Haedar: Muhammadiyah Punya 150 SPPG dan Akan Terus Bertambah

Wait 5 sec.

Peresmian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Aisyiyah di Kasihan, Bantul, Kamis (13/11/2025). Foto: MuhammadiyahKetua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan Muhammadiyah adalah organisasi masyarakat yang paling awal menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Bahkan sebelum program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan.Nota kesepahaman dilakukan saat Tanwir Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 2024. Sejak itu Muhammadiyah terus menambah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG."Sejak itu, program ini terus bergulir. Kini Muhammadiyah telah memiliki 150 unit SPPG dan bahkan akan terus bertambah," kata Haedar dalam peresmian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ‘Aisyiyah di Kasihan, Bantul, Kamis (13/11).Haedar bilang, Kepala BGN juga terkesan dengan fasilitas SPPG di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)."Saya bilang, itu baru satu. Masih banyak lagi yang seperti itu. Itulah bentuk partisipasi nyata Muhammadiyah,” ujarnya.Alasan Muhammadiyah Dukung MBGPeresmian Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Aisyiyah di Kasihan, Bantul, Kamis (13/11/2025). Foto: MuhammadiyahHaedar bilang, ada alasan kenapa Muhammadiyah mendukung MBG. Pertama, masa depan generasi bangsa."Dalam pandangan Islam, kita ingin melahirkan qurrata a’yun — generasi yang menyejukkan mata, bukan dzurriyatan dhi’afa — generasi yang lemah," jelasnya.Gizi berkaitan dengan ekosistem sosial dan ekonomi masyarakat. Mayoritas masyarakat Indonesia saat ini di tingkat ekonomi menengah ke bawah. Kualitas gizinya rendah."Ini memengaruhi kondisi fisik dan psikologis anak-anak," bebernya.Soal IQ anak Indonesia yang berada di angka 78,59 juga jadi sorotan Haedar. Ini adalah cerminan kondisi sosial."Muhammadiyah tidak ingin masuk ke dalam kontroversi. Cara bisa seribu, tapi tujuannya satu: menyehatkan generasi bangsa. Kalau ada kekeliruan, kita koreksi dengan tindakan, bukan hanya dengan bicara," ujarnya.Alasan berikutnya, MBG dinilai bisa membangkitkan semangat wirausaha di masyarakat. "Ekosistem ekonomi rakyat, khususnya UMKM, perlu digerakkan agar menjadi bagian dari program ini," tuturnya.Keterlibatan Muhammadiyah dalam program MBG menurut Haedar merupakan panggilan keagamaan yang berakar dari teologi Al-Ma’un."SPPG Muhammadiyah–Aisyiyah di berbagai tempat menjadi wujud nyata dari semangat mencerahkan, memberdayakan, dan memajukan masyarakat," jelasnya.Sementara Ketua Yayasan Hati Ikhlas Indonesia, Mohammad Arsjad Rasjid, mengatakan pembangunan SPPG tidak hanya fokus pada penyediaan makanan bergizi tapi turut membawa dampak sosial dan ekonomi yang luas bagi masyarakat."Yang dibangun bukan hanya dapurnya, tetapi dampaknya luar biasa. Sebelum ke sini, saya sempat mampir ke daerah Minggir dan melihat anak-anak sekolah saat jam makan siang. Saya tanya, ‘Enak enggak makanannya?’ Mereka jawab, ‘Enak, Pak.’ Wajah mereka cerah, sehat, dan bahagia. Itulah yang kita inginkan," kata Arsjad."Mulai dari peternak ayam, petani beras, hingga pelaku usaha kecil lainnya ikut merasakan manfaatnya. Jadi, SPPG ini bukan hanya untuk kesehatan anak-anak, tapi juga menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar," jelasnya.