Ilustrasi Wall Street. Foto: ShutterstockIndeks Saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup melemah pada perdagangan Jumat (10/10). Hal ini disebabkan oleh ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) terkait tarif kepada China.Dikutip dari Reuters, Senin (13/10), indeks Dow Jones Industrial Average (.DJI) ditutup turun 1,90 persen, S&P 500 (.SPX) ditutup turun 2,71 persen dan Nasdaq Composite (.IXIC) anjlok 3,56 persen. S&P 500 dan Nasdaq mencatat persentase penurunan satu hari terbesar sejak 10 April lalu.Sebelum ancaman Trump terhadap China, Wall Street baru saja mencapai rekor tertinggi pada pertengahan pekan. S&P 500 dan Nasdaq mencapai rekor tertinggi pada hari Kamis (9/10) dan masing-masing naik sekitar 11 persen dan 15 persen pada tahun 2025. Dow Jones telah naik sekitar 7 persen sejak awal tahun.Namun, penguatan tersebut berbalik menjadi melemahnya indeks saat Trump mengancam tarif kepada China. Hal itu membuat investor khawatir akan kemungkinan saling balas tarif antara AS dan China. Hal tersebut juga dapat menandai berakhirnya kenaikan saham AS yang memecahkan rekor.Penjualan besar-besaran atau sell off juga terjadi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa valuasi tinggi di Wall Street sebelumnya yang didorong oleh saham-saham perusahaan AI bisa berujung pada penurunan tajam.Nvidia (NVDA.O), Tesla (TSLA.O), Amazon.com (AMZN.O), dan Advanced Micro Devices (AMD.O) turun lebih dari 2 persen.Pada Jumat (10/10) malam ketika sesi perdagangan Wall Street tutup, Trump resmi mengatakan akan mengenakan tarif tambahan 100 persen atas impor China pada 1 November.Sebelumnya, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon sudah memperingatkan adanya risiko tinggi akan koreksi besar di Wall Street dalam enam bulan hingga dua tahun ke depan. Selain itu, Chief Investment Officer di Cetera Investment Management, Gene Goldman juga memperingatkan hal serupa.“Dengan valuasi saham yang tinggi, penurunan ini menandakan adanya kegelisahan. Segalanya sudah dihargai dengan terlalu sempurna, sehingga ketidakpastian meningkatkan kegelisahan pasar. Semua ini menambah ketidakpastian terhadap pertumbuhan ekonomi,” kata Goldman.Situasi serupa juga pernah terjadi pada April lalu saat Trump mengumumkan Liberation Day Tariff. Hal itu sempat mengejutkan pasar dan membuat investor panik. Bahkan, perusahaan-perusahaan dalam indeks s&P 500 kehilangan nilai pasar gabungan sebesar USD 2,4 triliun.Meski demikian, untuk saat ini beberapa investor mengatakan bahwa ketegangan perdagangan terbaru antara AS dan China hanya memiliki kemungkinan kecil untuk mengubah arah pasar. Hal ini karena saham-saham perusahaan AI masih bisa jadi faktor pendorong utama.“Ini memang isu yang penting dan bisa memicu koreksi, tapi saya tidak melihatnya akan menggagalkan tren AI yang selama ini mendorong pasar,” kata James St. Aubin, Chief Investment Officer di Ocean Park Asset Management.