Proses panen kelapa sawit di lahan Astra Agro Lestari di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto: Muhammad Darisman/kumparanBus melaju di jalanan yang membelah hamparan kebun sawit tinggi menjulang. Menempuh jarak dua jam dari pusat kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, kumparan berkesempatan menyaksikan salah satu kebun milik PT Astra Agro Lestari. Setelah melintasi jalanan naik, turun, dan berkelok, melalui pepohonan sawit dengan tinggi beragam, rombongan jurnalis dari berbagai daerah melihat langsung proses pembibitan, pemupukan, panen, pusat riset, hingga konservasi yang dikelola perusahaan berkode AALI itu. "Benar sekali kalimat yang menyatakan seeing is believing," ujar Presiden Direktur Astra Agro Djap Tet Fa dalam agenda terakhir Talk to The CEO, Kamis malam (30/10).Menurut Tet Fa, Astra Agro kini tengah melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan produktivitas serta membuat pengelolaan sawit menjadi lebih berkelanjutan.Dalam lahan yang dikelola PT Gunung Sejahtera Dua Indah (GSDI), anak usaha Astra Agro ini, terdapat lahan seluas 72 hektare yang dikhususkan untuk pembibitan. Proses pembibitan dibagi dalam pre-nursery untuk usia 0-3 bulan, lalu main nursery untuk usia 4-12 bulan sawit dengan ketinggian hingga 1,5 meter. Tempat pembibitan ini mampu menampung hingga 500 ribu bibit.Proses panen kelapa sawit di lahan Astra Agro Lestari di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto: Muhammad Darisman/kumparanTet Fa menyebut, perusahaan juga sedang gencar mengembangkan bibit sendiri. Terutama bibit yang tahan terhadap serangan hama seperti ganoderma. Sementara implementasi teknologi, juga tampak telah diterapkan dalam proses pemupukan hingga panen tandan buah segar (TBS). "Operation kita sudah siapkan juga namanya operation yang lebih pakai teknologi. Misalnya drone. Drone untuk pupuk, drone untuk koordinasi, drone untuk angkut. Termasuk juga yang namanya AI," tuturnya.Pada proses panen, para pekerja tampak dibantu berbagai alat yang memudahkan pengangkutan. Mulai dari wintor atau mini traktor, lalu ada traktor, hingga crane. Sementara dari segi lahan, ungkap Tet Fa, perusahaan kini tak lagi membuka lahan baru dan hanya berfokus pada replanting. Konsep replanting ini mengganti lahan dengan pohon sawit yang sudah tua dengan bibit baru. Sepanjang perjalanan, beberapa kali tampak lahan yang tengah menjalani proses tersebut. Kawasan perkebunan ini juga dilengkapi dengan paguyuban alias perumahan untuk pekerja, sekolah binaan yang berisikan anak-anak karyawan, serta area konservasi.Salah satu paguyuban dalam kawasan perkebunan Astra Agro di Pangkalan Bun. Dok. Muhammad Darisman/kumparanSawit Komoditas StrategisTet Fa menyatakan sawit komoditas yang sangat strategis ke depannya. Baik untuk Indonesia, maupun untuk Astra Agro. Hampir sebagian besar dari kebutuhan minyak makan dunia, dipenuhi oleh komoditas ini."Sawit itu kita lihat sebagai Industri yang sangat strategis, sangat strategis bagi Indonesia, Juga bagi kami," tutur Tet Fa.Ia mencontohkan, pada tahun 2025, total produksi 8 minyak nabati dunia mencapai 230 juta ton. 80 juta ton di antaranya adalah minyak sawit dan Indonesia termasuk salah satu negara produsennya.Indonesia juga menempati posisi sebagai produsen terbesar crude palm oil (CPO), sekaligus sebagai konsumen. Dengan kenyataan itu, industri sawit menjadi sektor yang mempekerjakan 17 juta orang. Berdasarkan itu, kata Tet Fa, ia menyiapkan strategi agar produktivitas perusahaan kian membaik. "Fokus saya adalah 2 plus 1. Dua, makhluk hidup yang ada di industri sawit ini ada 2, satu adalah tanaman sawit itu sendiri yang kedua adalah manusianya. Plus satunya itu adalah planetnya. Jadi sustainability-nya, jadi bagaimana plant, people, dan planet," ujarnya.Pada strategi yang pertama, Astra Agro fokus melakukan replanting, riset, serta pemanfaatan kemajuan teknologi. Kemudian dari segi manusianya, menyiapkan sumber daya manusia menggantikan pimpinan-pimpinan yang akan memasuki usia pensiun. Di samping juga memberikan kesempatan yang sama pada karyawan untuk berkompetisi. Sedangkan terkait dengan planet, dilakukan lewat usaha pengurangan emisi dan juga menjalankan konservasi. Termasuk juga bekerja sama dengan petani-petani kecil."Karena itulah menurut saya bagaimana kita menjaga future food security itu penting. Jadi kata kunci sekarang adalah bagaimana kita produktif dan sustainable," tuturnya.