Ua personel Gegana Brimob Polda Metro Jaya berjaga di tempat terjadinya ledakan di SMAN 72 Jakarta, Jakarta, Jumat (7/11/2025). (ANTARA)JAKARTA - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyebut kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta menjadi alarm penting bagi Kemendikdasmen untuk memperkuat sistem keamanan dan pembinaan di sekolah.“Pengalaman ini menjadi alarm bagi kami di kementerian untuk memperkuat tiga hal yang sebelum kejadian ini sudah kami usahakan perubahannya,” ujarnya di Jakarta, Minggu 9 November.Mu'ti menjelaskan, langkah pertama yang dilakukan pihaknya adalah merancang peraturan menteri tentang sekolah aman. Aturan ini akan mengatur lingkungan belajar yang bebas dari kekerasan serta memastikan keamanan fisik dan psikologi peserta didik.“Kami ingin menciptakan suasana belajar yang aman dari segala bentuk kekerasan dan tindakan berisiko seperti yang terjadi sekarang,” jelasnya.Mu'ti menambahkan, Kemendikdasmen sedang mengubah paradigma pendidikan menuju pendekatan lebih humanis, komprehensif, dan partisipatif. Salah satu upayanya adalah merekrut duta antikekerasan yang akan dilatih secara khusus untuk membantu menciptakan sekolah yang aman.Langkah kedua adalah penguatan peran guru bimbingan konseling (BK). Menurut Mu'ti, seluruh guru, baik guru BK maupun non-BK, kan memiliki tanggung jawab dalam pendampingan siswa. “Ini bukan menambah beban guru karena memang salah satu tugas utama guru adalah pembimbing,” ujarnya.Mu'ti menjelaskan, jam mengajar guru akan dikonversi dengan jam pembimbingan. Guru juga berperan sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua, membantu menyelesaikan persoalan psikologi, spiritual, dan sosial siswa.[see_also]- https://voi.id/berita/531978/diperkirakan-ada-104-ribu-kasus-tbc-di-jawa-tengah-baru-ditemukan-72-ribu- https://voi.id/lifestyle/531736/5-tarian-daerah-sumatera-utara-dan-penjelasan-maknanya- https://voi.id/olahraga/531985/benjamin-sesko-cedera-lutut-manchester-united-ketar-ketir[/see_also]Mu'ti menyoroti banyak kasus perundungan di sekolah dipicu oleh komunikasi yang kurang baik antara pihak sekolah dan keluarga. “Kalau komunikasi ini bisa diperbaiki, mudah-mudahan kasus perundungan bisa diminimalisasi,” ucapnya.Ia mengakui, kasus kekerasan dan perundungan di sekolah masih cukup tinggi, baik pelaku maupun korbannya berasal dari kalangan siswa. “Inilah yang sedang kami tangani dengan pendekatan yang lebih humanis, komprehensif, dan partisipatif,” tegas Mu'ti.