Ilustrasi (Unpslash)JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengakui adanya banjir impor untuk industri dalam negeri, khususnya pada subsektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Hal itu diperkuat dengan indeks kepercayaan industri (IKI) untuk subsektor tersebut berada pada level 49,74 poin atau mengalami kontraksi.Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kemenperin Alexandra Arri Cahyani tak menampik adanya peningkatan volume impor produk tekstil signifikan, terutama impor produk tekstil hilir yang melebihi kebutuhan pasar domestik. Dengan demikian, kondisi itu dapat dikatakan sebagai banjir impor."Fenomena banjir impor yang terjadi belakangan ini lebih banyak dialami pada produk hilir industri TPT, terutama pada industri garmen," ujar Alexandra dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 1 November.Menurut Alexandra, peningkatan impor tersebut terjadi karena sejumlah faktor, antara lain pergeseran pola perdagangan global, penurunan biaya logistik internasional serta relaksasi kebijakan impor di beberapa negara mitra. Dia bilang, dampak dari kondisi tersebut dirasakan langsung oleh pelaku industri tekstil dalam negeri, yang menghadapi tekanan pada harga jual dan penyerapan produksi."Banjir impor ini memang memberikan tekanan, terutama bagi industri hulu yang selama ini menopang pasokan benang dan kain lokal," katanya.Oleh karena itu, kata dia, Kemenperin mendukung penuh pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa yang akan memberantas mafia impor tekstil ilegal. "Langkah tersebut tentu sangat positif dan sejalan dengan arahan dari Presiden Prabowo Subianto untuk melindungi industri dalam negeri," ucap dia.Alexandra menilai, selama ini Kemenperin konsisten menjalankan program yang berfokus pada penguatan kapasitas industri dalam negeri melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja serta percepatan implementasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor TPT."Kami meyakini upaya penertiban impor ini sejalan dengan penguatan struktur industri tekstil nasional, sehingga industri kami mampu bersaing secara sehat di pasar global maupun dalam negeri," tuturnya.Ke depan, lanjut Alexandra, penanganan banjir impor akan dilakukan secara proporsional dan terukur, dengan tetap menjaga kelancaran bahan baku bagi industri pengguna berorientasi ekspor, seperti garmen dan apparel."Prinsipnya kami tidak menutup arus perdagangan, tetapi menata ulang mekanismenya agar bahan baku tetap tersedia dan produk lokal tetap terlindungi. Fokus kami tetap menjaga keberlanjutan rantai pasok industri nasional," imbuhnya.