Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa berjalan untuk mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/9/2025). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTOPertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2025 diperkirakan tetap solid di kisaran 5 persen. Sejumlah ekonom menilai konsumsi rumah tangga dan ekspor masih menjadi penopang utama di tengah pelemahan investasi dan lambatnya realisasi belanja pemerintah.Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04 persen, sedikit melambat dari kuartal II yang tumbuh 5,12 persen. Ia menilai konsumsi rumah tangga tetap kuat berkat inflasi rendah dan pendapatan petani yang meningkat.“Inflasi umum September 2025 tercatat 2,65 persen yoy, inflasi inti 2,19 persen yoy, dan nilai tukar petani naik 3,37 persen yoy,” kata Josua kepada kumparan, Selasa (4/11). Ia menambahkan, investasi masih ditopang proyek infrastruktur serta program prioritas seperti perumahan dan makan bergizi gratis.Sementara itu, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memperkirakan pertumbuhan berada di kisaran 4,9–5,0 persen. Menurutnya, investasi di sektor sumber daya alam dan hilirisasi masih kuat, namun daya beli masyarakat melemah. “Penjualan motor, mobil, dan semen turun, menunjukkan konsumsi rumah tangga belum pulih sepenuhnya,” ujarnya.Dari sisi eksternal, ekspor nonmigas tumbuh 10,7 persen yoy, sedangkan impor nonmigas terkontraksi tipis-0,8 persen yoy, memberi kontribusi positif terhadap neraca perdagangan.Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan pertumbuhan 5,05 persen, dengan konsumsi rumah tangga tumbuh 5 persen dan ekspor naik 11 persen yoy. Namun, investasi diperkirakan melambat ke 4,5 persen seiring normalisasi proyek dan realisasi belanja pemerintah yang menurun.Foto udara pembangunan proyek LRT Jakarta Fase 1B Rute Velondrome-Rawamangun di kawasan Pramuka, Matraman, Jakarta, Selasa (22/7/2025). Foto: Darryl Ramadhan/kumparanSecara umum, para ekonom sepakat ekonomi Indonesia masih tangguh berkat konsumsi domestik yang stabil, inflasi terkendali, dan ekspor yang kuat. Meski demikian, risiko perlambatan investasi dan lemahnya daya beli masyarakat perlu tetap diwaspadai pada akhir tahun.Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04 persen, sedikit melambat dari kuartal II yang tumbuh 5,12 persen. Ia menilai konsumsi rumah tangga tetap kuat berkat inflasi rendah dan pendapatan petani yang meningkat.“Inflasi umum September 2025 tercatat 2,65 persen yoy, inflasi inti 2,19 persen yoy, dan nilai tukar petani naik 3,37 persen yoy,” kata Josua kepada kumparan, Selasa (4/11).Ia menambahkan, investasi masih ditopang proyek infrastruktur serta program prioritas seperti perumahan dan makan bergizi gratis.Sementara itu, Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memperkirakan pertumbuhan berada di kisaran 4,9–5,0 persen. Menurutnya, investasi di sektor sumber daya alam dan hilirisasi masih kuat, namun daya beli masyarakat melemah. “Penjualan motor, mobil, dan semen turun, menunjukkan konsumsi rumah tangga belum pulih sepenuhnya,” ujarnya.Dari sisi eksternal, ekspor nonmigas tumbuh 10,7 persen yoy, sedangkan impor nonmigas terkontraksi tipis-0,8 persen yoy, memberi kontribusi positif terhadap neraca perdagangan.Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan pertumbuhan 5,05 persen, dengan konsumsi rumah tangga tumbuh 5 persen dan ekspor naik 11 persen yoy. Namun, investasi diperkirakan melambat ke 4,5 persen seiring normalisasi proyek dan realisasi belanja pemerintah yang menurun.Secara umum, para ekonom sepakat ekonomi Indonesia masih tangguh berkat konsumsi domestik yang stabil, inflasi terkendali, dan ekspor yang kuat. Meski demikian, risiko perlambatan investasi dan lemahnya daya beli masyarakat perlu tetap diwaspadai pada akhir tahun.