Dokter di Surabaya Ungkap Penyebab Anak Bisa Terpapar Narkoba

Wait 5 sec.

Ilustrasi pecandu narkoba. Foto: PixabayBadan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Timur menemukan 15 siswa SMP positif narkoba setelah tes urine acak dilakukan di sebuah sekolah yang berlokasi dekat kawasan Jalan Kunti, Surabaya. Kawasan Jalan Kunti selama ini dikenal sebagai kampung narkoba.Peristiwa tersebut mengundang prihatin banyak pihak. dr. Lila Nurmayanti, Sp.KJ, Psikiater RS Jiwa Menur Surabaya mengungkapkan penyebab anak bisa terpapar narkoba."Anak bisa terpapar narkoba karena beberapa faktor, yakni internal dan eksternal," ujarnya kepada Basra, Jumat (14/11) malam.Lila menjelaskan, faktor internal merupakan kondisi psikologis anak yang bermasalah, seperti anak yang mengalami depresi, cemas, kurang percaya diri, emosi yang tidak stabil, ingin tahu yang besar dan belum mampu memikirkan sebab akibat karena fungsi luhur yang belum berkembang baik atau masih dalam tahap perkembangan."Faktor genetik juga menjadi faktor risiko anak bisa terpapar narkoba," imbuhnya.dr. Lila Nurmayanti, Sp.KJ, Psikiater RS Jiwa Menur Surabaya.Sedangkan faktor eksternal misalnya lingkungan yang mudah mendapatkan akses narkoba, anak berasal dari keluarga yang bermasalah seperti berselisih, orang tua berpisah, ada kekerasan, hingga orang tua sibuk bekerja. Sehingga pengawasan terhadap anak lemah yang bisa memicu anak bergaul dengan pengguna narkoba."Anak jadi terpengaruh untuk menggunakan narkoba," tuturnya.Kurangnya pendidikan agama, status ekonomi yang kurang juga dapat membuat anak berada pada siklus penjualan narkoba itu sendiri.Ada pun ciri-ciri anak yang terpapar narkoba yakni terjadi perubahan tidak wajar dari yang biasa, misalnya menjadi pendiam dari yang biasa suka bicara, tadinya rajin beribadah tiba-tiba sering keluar malam."Anak juga susah diajak bicara, kurang disiplin, sering menghindari kontak mata langsung, suka membolos atau malas belajar, mengabaikan kegiatan ibadah, menarik diri dari aktivitas bersama keluarga. Itu bisa jadi ciri-ciri anak terpapar narkoba," terangnya."Kemudian jika permintaannya tidak dituruti jadi cepat marah, lebih mudah tersinggung, emosinya naik turun dan tidak ragu memukul atau berbicara kasar kepada orang lain, termasuk kepada orang tuanya, bersandiwara atau memanipulasi keadaan atau berpura-pura. Sulit berkonsentrasi, mulai menjual barang-barang milik sendiri, barang-barang yang ada di rumah juga mulai hilang satu persatu, anak suka bengong, selalu merasa curiga. Dan takut air sehingga tidak suka mandi, khusus bagi pengguna putaw," jelasnya lagi.Lila menuturkan, jika anak sudah terpapar narkoba maka orang tua jangan panik dulu dan langsung menghukum anak."Dekati anak, berkomunikasi dengan anak. Orang tua juga tidak perlu malu meminta bantuan tenaga dokter atau psikiater (dokter ahli jiwa)," tuturnya.Lila pun berpesan kepada masyarakat untuk mendukung rehabilitasi dan pengobatan anak yang terpapar narkoba."Jangan jauhi dan dimusuhi. Masyarakat juga perlu proaktif mencegah penyebarluasan napza untuk memutuskan mata rantai narkoba," tukasnya.Lila menegaskan orang tua harus memberikan pendidikan dan perlindungan kepada anak-anak agar terhindar dari bahaya narkoba."Pendidikan keluarga yang efektif meliputi pemberian nilai-nilai agama dan akhlak, kasih sayang, rasa aman, bimbingan, perhatian, serta pengawasan yang aktif dan bijaksana," tandasnya.