Tobatenun Perkenalkan Budaya Ucapan Syukur Batak di End Year Event Mauliate

Wait 5 sec.

Dekorasi Tobatenun di Sopodel Tower. Foto: kumparan/Naela MarcelinaAda yang berbeda di sudut Sopo Del Tower menjelang penghujung tahun ini, Ladies. Sayur-mayur segar dan kain ulos autentik tersusun rapi dalam nuansa hangat. Ya, instalasi ini merupakan hasil kolaborasi Tobatenun bersama Sopo Del bertajuk “Mauliate.”Mauliate berarti “terima kasih” dalam bahasa Batak. Tema ini dipilih sebagai wujud rasa syukur menyambut masa tutup tahun. Nuansa hangat yang dipenuhi sayur mayur ini merupakan interpretasi dari perayaan Gotilon, tradisi syukuran panen di Tanah Batak.Kerri Na Basaria Pandjaitan, CEO Tobatenun mengatakan ingin membuat perayaan akhir tahun bukan sekedar pesta, tapi juga bisa menjadi media untuk memperkenalkan adat Batak ke khalayak luas.Kerri Na Basaria Pandjaitan, CEO Tobatenun. Foto: Tobatenun“Kita suka bikin end year celebration, tapi tahun ini ingin sesuatu yang berbeda. Tidak cuman party, tapi bisa sekalian kenalin adat Batak,” ungkapnya kepada kumparanWOMAN pada Kamis (4/12) di Sopo Del Tower.Setelah berdiskusi bersama tim, Kerri akhirnya memutuskan untuk memperkenalkan tradisi Gotilon. Sebab ia menganggap adat tersebut masih belum banyak diketahui oleh masyarakat.“Kita bikinlah event ini yang meng-combine festival Gotilon dengan end year. Kemudian kita olah lagi agar lebih modern,” ujarnya.Acara ini pun mendapat pujian dari Luhut Binsar Pandjaitan, Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia. “Kita harus memelihara budaya kira. Jadi saya pikir Tobetenun sudah mengambil bagian dari itu,” ujar Luhut.Mauliate hadirkan nuansa hangat kekeluargaanDekorasi Tobatenun di Sopodel Tower. Foto: kumparan/Naela MarcelinaSetiap kali mengusung sebuah acara, Tobatenun selalu ingin menghadirkan nuansa hangat layaknya berkunjung ke rumah saudara. “Aku ingin setiap orang yang datang bisa merasakan hangatnya tradisi Batak dan kekeluargaan,” tuturnya.Misi yang dibawa Kerri tersebut tersampaikan dengan halus melalui instalasi artistik yang disuguhkan. kumparanWOMAN pun turut merasakan kehangatan perayaan Gotilon saat mengunjungi instalasi pada sore hari itu.Kerri menambahkan kalau ia ingin masyarakat mengetahui sisi lain budaya Batak, di samping stereotip yang sering dianggap keras. “Kita mau orang datang, ikut, dan melibatkan diri. Jadi bukan hanya orang Batak saja yang bisa mengapresiasi budayanya sendiri,” ujarnya.Pada acara Mauliate itu, Kerri mendapatkan banyak pertanyaan mengenai artinya. Dari situ ia pun memperkenalkan budaya Batak kepada audience yang belum mengetahuinya dengan lebih mudah dan riang. “Hal sederhana itu bisa dilakukan dengan lebih menyenangkan,” ungkapnya.Ulos Tumtuman dan Ulos Sadum jadi highlightUlos Sadum (kiri) dan Ulos Tumtuman (kanan). Foto: kumparanWOMANPada momen ini, Tobatenun meng-highlight dua jenis kain ulos. Pertama terdapat Ulos Tumtuman, biasanya kain ini identik dengan acara pernikahan. Namun, maknanya dapat berbeda-beda tergantung penafsiran masing-masing.Awalnya, Ulos Tumtuman dibuat untuk pria, tapi seiring waktu penggunaannya bergeser dan kini dapat dipakai oleh siapa saja. “Kain ini menjadi simbol yang cukup mewah di Batak, karena dulu orang lebih sering menggunakan songket Palembang untuk acara, padahal kita punya banyak sekali varian ulos yang tidak kalah indah,” jelasnya.Selanjutnya, Ulos Sadum dikenal sebagai kain yang sering dipakai oleh gadis-gadis yang belum menikah. Selain digunakan dalam acara pesta atau upacara adat, kain ini juga kerap dipakai dalam kegiatan sehari-hari. Kain tersebut dinilai memiliki makna kebahagiaan dalam tradisi Batak Toba.Tobatenun gandeng 5 jenama lokal dalam fashion show MauliateTak hanya menghadirkan instalasi dengan nuansa hangat kekeluargaan, Tobatenun juga menggandeng 4 jenama lokal untuk mengadakan fashion show. “Lewat fashion show ini kami ingin melihat bagaimana tenun dari Tobatenun dimodifikasi dalam style masing-masing merek,” ungkap Kerri.Fashion show Studio Jeje. Foto: TotabtenunFashion show pertama dibuka oleh Studi Jeje. Merek ini menampilkan koleksi kebaya bertabur payet yang dipadu padankan dengan tenun Jungkit Batak. Potongan bernapas haute couture itu terada dramatical saat berpadu dengan wastra Indonesia. Kain tenun yang dipakai turut memberi kesan mewah yang tak terkalahkan dari kilau payet.Fashion show Maison Obscura. Foto: TotabtenunKedua, Maison Obscura menampilkan lini pakaian pria yang modern. Jenama ini menampilkan item fesyen berupa kemeja hingga blazer berpotongan tegas. Koleksi ini bermain dengan Tenun Jungkit yang menyatu indah dengan nuansa yang kekinian.Fashion show Kantita. Foto: TotabtenunSelanjutnya, penonton melihat busana casual dari Kantita. Koleksinya menampilkan palet warna earth tone dengan motif tenun yang terinspirasi dari Ulos Mangiring dan rumah adat batak. Item fesyen ini memperlihatkan style sehari-hari yang dapat dibalut dengan wastra.Fashion show Rinda Salmun. Foto: TotabtenunTerakhir, pertunjukkan fashion show ditutup oleh jenama Rinda Salmun. Merek ini menampilkan koleksi bernuansa biru dengan detail pleats yang manis. Setiap potongan merupakan hasil penerjemahan Ulos Sadum yang digarap dengan kaidah mode dekonstruksi.Selain menggandeng jenama fesyen, Tobatenun juga turut menggandeng lini aksesori dari Lungsin. Merek itu menggarap aksesori berupa tas yang juga dikreasikan dengan kain tenun.Kerri berharap acara ini bisa diapresiasi sebagai sarana untuk memperkenalkan adat Batak kepada khalayak luas. Selain itu, ia juga menginginkan kain tenun dapat dijadikan pelengkap busana sehari-hari, layaknya batik.Bagi kamu yang ingin merasakan hangatnya instalansi Tobatenun ini bisa mengunjungi Sopo Del Tower selama bulan Desember. Dari pintu masuk utama Ladies bisa langsung belok kanan dan akan melihat berbagai sayur mayur dan kain Ulos tertata rapi disitu.Baca juga: Tobatenun Dukung Potensi Perajin Tenun Perempuan Melalui #PerempuanDirayakan