ILUSTRASI UNSPLASH/CDCJAKARTA - Pejabat kesehatan tengah memantau ketat penyebaran jenis flu yang memicu wabah lebih awal dan parah di Kanada, Inggris, dan Jepang. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya di Amerika Serikat.Jenis flu tersebut adalah versi bermutasi dari H3N2 yang pertama kali terdeteksi musim panas ini. Virus ini menyebar cepat dan dikaitkan dengan meningkatnya angka rawat inap.“Sejak muncul, virus ini menyebar cepat dan mendominasi di sejumlah negara di belahan bumi utara,” kata Kepala Unit Ancaman Pernapasan Global WHO, Dr. Wenqing Zhang, dalam jumpa pers dilansir ANTARA dari Anadolu, Kamis, 13 Novembewr.Para ahli memperingatkan strain baru ini membawa sejumlah mutasi yang membuatnya berbeda dari komponen H3N2 dalam vaksin flu musiman tahun ini.“Virus ini cukup berbeda dari jenis H3N2 yang digunakan dalam vaksin tahun ini,” ujar Antonia Ho, konsultan penyakit menular di Universitas Glasgow, Skotlandia.Kepala Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), James Mackey, mengatakan kasus flu di Inggris tercatat tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Di Kanada, peningkatan kasus flu juga terjadi lebih awal, kata ahli virologi dari Universitas Saskatchewan, Angela Rasmussen.Sementara itu di Jepang, kasus flu di Tokyo hampir enam kali lebih tinggi dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama, sehingga lebih dari 2.300 sekolah dan pusat penitipan anak menghentikan sebagian kegiatan, lapor Nippon TV. Masih belum jelas sejauh mana penyebaran strain tersebut di wilayah lain, termasuk Amerika Serikat. Meski kasus flu tipe A telah dilaporkan, data nasional yang komprehensif belum tersedia akibat kekurangan tenaga di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).Meskipun vaksin flu tahun ini tidak sepenuhnya cocok dengan varian H3N2 yang bermutasi, para ahli tetap menganjurkan vaksinasi tahunan karena vaksin dirancang untuk mengurangi keparahan gejala dan mencegah rawat inap.Bukti awal dari Inggris menunjukkan vaksin saat ini masih dapat memberikan efektivitas hingga 40 persen dalam mencegah orang dewasa dirawat di rumah sakit.