Tiga penggembala bersama unta-untanya. (ENB Emilie-Unsplash)JAKARTA - Peneliti Universitas Sains dan Teknologi King Abdullah (KAUST) di Arab Saudi menciptakan sistem artificial intelligence (AI) yang dapat melacak dan memantau unta dari udara sehingga dapat dimanfaatkan untuk menggembalakan hewan.Menurut penyataan KAUST dikutip dari AN, Minggu 16 November, sistem drone AI ini berbiaya rendah menjanjikan pilihan terjangkau bagi para penggembala unta untuk melakukan salah satu pekerjaan tertua di Arab Saudi tersebut.Sementara manfaatnya bagi para ilmuwan, disebut untuk mempelajari lebih lanjut tentang pola dan kebiasaan migrasi unta.Diciptakan oleh Profesor Basem Shihada dan rekan-rekan labnya di KAUST, sistem tersebut memanfaatkan drone dan kamera komersial yang murah untuk memungkinkan para penggembala unta melacak unta mereka secara real-time tanpa bergantung pada kerah GPS yang mahal atau koneksi satelit.Dalam penelitiannya, tim tersebut menggunakan satu kamera terpasang pada drone untuk merekam video kawanan unta kecil di Arab Saudi dari ketinggian, kemudian melatih model AI mereka menggunakan pembelajaran mesin.Model tersebut mengungkapkan wawasan baru tentang perilaku hewan.“Kami menemukan pola migrasi mereka tidak acak tetapi menunjukkan pola yang dapat diidentifikasi,” kata ilmuwan KAUST, Chun Pong Lau, yang juga terlibat dalam proyek tersebut.Berdasarkan pernyataan KAUST, unta, terutama yang berusia tua, menunjukkan migrasi merumput yang terkoordinasi, menempuh jarak yang jauh sepanjang hari, tetapi selalu kembali ke penggembalanya saat matahari terbenam.Unta-unta itu juga menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap suara drone, sehingga para ilmuwan KAUST menjaga drone setidaknya 120 meter di atas tanah.Selama berabad-abad, unta telah menjadi pusat kehidupan masyarakat Arab dengan menyediakan transportasi, makanan, dan penghubung budaya ke gurun.Saat ini, unta menyumbang lebih dari SR2 miliar atau 534 juta dolar AS per tahun bagi perekonomian Arab Saudi melalui industri seperti makanan, tekstil, dan pariwisata.Namun, kinerja menggembala unta tetap menjadi tantangan, lantaran unta berkeliaran hingga 50 km per hari melintasi medan yang terisolasi. Mobilitas itu sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas, penggembalaan berlebihan, dan hilangnya ternak.Sebagai langkah selanjutnya, Shihada dan rekan-rekannya berencana untuk mengumpulkan video kawanan unta yang lebih besar dengan ukuran dan warna yang lebih heterogen untuk melatih sistem AI mereka agar berkinerja lebih tinggi.