AI Kini Membuka Potensi Baru Bagi Konsumen

Wait 5 sec.

Robot dengan kecerdasan buatan sudah marak di pusat perbelanjaan (foto: x @JharedOnChain)JAKARTA - Para pelaku ritel dan eksportir China, di tengah era kebangkitan pesat kecerdasan buatan (AI) yang mengubah perilaku konsumen di seluruh dunia, perlu mengadopsi mekanisme berbasis AI agar tetap unggul dan memperkuat posisi mereka di pasar global, kata para eksekutif industri.“Perilaku konsumen kini jauh lebih kompleks, dan cara mereka berbelanja telah berubah. Karena itu, strategi pemasaran juga harus menyesuaikan diri dengan perilaku pengguna yang beragam,” ujar Diarmuid Gill, Chief Technology Officer perusahaan media perdagangan Criteo, dikutip VOI dari China Daily.Menurut laporan yang dirilis oleh Omnicom Media Group pada Oktober 2025 tentang perubahan perilaku konsumen, sebanyak 65 persen konsumen kini berharap mendapatkan jawaban ideal mereka melalui ringkasan yang dihasilkan AI.Konsumen paling sering menggunakan AI pada tahap awal perjalanan belanja, seperti mengenal produk, menemukan berbagai pilihan, atau sekadar mencari inspirasi — fase-fase utama dalam proses pembelian yang disebutkan dalam laporan tersebut.“Kami mengamati tren ini secara jelas melalui pemantauan klik, sesi, dan percakapan di platform kami,” ujar Gill. Ia menambahkan bahwa penerapan AI saat ini paling banyak digunakan dalam tahap penemuan produk dan perbandingan harga, sementara tahap akhir pengambilan keputusan pembelian masih belum berkembang sepenuhnya.Seiring AI menjadi mitra penting dalam perjalanan belanja konsumen, merek-merek perlu segera menerapkan strategi pemasaran berbasis agen AI untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan besar ini, tambahnya.Pada Juli 2025, Dewan Negara China (Kabinet) mengeluarkan pedoman baru untuk memajukan inisiatif “AI Plus”, yang secara eksplisit mendorong penerapan luas agen AI di berbagai sektor, termasuk perdagangan.Ke depan, Criteo berencana meluncurkan solusi AI agentik di China dalam beberapa bulan mendatang. Selain itu, perusahaan tersebut juga membuka peluang kerja sama dengan penyedia layanan model bahasa besar (LLM) asal China untuk mencapai hasil saling menguntungkan.“China merupakan pasar terbesar ketiga bagi Criteo di kawasan Asia-Pasifik dan memiliki arti strategis penting bagi strategi global kami,” ujar Szi-Wei Lo, Managing Director Criteo Asia-Pasifik.“Kami memahami dengan baik peluang dan tantangan yang dihadapi perusahaan China dalam ekspansi ke luar negeri, dan kami melihat bagaimana ekosistem ritel serta e-commerce berkembang dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tambahnya.Basis pengguna AI di China juga mengalami pertumbuhan pesat. Hingga Juni 2025, jumlah pengguna mencapai 515 juta orang, dengan tingkat penetrasi sebesar 36,5 persen, menurut data dari China Internet Network Information Center yang dirilis pada Oktober.“Jika dekade sebelumnya ditandai dengan pembangunan ‘jalan raya informasi’, maka dekade berikutnya akan ditandai dengan penerapan agen-agen cerdas yang beroperasi di atasnya,” kata Zhong Xinlong, peneliti di China Center for Information Industry Development.