Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar, Dian Hadiyansyah. Foto: Dok. PribadiAliran sungai di Jorong Gantiang, Nagari Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), tiba-tiba tidak mengalir mencapai hilir, sementara di hulu tampak airnya cukup deras. Air sungai itu terputus dan malah masuk ke dalam tanah.Fenomena ini menjadi heboh di media sosial. Apalagi muncul setelah bencana hidrometeorologi melanda wilayah Sumbar.Menurut Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumbar, Dian Hadiyansyah, ada dua kemungkinan fenomena air sungai tiba-tiba terputus lalu masuk ke dalam tanah bisa terjadi."Pertama adalah itu inlet dari morfologi batuan karst (batu kapur) yang memiliki sistem sungai bawah tanah. Sehingga air yang masuk ke dalam inlet akan diteruskan ke dalam sungai bawah tanah berupa rongga terkoneksi yang nantinya akan muncul di tempat lain berupa mata air (spring)," ujar Dian saat dihubungi kumparan, Senin (8/12).Kedua, kata Dian, kemungkinan air masuk sistem rekahan berupa zona patahan atau sesar. Untuk memastikan itu, secara geologi tentunya harus ada peninjauan langsung ke lapangan."Nah, saya belum ke lokasi. Tapi berdasarkan informasi pengetahuan yang sudah pernah saya pelajari secara teoretis, fenomena itu terjadi karena dua kemungkinan itu," ungkapnya.Dian secara pasti belum bisa menyimpulkan apakah kawasan di aliran sungai di daerah itu masuk tipe karst batu kapur atau rekahan. Jika tipe karst batu kapur, fenomena ini tidak perlu dikhawatirkan."Secara geologi air akan muncul ke tempat lain, seperti mata air. Jadi sistem batu kapur aman," ucapnya.Namun, lanjut Dian, yang dikhawatirkan adalah fenomena ini air masuk dalam rekahan zona patahan atau sesar. Hal itu tentunya mengakibatkan air tertahan di lapisan kedap air dan lalu menjenuhi tanah dan batuan sehingga bisa menimbulkan bencana longsor."Tentunya harus segera di-follow up oleh instansi terkait yaitu Badan Geologi Kementerian ESDM," imbuhnya."Berdasarkan peta geologi regional, titik lokasi berada pada satuan geologi Andesit Maninjau, yang terdiri dari batuan lava dan debu vulkanik. Sehingga hal ini cukup unik secara geologi dan harus dilakukan pengecekan lapangan," sambung Dian.