Relawan yang tergabung dalam Komunitas Nol Sampah mengkampanyekan "Diet Sedotan Plastik" di acara "Car Free Day" yang digelar di Jalan Raya Darmo, Kota Surabaya, Jatim, Minggu (23/9/2018). (ANTARA/Abdul Hakim)JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 16 November 2018, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi Pudjiastuti serukan rakyat Indonesia stop gunakan sedotan plastik. Kondisi itu karena Susi menganggap sedotan dan sampah plastik lainnya berbahaya bagi ekosistem bawah laut.Sebelumnya, Susi dikenal peduli dengan dunia kelautan dan perikanan Indonesia. Ia menyaksikan sendiri laut bisa menyejahterakan rakyat Indonesia. Potensi laut harusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal. Namun, laut justru terancam dipenuhi sampah.Kehadiran Susi sebagai Menteri KKP disambut positif sedari 2014. Susi dipandang sebagai figur wanita hebat Indonesia. Tiada meragukan pengetahuan Susi terait permasalahan kelautan dan perikanan. Pengalamannya bertahun-tahun sebagai pengusaha hasil laut ada di baliknya.Kondisi itu membuat Susi selangkah lebih maju melihat potensi besar laut Indonesia. Ia berpikir bahwa kekayaan laut Indonesia besar. Rakyat Indonesia bahkan dianggap bisa sejahtera dengan memanfaatkan potensi laut. Namun, ia melihat justru negara lain yang memanfaatkan potensi kelautan Indonesia.Susi segera melakukan gebrakan menegakkan aturan keras bagi kapal pencuri ikan ilegal. Barang siapa yang mencuri akan ditindak. Kapalnya akan ditenggelamkan. Istimewanya penenggelaman kapal diliput dan bisa disaksian secara nasional.Menteri KKP, Susi Pudjiastuti bersama pesohor negeri ikut Pawai Tolak Plastik Sekali Pakai di Bunderan HI, Jakarta pada 21 Juli 2019. (ANTARA)Ajian Susi membawakan hasil maksimal. Ajian itu memberikan efek jera kepada para pencuri ikan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memujinya. Sekalipun pejabat negara lain justru mengkritik langkah Susi. Ajian penenggelaman kapal berhasil membuat kekayaan laut Indonesia terjaga.Masalah muncul. Namun, bukan dari para pencuri ikan. Masalah sampah yang memenuhi laut dianggap Susi sebagai ancaman. Sampah –utamanya plastik bisa mengancam kehidupan bawah laut. Kondisi itu membuat Susi ikut menyuarakan bahwa laut bukan tempat sampah.Ia mengimbau rakyat Indonesia tak lagi buang sampah ke laut. Ia meminta rakyat Indonesia bersama-sama menjaga laut. Ia juga mendeklarasikan tanggal 19 Agustus setiap tahunnya sebagai Hari Menghadap Laut pada 28 Agustus 2018."Kita pakai 19 Agustus sebagai Hari Menghadap Laut. Saya harapkan kegiatan ini bisa lebih sering dilakukan. Kita ingin kesadaran masyarakat untuk menjadikan laut bukan tempat sampah tapi tempat yang kita hadap, cinta, dan rawat. Itu yang paling penting. Mudah-mudahan setiap kota akan peringati ini untuk kebersihan pantainya.”"Tapi, karena banyak yang antusias maka kegiatan lebih dari 73 titik dan masih banyak lagi. Tentu saja hari ini saya sebagai pembina laut nusantara mengucapkan apresiasi dan terima kasih sebesar-besarnya kepada partisipan dan kota yang cinta dan ingin menjaga laut yang telah melaksanakan kegiatan ini," ungkap Susi sebagaimana dikutip laman CNBC Indonesia, 21 Agustus 2018.Keseriusan Susi menjaga laut terus berlanjut. Ia tak henti-hentinya menyuarakan supaya rakyat Indonesia bergerak menjaga laut dari sampah. Ia juga mengungkap seruan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk stop gunakan sedotan plastik pada 16 November 2018.Susi menegaskan sedotan plastik dianggap sebagai ancaman bagi binatang laut. Ia menyaksikan sendiri bagaimana sampah macam sedotan bisa menjadi derita bagi penyu. Susi pun akan memperjuangan supaya ke depan tempat makan dan lainnya tak lagi menggunakan sedotan plastik."Stop penggunaan sedotan plastik. Menjadi sampah di laut dan menyakitkan kesayangan kita," ujar Susi sebagaimana dikutip laman kompas.com, 16 November 2018.