Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo. (Foto: Theresia Agatha/VOI)JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, upaya pelatihan dan sertifikasi untuk para santri sebagai tenaga kerja konstruksi bukan bentuk eksploitasi. Menurut Dody, pelatihan dan sertifikasi itu diberikan karena pondok pesantren (ponpes) sudah sejak dulu membangun sifat gotong royong. "(Santri) yang dilatih Insyaallah, sih, enggak (dieksploitasi) karena memang dari dulu sifatnya sudah gotong royong," ujar Dody di kantor Kemenko PM, Jakarta, Selasa, 14 Oktober. Dody mengatakan, para santri dapat membantu urusan ringan. Sementara tugas berat dilakukan oleh tenaga ahlinya. "Kami hanya membantu agar yang kecil-kecil itu, misalnya urusannya tidak terlalu berat. Cuman sekadar bantu-bantu nyemen, yang agak berat dikerjakan tenaga ahlinya," kata dia. Dia menilai, tidak semua pesantren mempunyai kemampuan finansial kuat, sehingga dibutuhkan dorongan bantuan dari para santri. "Jadi, gotong royong itu memang sangat-sangat diperlukan," terang Dody. Dody tidak ingin semangat budaya gotong royong yang sudah mengakar sejak lama nantinya menjadi hilang. "Kami sangat-sangat berharap agar semangat ini berubah menjadi keahlian yang diakui, mereka para santri bisa membangun pesantrennya sendiri dengan standar benar," jelasnya. Sebelumnya, bangunan Ponpes Al-Khoziny yang berlokasi di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk pada Senin sore, 29 September lalu. Bangunan itu ambruk dan menimpa ratusan santri yang sedang melaksanakan salat asar berjemaah.Salah satu hal yang paling disoroti dalam kejadian tersebut adalah masalah tidak adanya Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).Selain itu, disebut-sebut pembangunan Ponpes Al-Khoziny juga dilakukan secara mandiri oleh para santri tanpa standar jelas.Untuk itu, pemerintah akan memperkuat koordinasi lintas kementerian dan pemerintah daerah untuk terus melakukan sosialisasi terkait pentingnya izin dan sertifikasi bangunan, khususnya bagi ponpes.