Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut angkat bersama Presiden ke-2 Soeharto semasa hidup (arsip Antara)JAKARTA - Siti Hardijanti Rukmana atau Mbak Tutut angkat bicara soal pro dan kontra pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto. Putri sulung Soeharto itu menilai perbedaan pendapat adalah hal wajar, namun bangsa Indonesia harus tetap menjaga persatuan.“Pro dan kontra itu biasa. Indonesia kan beragam, ada yang setuju, ada yang tidak. Tapi yang penting jangan ekstrem, yang utama tetap jaga persatuan dan kesatuan,” kata Mbak Tutut yang didampingi adiknya, Bambang Trihadmodjo usai menghadiri acara penganugerahan, di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Senin 10 November.Ia menyebut sejak muda hingga akhir hayat, Soeharto mendedikasikan hidupnya untuk bangsa dan negara. “Semua perjuangan Bapak saya untuk masyarakat Indonesia,” ujarnya.Mbak Tutut juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden dan seluruh pihak yang mendukung penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional. “Terima kasih kepada Bapak Presiden, masyarakat, dan semua yang telah mendukung,” katanya.[see_also]- https://voi.id/berita/531978/diperkirakan-ada-104-ribu-kasus-tbc-di-jawa-tengah-baru-ditemukan-72-ribu- https://voi.id/lifestyle/531736/5-tarian-daerah-sumatera-utara-dan-penjelasan-maknanya- https://voi.id/olahraga/531985/benjamin-sesko-cedera-lutut-manchester-united-ketar-ketir[/see_also]Namun, bagi mereka yang belum setuju, keluarga Soeharto memilih untuk tidak menyimpan rasa kecewa. “Kami tidak merasa dendam atau kecewa. Ini kan negara kesatuan, pendapat masyarakat pasti beragam,” tutur Tutut.Ia menambahkan, keputusan Presiden yang juga berlatar belakang militer dianggap memahami betul perjuangan panjang Soeharto. “Beliau tahu apa yang telah dilakukan Bapak sejak dulu, tapi keputusan itu juga melihat aspirasi masyarakat,” katanya menutup.