Danantara (Foto: VOI)JAKARTA - Senior Director of Business Performance & Assets Optimization PT Danantara Asset Management (Persero) Bhimo Aryanto menginginkan pabrik soda ash yang mulai dibangun di Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim), menjadi benchmark baru bagi industri kimia hijau Indonesia.“(Benchmark yang dimaksud adalah menjadi) simbol bahwa efisiensi, profitabilitas, dan berkelanjutan dapat berjalan beriringan,” ujar dia mengutip Antara.Pabrik soda ash yang pertama di Indonesia mulai dibangun oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui PT Pupuk Kaltim dengan nilai investasi sebesar Rp5 triliun dari pendanaan perseroan dan perbankan nasional. Pabrik ini ditargetkan selesai pada Maret 2028.Menurut Bhimo, pembangunan itu merupakan langkah besar menuju kemandirian industri kimia nasional, dan menjadi bagian dari komitmen Danantara dalam mewujudkan transformasi hilirisasi industri di tanah air.Lebih lanjut, kehadiran pabrik soda ash dinilai memiliki arti strategis yang sangat penting bagi Indonesia. Komoditas itu adalah bahan baku utama industri kaca, detergen, tekstil pulp and paper, hingga baterai kendarai.Selama ini, ia mengatakan segala kebutuhan soda ash nasional dipenuhi melalui impor. Misalnya, pemerintah mengimpor 801,67 ribu soda ash pada tahun 2024, sementara permintaan terus meningkat dari tahun ke tahun.Melalui pembangunan pabrik tersebut, Danantara bersama PI dan Pupuk Kaltim disebut mengambil langkah nyata untuk memenuhi kebutuhan soda ash dalam negeri, sekaligus mendukung program hilirisasi industri serta peningkatan daya saing dan pertumbuhan ekonomi nasional.Dengan kapasitas produksi yang signifikan, lanjutnya, pabrik ini diharapkan mampu menggantikan impor secara bertahap, dan membuka jalan bagi potensi ekspor di masa depan.Bhimo menegaskan bahwa pembangunan pabrik tersebut bagian dari upaya mendukung Asta Cita, khususnya pilar hilirisasi industri dan kemandirian ekonomi nasional, guna memperkuat rantai nilai industri dalam negeri hingga penyediaan lapangan kerja berkualitas bagi masyarakat Indonesia.Karena itu, menurut dia, proyek tersebut merupakan investasi masa depan bangsa yang membawa semangat transformasi ekonomi menuju Indonesia Emas 2045.“Sebagai bagian dari Danantara, Pupuk Indonesia Group terus berinovasi dalam pembangunan industri yang efisien, rendah emisi, dan berkelanjutan, dimana sebagian bahan bakunya memanfaatkan produk dari proses produksi eksisting di Pupuk Kaltim. Dengan demikian, kita tidak hanya menciptakan industri baru, tetapi juga mengoptimalkan sumber daya yang ada dan mengurangi limbah industri secara signifikan,” ujar dia.Pembangunan pabrik soda ash di Bontang juga dinyatakan bakal memberikan efek berganda yang besar bagi perekonomian daerah.Selama tahap konstruksi, proyek itu akan menyerap ribuan tenaga kerja lokal, dan setelah beroperasi menciptakan ratusan pekerjaan permanen dengan keahlian tinggi.Lebih jauh lagi, Danantara melalui Pupuk Indonesia dan Pupuk Kaltim berkomitmen mengembangkan ekosistem industri lokal melalui pelatihan tenaga kerja, kemitraan dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan pertumbuhan bertanggung jawab melalui program-program sosial nan berkelanjutan.“Kami ingin pertumbuhan ekonomi ini tidak hanya terasa di pabrik, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat Bontang dan Kalimantan Timur secara luas,” kata Senior Director of Business Performance & Assets Optimization PT Danantara Asset Management (Persero).Danantara meyakini bahwa Bontang akan menjadi salah satu pusat industri kimia berkelanjutan di Asia Tenggara, dan Pupuk Kaltim akan menjadi pelopor dalam inovasi industri hijau nasional.“Kami berharap pabrik soda ash ini menjadi awal dari lahirnya rantai industri kimia berkelanjutan di Indonesia. Mulai dari natrium karbonat hingga bahan pendukung energi baru terbarukan,” ujar dia.Beberapa tujuan membangun pabrik ini yaitu mengurangi ketergantungan Indonesia atas impor soda ash dan hilirisasi produk amoniak sebesar 105 ribu ton per tahun, lalu menurunkan emisi karbondioksida (CO2) melalui penyerapan ekses CO2 sebagai bahan baku soda ash sebesar 174 ribu ton per tahun.Selanjutnya mendukung ketahanan pangan melalui pemanfaatan ammonium chloride sebagai direct fertilizer (sumber nitrogen) atau campuran bahan baku NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium), serta meningkatkan revenue melalui penjualan soda ash dan ammonium chloride (produk samping hasil pabrik soda ash).Mengingat Indonesia soda ash dan ammonium chloride masih mengimpor 100 persen, diharapkan pembangunan pabrik tersebut mampu menjadi subtitusi impor sekitar 30 persen.Kapasitas produksi pabrik ini untuk ammonium chloride dan soda ash masing-masing sebesar 300 ribu metrik ton per tahun (MTPY) dengan target pasar domestik maupun ekspor.