Ilustrasi PT Timah. Foto: T. Schneider/ShutterstockPT Timah (Persero) Tbk (TINS) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 602 miliar pada periode sembilan bulan pertama 2025 atau hingga kuartal III tahun 2025. Capaian tersebut setara dengan 78 persen dari target tahunan yang telah ditetapkan Rp 774 miliar.Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah, Fina Eliani, mengatakan pertumbuhan laba itu didorong oleh kenaikan harga logam timah global, penguatan permintaan dari sektor elektronik, serta strategi optimalisasi penjualan dan efisiensi biaya produksi.“Seiring dengan peningkatan produksi dari kuartal ke kuartal, tren kenaikan harga logam timah global, serta dukungan pemerintah dalam perbaikan tata kelola pertambangan timah, perseroan berhasil membukukan laba bersih sembilan bulan 2025 sebesar Rp 602 miliar, atau dua kali lipat dari capaian semester I 2025,” ujar Fina melalui keterangan resmi, dikutip pada Sabtu (1/11).Permintaan timah global, terutama dari sektor elektronik seperti tin solder dan tin chemical, tetap kuat didorong pasar Jepang dan China. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), ekspor logam timah Indonesia hingga September 2025 mencapai 37.946 metrik ton, naik 28 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024.Dari total tersebut, PT Timah berkontribusi sekitar 21 persen terhadap ekspor timah Indonesia, atau sekitar 3 persen dari ekspor timah global yang mencapai 278.048 metrik ton.Harga logam timah di pasar dunia menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Rata-rata Cash Settlement Price LME hingga September 2025 mencapai USD 32.775,58 per ton, naik 8,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.Hingga September 2025, PT Timah mencatat produksi bijih timah sebesar 12.197 ton Sn, sementara produksi logam timah mencapai 10.855 ton. Meskipun begitu, secara tahunan terjadi penurunan akibat faktor cuaca, kondisi cadangan, dan aktivitas penambangan ilegal.Penjualan logam timah tercatat 9.469 metrik ton, dengan komposisi 7 persen pasar domestik dan 93 persen ekspor. Enam negara utama tujuan ekspor meliputi Jepang (19 persen), Singapura (19 persen), Korea Selatan (18 persen), Belanda (9 persen), Italia (4 persen), dan Amerika Serikat (4 persen).Ekspor di kawasan Asia Pasifik, Eropa, dan AS memberikan dampak positif terhadap peningkatan kinerja penjualan dan harga jual rata-rata logam timah perseroan yang mencapai USD 33.596 per ton, naik 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Sepanjang Januari sampai September 2025, perseroan membukukan pendapatan senilai Rp 6,6 triliun, dengan EBITDA Rp 1,5 triliun. Dari capaian tersebut, laba bersih mencapai Rp 602 miliar atau 78 persen dari target laba tahun 2025 sebesar Rp 774 miliar.Dari sisi neraca, total aset Perseroan naik 7 persen menjadi Rp 13,7 triliun, sementara liabilitas meningkat 14 persen menjadi Rp 6,1 triliun. Ekuitas perseroan juga meningkat 2 persen menjadi Rp 7,61 triliun, didorong oleh laba positif yang dicatatkan hingga kuartal III.Manufaktur Elektronik MenguatAktivitas manufaktur elektronik global yang menjadi motor utama permintaan timah diperkirakan terus menguat. International Tin Association (ITA) memperkirakan konsumsi logam timah global tahun 2025 akan tumbuh 0,6 persen menjadi 380.160 metrik ton, dengan supply sebesar 374.910 metrik ton, menunjukkan kondisi pasar yang ketat.Berdasarkan data Bloomberg, harga timah dunia pada 2025 diproyeksikan berada di kisaran USD 32.254 hingga USD 34.000 per ton. Sementara itu, tren jangka menengah juga akan dipengaruhi oleh pertumbuhan industri elektronik, semikonduktor, chip, digitalisasi, dan penerapan Artificial Intelligence (AI).