Ilustrasi hujan deras. Foto: ShutterstockBMKG menjelaskan penyebab meningkatnya intensitas hujan deras di berbagai wilayah Indonesia belakangan ini. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, hal ini dipengaruhi dia faktor yakni menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia dan fenomena La Nina. “Suhu muka laut di sebagian besar perairan Indonesia saat ini lebih hangat dari normal, berkisar antara positif setengah hingga tiga derajat Celsius. Suhu laut yang hangat ini meningkatkan penguapan dan memperkaya pasokan uap air di atmosfer sehingga memperkuat pembentukan awan hujan,” ujar Dwikorita dalam konferensi daring, Sabtu (1/11)Selain itu, BMKG juga mendeteksi adanya La Niña lemah yang terpantau sejak November 2025 dan diperkirakan berlangsung hingga Februari atau Maret 2026.Fenomena ini ditandai dengan indeks La Niña sebesar minus 0,61, sedikit di atas batas kategori La Niña lemah yaitu minus 0,5. Dua faktor itu yang meningkatkan curah hujan di Indonesia. “Namun, perlu dicatat bahwa peningkatan curah hujan saat ini tidak semata-mata disebabkan oleh La Niña lemah, melainkan lebih dipengaruhi oleh suhu muka laut yang hangat,” tambahnya.Faktor lainnya adalah dinamika atmosfer saat ini yang dipicu oleh beberapa fenomena global dan regional seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin yang aktif melintas di wilayah Indonesia.“Keempat fenomena atmosfer ini memperkuat pembentukan awan hujan, terutama di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur,” kata dia.Selain faktor global, kondisi lokal seperti belokan dan pertemuan angin turut memperbesar peluang hujan.“Di sisi lain anomali suhu muka laut positif di perairan Indonesia memperkuat penguapan dan penambahan pasokan uap air di atmosfer sehingga meningkatkan peluang hujan,” ungkapnya.BMKG juga mengingatkan masyarakat di wilayah pesisir selatan Indonesia, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, untuk waspada terhadap dampak aktivitas siklon tropis yang dapat membawa hujan deras, angin kencang, dan badai besar.