Pesanan Tembus Ribuan, UMKM Kue Maya Anzib Kian Berkembang Berkat Program MBG

Wait 5 sec.

Maya Ariska dan adokan kuenya. Foto: Tim kumparanAroma mentega dan adonan roti tercium dari dapur kecil di Jeulingke, Banda Aceh. Maya Ariska (31) sibuk mencatat pesanan, memantau adonan yang mengembang, sementara beberapa pekerja perempuan mengadon, menggoreng donat, dan menyiapkan loyang baru.“Kalau hari Jumat dan Sabtu itu paling sibuk, tapi saya senang, karena sejak ikut MBG pesanan makin banyak,” katanya saat ditemui di rumah produksinya di Jalan Teuku Nyak Arief No. 128A, Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Jumat (21/11/2025).Bagi Maya, kesibukan semacam ini bukan hal baru. Namun, volume pesanan yang kini bisa menembus ribuan dalam dua hari jelas bukan sesuatu yang ia bayangkan saat pertama kali mencoba membuat kue dari dapur rumah enam tahun lalu.Kecintaan Maya pada dunia kue dimulai dari rumah. Sejak kecil, ia sering membantu kakaknya membuat kue mulai dari menyiapkan bahan, mengaduk adonan, hingga mencicipi hasil jadi. Dari situ, ia mulai belajar teknik dasar dan memahami proses-proses pengolahan kue.Saat pandemi Covid-19 melanda, waktu luang membuatnya ingin kembali mencoba resep-resep yang dulu ia pelajari dari kakaknya. Ia mulai bereksperimen sendiri di dapur, mencoba berbagai adonan, dan memperbaiki rasa dari hari ke hari.“Awalnya cuma bantu-bantu kakak. Lama-lama jadi penasaran dan mulai coba buat sendiri,” ujarnya.Eksperimen itu membuka jalan baru. Saat nongkrong bersama teman, ia sering membawa kue buatannya. Tanpa diduga, kue itu diposting ke Instagram dan pesanan kecil mulai berdatangan.“Awalnya iseng saja. Dari mulut ke mulut, lama-lama ada yang pesan. Saya mulai serius sejak 2019,” kenangnya.Dari situlah lahir “Cream Puff Maya Anzib”, nama yang diambil dari produk pertamanya, cream puff, yang menjadi andalan di awal usaha hingga kini.Ketika banyak UMKM kesulitan selama pandemi Covid-19, Maya justru kebanjiran pesanan melalui ojek daring. Pada akhir 2020, ia membuka outlet kecil berukuran 3x4 meter di depan rumah. Setahun kemudian, ia pindah ke lokasi yang lebih besar karena permintaan harian terus bertambah.Maya Ariska dan adokan kuenya. Foto: Tim kumparanPesanan Meningkat PesatKeterlibatannya dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi tak sengaja. Seorang staf SPPG yang menjadi pelanggan tetap merekomendasikannya sebagai mitra penyedia kue sehat untuk anak sekolah.Dari situ, pesanan dalam jumlah besar mulai datang. Maya kini memasok ribuan roti untuk tiga dapur MBG, dengan permintaan per dapur sekitar 3.200–3.700 pis sekali order. Pernah dalam dua hari, total pesanan mencapai 14.000 pis.Khusus untuk pesanan MBG ini, Maya menyiapkan produk berupa roti abon, muffin wortel, soft cookies, roti kacang hijau, roti kacang merah, dan jenis kue kering lainnya.Dengan lonjakan pesanan dari program makan bergizi gratis ini, Maya tak mungkin bekerja sendirian. Ia mulai melibatkan tenaga kerja lokal dari lingkungan sekitar.Saat ini, ia mempekerjakan 10 karyawan tetap yang setiap hari membantu proses produksi, mulai dari mengadon, membentuk kue, hingga pengemasan. Selain itu, Maya juga menambah tenaga freelance yang jumlahnya menyesuaikan volume pesanan.“Kalau orderan sedang banyak, terutama hari Jumat dan Sabtu, saya tambah beberapa pekerja freelance,” ujarnya.Kue buatan Maya Ariska. Foto: Tim kumparanKebutuhan bahan baku melonjak drastis. Setiap minggu ia membeli tepung, telur, gula, dan bahan premium dalam jumlah besar di beberapa toko untuk mendapatkan harga terbaik.“Alhamdulillah, terlibat dalam program MBG ini membuat produksi kami meningkat. Kami senang bisa menyediakan kue sehat sesuai permintaan dan ikut mendukung makanan bergizi,” ucap Maya.Menurut Maya, program ini bukan cuma bikin pesanan stabil, tapi juga memberikan peluang untuk UMKM kecil seperti miliknya berkembang.“Untung per pis memang kecil, tapi sistem pembayaran cepat. Itu yang bikin usaha berputar,” ujarnya.Meski produksi meningkat, Maya tetap menghadapi tantangan yakni memastikan kualitas tetap konsisten, menjaga standar gizi, hingga mengatur logistik dalam volume besar.Ia berharap pemerintah dapat memberikan pendampingan lebih konkret bagi UMKM mitra MBG, seperti pelatihan keamanan pangan atau bantuan alat. Jika permintaan terus naik, ia berencana membangun dapur produksi khusus agar operasional lebih tertata.“Yang penting usaha ini bisa berkembang dan memberi manfaat bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk karyawan,” tuturnya.