Bagaimana Pemerintah Vietnam Melacak 500 Ton Emas yang Disimpan Masyarakat?

Wait 5 sec.

Pedagang menunjukkan model perhiasan emas. Foto: Niharika Kulkarni/ReutersSelama puluhan tahun, emas menjadi cara hidup bagi banyak keluarga di Vietnam. Logam mulia itu bukan sekadar simbol kekayaan, tetapi jaminan keamanan di tengah masa krisis. Seperti pada masa perang, inflasi, hingga krisis ekonomi. Kini, di tengah harga emas global yang melambung tinggi, keyakinan lama itu justru menjadi tantangan baru bagi pemerintah Vietnam.Mengutip Bloomberg, dalam beberapa pekan terakhir, antrean panjang terlihat di depan toko-toko emas di Hanoi dan Ho Chi Minh City. Salah satunya, Le Thi Minh Tam, 67 tahun, yang sudah berminggu-minggu mencari emas untuk mahar pernikahan anaknya. Namun stok di toko-toko cepat sekali habis.“Saya khawatir, karena belum cukup. Sekarang mereka tidak jual emas batangan lagi, hanya cincin. Itu pun dibatasi untuk tiap pembeli,” ujar Tam sambil menghela napas panjang, mengutip Bloomberg, Minggu (9/11).Lonjakan harga emas dunia, yang sempat mencapai USD 4.380 per ounce, memicu kembali demam emas di Vietnam. Menurut budaya negara itu, emas adalah simbol keberuntungan dan cara melindungi diri dari ketidakpastian ekonomi. Ujian PemerintahNamun, bagi pemerintah, situasi ini menjadi ujian dalam mengendalikan pasar logam mulia yang selama ini lebih banyak bergerak di luar sistem formal.Kebiasaan menimbun emas sudah mengakar dalam sejarah panjang Vietnam. Saat perang dan inflasi melanda, emas menjadi penyelamat nilai kekayaan. Tradisi itu terus diwariskan lintas generasi.“Saya melihat nenek saya menabung emas sedikit demi sedikit lalu menyimpannya di bawah tempat tidur,” kata Nguyen Kim Hue, pedagang makanan daring di Ho Chi Minh City.Pengendara kendaraan bermotor melewati polisi Vietnam yang berjaga-jaga selama KTT kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Hanoi (28/2/2019). Foto: Hoang Dinh Nam/AFPHue mulai membeli emas sejak pertengahan tahun ketika harganya masih 120 juta dong per tael. Kini harga sudah mencapai 147 juta dong. Meski begitu, ia tetap membeli sedikit demi sedikit.“Saya merasa lebih aman pegang emas daripada menabung di bank,” ujarnya.Kebiasaan seperti Hue mencerminkan sikap umum masyarakat Vietnam lebih percaya pada emas ketimbang lembaga keuangan. Inilah yang membuat pemerintah kesulitan menggerakkan tabungan masyarakat ke dalam sistem perbankan.Monopoli ImporPada 2012, pemerintah Vietnam sempat mencoba menertibkan pasar dengan memonopoli impor dan produksi emas. Bank Negara Vietnam menjadi satu-satunya importir, sementara izin produksi batangan hanya dimiliki oleh Saigon Jewelry Co.Kebijakan itu dibuat untuk menekan spekulasi dan menjaga stabilitas mata uang. Namun hasilnya justru sebaliknya, pasokan terbatas membuat harga emas domestik jauh lebih mahal dibanding harga global, memunculkan pasar gelap dan menekan nilai dong Vietnam.Kini, setelah 13 tahun, pemerintah mencabut monopoli itu untuk meliberalisasi pasar dan mempersempit selisih harga.Targetnya menurunkan perbedaan harga antara pasar lokal dan global dari 10–15 persen menjadi hanya 2–3 persen.Namun, perubahan ini berlangsung perlahan. Bank sentral masih menentukan seberapa banyak emas yang boleh masuk ke negara itu. Tahun lalu, impor resmi hanya 13,5 ton, padahal kebutuhan tahunan mencapai 55 ton, tertinggi di Asia Tenggara.Ilustrasi emas batangan. Foto: Athit Perawongmetha/REUTERSMenurut World Gold Council, sekitar 500 ton emas disimpan di rumah-rumah rakyat Vietnam, sebagian besar dalam brankas pribadi, sebagian lainnya di bawah kasur. Jumlah itu menjadikan Vietnam salah satu negara dengan tingkat kepemilikan emas rumah tangga tertinggi di kawasan.Namun bagi pemerintah, tumpukan emas tersebut adalah modal yang diam. Emas yang tidak berputar berarti uang yang tidak bekerja dalam sistem ekonomi. Karena itu, pemerintah kini berusaha melacak, mengatur, dan menarik kembali emas-emas tersebut ke dalam sirkulasi resmi.Terapkan Pajak dan Bursa Emas NasionalSejumlah kebijakan baru mulai diterapkan. Pertama, setiap transaksi di atas 20 juta dong (USD 760) kini wajib dilakukan melalui transfer bank, mengakhiri tradisi jual beli tunai. Tujuannya sederhana yaitu melacak transaksi dan mempersempit ruang pasar gelap.Kedua, pemerintah sedang mempertimbangkan pajak 0,1 persen untuk transaksi emas batangan, agar seluruh pergerakan emas bisa tercatat secara digital.Asosiasi Investor Vietnam bahkan mengusulkan pajak 10 persen untuk semua pembelian emas, termasuk perhiasan, agar masyarakat beralih ke investasi produktif lain.Ketiga, Vietnam tengah menyiapkan bursa emas nasional dalam tiga tahap sistem yang memungkinkan jual beli emas secara resmi dan transparan. Pemerintah berharap, dengan kebijakan ini, emas yang disimpan di rumah-rumah rakyat dapat kembali beredar di sistem keuangan formal.Namun persoalan terbesar bukan soal regulasi, melainkan soal kepercayaan. Bagi banyak warga Vietnam, emas adalah bentuk rasa aman yang tidak tergantikan. Meski pemerintah berupaya meyakinkan publik dengan kebijakan transparansi, keyakinan bahwa 'emas lebih bisa dipercaya daripada bank' belum berubah.“Dulu saya simpan uang di bank, tapi sekarang lebih tenang pegang emas. Ini untuk pendidikan anak dan masa pensiun saya,” ujar Hue.Kebijakan pajak dan larangan tunai mungkin bisa mencatat transaksi, tetapi tidak serta merta mengubah keyakinan yang sudah berakar puluhan tahun.Simbol CintaIlustrasi pernikahan. Foto: thinkstock Kembali ke Hanoi, Le Thi Minh Tam masih berjuang mencari emas untuk pernikahan anaknya.“Saya lelah dan khawatir. Pernikahan sebentar lagi, tapi emasnya belum cukup. Di Vietnam, emas bukan cuma hadiah ini cara kami menunjukkan kasih sayang,” ujarnya.Pemerintah Vietnam mungkin berhasil membangun regulasi baru, membentuk bursa emas, atau menekan spekulasi. Namun satu hal yang sulit diatur adalah rasa percaya rakyat terhadap emas.Selama emas masih dianggap lambang cinta dan perlindungan, 500 ton emas di bawah bantal itu akan tetap sulit disentuh.Vietnam kini berada di persimpangan antara keinginan modernisasi ekonomi dan budaya lama yang enggan berubah. Upaya menarik emas rakyat ke sistem keuangan formal tak hanya membutuhkan kebijakan fiskal yang kuat, tetapi juga pendekatan sosial dan komunikasi publik yang halus.Karena pada akhirnya, di Vietnam, emas bukan hanya logam, ia adalah simbol kepercayaan, cinta, dan cara rakyat kecil menjaga masa depan mereka sendiri.