Ketika Cinta Menembus Batas Budaya : Antara Sejarah dan Harapan

Wait 5 sec.

Gambar ilustrasi menunjukkan keluarga harmonis yang berbahagia walaupun menikah beda suku. Sumber foto: Gemini.Di tengah keberagaman budaya Indonesia, kisah cinta antarsuku menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dinamika sosial masyarakat. Salah satu cerita yang paling sering dibicarakan adalah tentang hubungan antara suku Sunda dan suku Jawa. Konon, pernikahan antara kedua suku ini dianggap tabu atau dilarang karena sebuah mitos yang berasal dari tragedi sejarah masa lampau: Peristiwa Bubat.Mitos ini berakar dari kisah Dyah Pitaloka, putri Kerajaan Sunda, yang dikisahkan hendak dinikahkan dengan Raja Majapahit. Namun, niat baik tersebut justru berakhir tragis ketika pasukan Majapahit menyerang pasukan Sunda di Lapangan Bubat. Sejak saat itu, muncul kepercayaan bahwa hubungan antara orang Sunda dan Jawa tidak akan berjalan mulus, bahkan bisa membawa sial, Cinta di antara kedua suku ini dianggap tabu, seolah-olah dibayangi oleh kutukan sejarah.Namun di era modern, pandangan ini mulai banyak dipertanyakan. Banyak pasangan Sunda dan Jawa yang membuktikan bahwa cinta mereka bisa bertahan tidak dibatasi masa lalu, bahkan tumbuh dengan subur. Mereka mampu membangun rumah tangga yang harmonis dengan saling memahami perbedaan budaya dan karakter.Ilustrasi Pasangan. Foto: aslysun/ShutterstockMitos tetaplah mitos sebuah cerita turun-temurun yang tidak selalu relevan dengan kehidupan saat ini. Cinta seharusnya tumbuh dari hati, bukan dari cerita lama. Jika terus dipercaya secara mutlak, mitos ini justru bisa menghambat cinta yang tulus.Mitos boleh hidup dalam budaya, tapi jangan sampai membunuh harapan dan rasa yang tulus. Padahal, dalam realitanya, setiap hubungan pasti menghadapi tantangan, tak peduli dari suku mana asalnya. Yang terpenting adalah bagaimana pasangan itu saling menerima, saling menyempurnakan, dan membangun komunikasi yang sehat.Hubungan yang kuat lahir bukan dari kesamaan budaya semata, melainkan dari komitmen dan pengertian. Jika sudah jodoh, tidak ada perbedaan yang terlalu besar untuk disatukan. Jadi, daripada terjebak dalam ketakutan mitos dan larut dalam kepercayaan yang belum tentu benar, lebih baik kita melihat cinta dengan hati dan logika; lebih baik kita fokus pada kenyataan bahwa hubungan dibangun dari komitmen, bukan cerita lama yang belum tentu benar. Karena pada akhirnya, cinta sejati tak mengenal batas budaya, mitos, ataupun sejarah.