Pedoman Baru WHO untuk Penanganan Tuberkulosis dan Kekurangan Gizi

Wait 5 sec.

Ilustrasi pasangan lansia (Pexels/Vlada Karpvich)JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merilis rekomendasi pedoman baru terkait penanganan tuberkolosis (TB) dan kekurangan gizi. Diketahui bahwa kekurangan gizi tetap menjadi salah satu pendorong paling signifikan terhadap epidemi TB secara global.Kekurangan gizi berkontribusi pada peningkatan kerentanan terhadap penyakit TB, hasil pengobatan yang lebih buruk, hingga kematian yang sebenarnya dapat dicegah.“Tuberkulosos berkembang pada ketidaksetaraan, dengan kekurangan gizi sebagai pendorong utama,” kata Direktur Departemen WHO untuk HIV, Tuberkulosis, Hepatitis, dan IMS, Dr Tereza Kasaeva, dikutip dari laman resmi WHO, pada Senin, 13 Oktober 2025.Oleh karena itu, mengatasi kekurangan gizi dan kerawanan pangan pada orang-orang yang terkena TB memiliki potensi meningkatkan hasil dan menyelamatkan lebih banyak nyawa. Mengatasi kekurangan gizi tersebut harus berpusat pada rumah tangga, agar dapat mengakhiri TB dengan tuntas.“Untuk mengakhiri TB, kita harus mengatasi kekurangan gizi dan kerawanan pangan sebagai bagian dari respons yang komprehensif dan berpusat pada rumah tangga,” tambahnya.Adapun beberapa pedoman baru WHO untuk mengatasi tuberkulosis dan kekurangan gizi adalah sebagai berikut:- Penilaian nutrisi dan konseling untuk semua penderita TB, serta kontak rumah tangga mereka. Ini mengaku bahwa proporsi yang signifikan dari orang-orang dalam rumah tangga dengan TB mungkin kekurangan gizi. - Penyediaan intervensi nutrisi untuk mengoptimalkan hasil klinis pada orang dengan TB yang kekurangan gizi, terlepas dari usia, resistensi obat, status kehamilan atau tingkat keparahan kekurangan gizi. - Penyediaan bantuan makanan untuk mencegah TB dalam kontak rumah tangga dengan orang TB dalam pengaturan tidak aman pangan.Pedoman baru tersebut membutuhkan kolaborais erat dengan departemen pemerintah dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam perawatan nutrisi, bantuan makanan, dan layanan kesejahteraan. Dengan demikian diharapkan pemerintah setiap negara bekerja sama untuk mengatasi TB dan kekurangan gizi dengan lebih baik ke depannya.