius bagi kesehatan manusia. Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya tepat. Pada kenyataannya, sebagian besar E. coli justru hidup berdampingan dengan manusia dan memberikan manfaat bagi tubuh.Menurut World Health Organization (WHO), Escherichia coli merupakan bakteri Gram-negatif yang secara alami hidup di dalam usus manusia dan hewan berdarah panas. Bakteri ini merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran pencernaan. Mayoritas strain E. coli tidak berbahaya dan berperan dalam membantu proses pencernaan serta menjaga keseimbangan mikroorganisme di dalam usus (World Health Organization, 2018).Gambar 1. Gambar morfologi Escherica coli. Sumber: https://www.istockphoto.com/id/vektor/struktur-escherichia-gm481797646-69582655Manfaat Escherica coli (E. coli) Bagi ManusiaSebagian besar strain Escherichia coli hidup sebagai mikroorganisme komensal yang memberikan manfaat bagi inangnya. Salah satu kontribusi penting bakteri ini adalah membantu produksi vitamin K yang dibutuhkan dalam proses pembekuan darah. Selain itu, E. coli turut menjaga keseimbangan ekosistem mikrobiota usus sehingga bakteri patogen sulit berkembang biak.Peran ini menunjukkan bahwa E. coli tidak dapat secara langsung dianggap sebagai ancaman. Dalam kondisi normal, keberadaannya justru mendukung fungsi biologis tubuh manusia secara optimal (Mudau et al., 2025).Ketika Escherichia coli (E. coli) Berubah Menjadi Berbahaya Bagi ManusiaMasalah kesehatan muncul ketika E. coli memiliki faktor virulensi tertentu yang membuatnya bersifat patogen. Strain E. coli patogen dapat masuk ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Infeksi ini dapat menyebabkan diare akut hingga kronis, nyeri perut, mual, dan dalam kasus tertentu berujung pada komplikasi serius.Salah satu strain yang sering dilaporkan menyebabkan wabah keracunan makanan adalah Enteroaggregative Escherichia coli (EAEC). Strain ini diketahui dapat menimbulkan gangguan pencernaan yang berat dan berpotensi mengancam jiwa, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak. Selain itu, munculnya strain E. coli yang resistan terhadap antibiotik semakin memperumit penanganan medis terhadap infeksi ini (Liu et al., 2025).Dampak Kesehatan di Indonesia Kasus wabah keracunan pangan di Kabupaten Bantul pada tahun 2023 menjadi contoh nyata dampak infeksi E. coli terhadap kesehatan masyarakat. Wabah tersebut memiliki tingkat serangan sebesar 48,6%, dengan 68 orang dilaporkan mengalami gejala setelah mengonsumsi ayam goreng yang terkontaminasi. Gejala yang paling banyak dilaporkan adalah diare (95,6%) dan nyeri perut (70,6%).Masa inkubasi infeksi tergolong cepat, dengan rata-rata gejala muncul sekitar lima jam setelah konsumsi makanan. Hasil pemeriksaan laboratorium mengonfirmasi keberadaan E. coli patogen sebagai penyebab utama kejadian tersebut (Iskandar et al., 2025).Sumber Kontaminasi dan Upaya Pencegahan Kontaminasi Escherichia coli umumnya berasal dari tinja manusia atau hewan yang mencemari air, tanah, dan bahan pangan. Praktik higiene yang buruk, seperti tangan penjamah makanan yang tidak bersih, peralatan masak yang tidak dicuci dengan benar, serta lingkungan yang tidak higienis, menjadi faktor utama penyebaran bakteri ini.Pencegahan infeksi E. coli dapat dilakukan melalui langkah-langkah sederhana namun efektif, seperti mencuci tangan sebelum mengolah makanan, memastikan peralatan dapur bersih, serta memasak makanan hingga matang sempurna. Penerapan higiene dan sanitasi yang baik terbukti mampu menurunkan risiko kontaminasi bakteri patogen secara signifikan (Halimatussadiyah et al., 2024).