Gaya Hidup Sehat Kunci Perempuan Tetap Bugar dan Bahagia Jelang Menopause

Wait 5 sec.

Ilustrasi gaya hidup sehat. (Freepik)JAKARTA - Memasuki masa perimenopause, banyak perempuan menghadapi perubahan fisik dan emosional yang bisa memengaruhi kualitas hidup. Fluktuasi hormon kerap menyebabkan kenaikan berat badan, perubahan suasana hati, hingga gangguan tidur.Untuk menghadapi fase ini dengan lebih nyaman, gaya hidup sehat menjadi kunci utama mulai dari menjaga pola makan, memperkuat otot, hingga mengelola stres.Pola hidup yang seimbang bukan hanya membantu menjaga berat badan, tetapi juga mendukung kesehatan jantung, metabolisme, serta kesejahteraan mental perempuan di usia pertengahan.Pakar kesehatan dari Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) DKI Jakarta, dr. Ida Gunawan, MS, Sp.G.K, Subsp. K.,M, FINEM, menyarankan perempuan yang menjelang ataupun yang masih jauh memasuki menopause agar menerapkan gaya hidup sehat.Dia mengatakan bahwa kenaikan berat badan sekitar 50 persen secara umum menjadi salah satu dampak pada wanita perimenopause.“Berat badan naik, mood naik turun, ada yang stres, begitu stres makannya 10 kali lipat,” kata dr. Ida dalam diskusi yang digelar di Jakarta, seperti dikutip ANTARA.Karenanya, ia menyarankan menerapkan gaya hidup sehat dengan mengatur pola makan, memperhatikan tidur, serta senantiasa berpikiran positif.Untuk menghindari stres, ia menyarankan agar bersyukur atas kondisi saat ini dan menerima tubuh apa adanya.Terapi hormon menopause, menurutnya, juga dapat dilakukan bagi perempuan di bawah usia 60 tahun atau dalam 10 tahun pertama setelah menopause.Terapi ini dilakukan dengan mempertimbangkan kesehatan, kebutuhan pencegahan, dan preferensi pasien.Meski demikian, dr. Ida menekankan bahwa perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat merupakan investasi jangka panjang bagi perempuan menopause, serta mampu meningkatkan efektivitas terapi yang dijalani.Selain kenaikan berat badan, wanita pada masa transisi perimenopause juga mengalami peningkatan lemak visceral dari 5–8 persen berat badan total menjadi 10–15 persen.Meski demikian, tidak semua lemak dalam tubuh harus dihilangkan karena terdapat lemak esensial yang penting bagi fungsi tubuh.Namun, lemak visceral lemak yang tersimpan di sekitar organ dalam tubuh cenderung meningkat dua kali lipat pada masa menopause, yang dapat menyebabkan resistensi insulin.“Jadi orangnya nanti makin hari makin naik beratnya. Gula darahnya ikut naik, tekanan darah naik, asam urat pun datang kemudian jantungnya dapat juga (gangguan). Dan inilah yang menyebabkan risiko jantung metabolit meningkat,” katanya.Pada periode ini, perempuan juga akan dihadapkan pada penurunan massa otot. Karenanya, ia menyerukan untuk melakukan latihan otot secara teratur agar metabolisme tubuh tetap terjaga.Ia pun menyarankan bagi perempuan yang memasuki masa transisi menopause dan merasa mengalami obesitas agar segera berkonsultasi dengan tenaga ahli untuk mendapatkan penanganan yang tepat.“Kalau dulu obesitas bukan penyakit, sekarang obesitas adalah penyakit. Diobati, jangan hanya dibiarkan saja,” jelasnya.Upaya pengobatan obesitas, tambahnya, dapat dilakukan dengan memperbaiki komposisi tubuh, menurunkan berat badan, serta menerapkan pola hidup sehat yang konsisten melalui pendampingan dokter atau ahli gizi.