Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi, menolak disebut melakukan oportunisme politik. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada - VOI) Manuver politik terbaru diperlihatkan oleh Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi. Usai Kongres III Projo, ia bersama-siap untuk pindah ke Partai Gerindra. Padahal selama dua dasawarsa, ia bersama Projo berada di garis terdepan membela Jokowi. Kini setelah Jokowi tak lagi berkuasa, ia mencari “sandaran” baru. Meski begitu, dia berjanji tidak akan meninggalkan Jokowi.***Menurut Budi, langkah yang ia pilih sekarang sudah melalui pertimbangan dan pemikiran yang matang. Apa yang ia lakukan, katanya, merupakan bentuk transformasi Projo.“Ini adalah bagian dari langkah transformasi Projo. Jadi Projo ini melangkah maju. Pilihan bergabung dengan Partai Gerindra adalah pilihan rasional. Pilihan ini sudah berdasarkan kalkulasi politik dan diperhitungkan soal konsekuensinya. Saya juga meminta persetujuan seluruh anggota Projo di Kongres III kemarin, dan seluruhnya mendukung keputusan saya untuk bergabung ke Partai Gerindra,” katanya.Budi Arie Setiadi menepis dugaan banyak orang yang menuduh dirinya ingin cari aman dengan merapat ke partai penguasa. Ia tidak setuju jika langkah ini disebut sebagai putar haluan.“Orang bertanya, mengapa kami dukung Pak Prabowo? Karena Pak Jokowi dukung Pak Prabowo. Ada yang bilang Projo putar haluan, kami tidak putar haluan. Projo melangkah maju. Kalau putar haluan, saya pindah ke partai selain Gerindra. Kami ini pendukung awal Pak Prabowo–Gibran, apa salah kalau kami kemudian dukung Pak Prabowo?” katanya retoris.Karena itu, ia berjanji tidak akan meninggalkan Jokowi — sosok junjungan dan figur yang selama ini dibela mati-matian.“Ya, kami tidak akan meninggalkan Pak Jokowi. Dalam berbagai isu yang menyerang Pak Jokowi, Projo selalu berada di garis depan. Soal ijazah palsu, Whoosh, IKN, dan lain-lain. Komitmen serta kecintaan Projo pada Pak Jokowi tidak pernah hilang. Itu sudah terinternalisasi dalam diri Projo,” tegasnya kepada Edy Suherli, Bambang Eros, dan Dandi Juniar dari VOI, yang menemuinya di markas Projo, kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa, 4 November 2025.Menurut Ketum Projo Budi Arie Setiadi apa yang dilakukannya sekarang mendukung Presiden Prabowo adalah bentuk transformasi Projo. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada - VOI) Apa yang melatarbelakangi keputusan Anda untuk bergabung dengan Partai Gerindra?Pada 20 Juli 2025, Presiden Prabowo Subianto dalam sebuah forum bertanya kepada saya, “Budi Arie, kamu ke PSI atau Gerindra?” Menurut saya, itu bukan pilihan, tapi perintah dari beliau. Setelah sekian lama berpikir dan berdiskusi dengan banyak pihak, saya kemudian berani mengatakan bahwa partai yang cocok dengan visi, misi, cita-cita, ideologi, dan karakter Projo adalah Partai Gerindra.Karena Projo itu setia di garis rakyat. Projo berpikir dan bertindak hanya untuk negeri, untuk rakyat. Karena itulah pilihan untuk bergabung ke Partai Gerindra merupakan pilihan yang paling rasional. Yang paling masuk akal, karena secara chemistry ada kesamaan. Secara ideologi, visi, dan misi antara Projo dan Gerindra itu hampir sama.Banyak pihak menilai langkah ini sebagai upaya merapat ke partai penguasa. Apa tanggapan Anda?Kan ini permintaan dari Pak Prabowo. Dan kami meresponsnya dengan sangat positif dan antusias, karena kami ingin membantu dan memperkuat presidensialisme Pak Prabowo dengan memenangkan partai pimpinan beliau.Apakah ini strategi jangka pendek atau visi jangka panjang Projo?Ini adalah bagian dari langkah transformasi Projo. Jadi, Projo ini melangkah maju. Pilihan bergabung dengan Partai Gerindra adalah pilihan rasional. Pilihan ini sudah berdasarkan kalkulasi politik dan diperhitungkan soal konsekuensinya. Saya juga meminta persetujuan seluruh anggota Projo di Kongres III kemarin, dan seluruhnya mendukung keputusan saya untuk bergabung ke Partai Gerindra.Jadi ini bukan karena ada kepentingan pribadi?Bukan. Ini kepentingan organisasi. Anggota Projo mendukung penuh.Seperti apa dinamikanya sebelum semua mendukung?Kami melakukan penjelasan, diskusi, dan brainstorming dengan anggota Projo tentang langkah-langkah transformasi yang akan dilakukan Projo sebagai ormas. Saya juga perlu melakukan klarifikasi agar tidak dipotong-potong ya. Secara harfiah, Projo artinya negeri dan rakyat. Itu bahasa Sanskerta, artinya Projo adalah kaum yang mencintai negeri ini dan rakyatnya.Selama hampir 11 tahun belakangan, Projo identik dengan Pro-Jokowi. Image-nya memang Pro-Jokowi, dan itu betul. Itu bagian dari sejarah kami. Bahwa Projo adalah relawan Pro-Jokowi, itu bagian dari sejarah.Sekarang mengalihkan dukungan dari Jokowi ke Presiden Prabowo?Ya, makanya energi yang dimiliki Projo digunakan untuk mengawal Pak Prabowo dan Gibran. Kemarin, selama 10 tahun kami membentengi dan menjadi mata serta telinga untuk pemerintahan Pak Jokowi. Periode ke depan ini kami harus mengawal Pak Prabowo dan Gibran. Makanya perlu transformasi yang sangat serius. Ini bukan berarti kami meninggalkan Pak Jokowi, tidak. Jangan adu domba saya dengan Pak Jokowi.Jadi Projo tidak akan meninggalkan Jokowi?Ya, kami tidak akan meninggalkan Pak Jokowi. Dalam berbagai isu yang menyerang Pak Jokowi, Projo selalu berada di garis depan. Soal ijazah palsu, Whoosh, IKN, dan lain-lain. Komitmen dan kecintaan Projo pada Pak Jokowi tidak pernah hilang. Itu terinternalisasi dalam diri Projo. Yang mengikat kami dengan Pak Jokowi adalah cita-cita dan nilai-nilai kecintaan pada negara dan rakyat. Itu tidak akan hilang. Kesetiaan itu bukan di mulut, tapi di hati, sikap, dan tindakan.Jadi langkah ini sudah dikonsultasikan pada Jokowi?Saya juga sudah menyampaikan kepada Pak Jokowi. Saya berkomunikasi via telepon bahwa kami akan melaporkan hasil Kongres III Projo.Saat disampaikan soal bergabungnya Projo ke Gerindra, seperti apa reaksinya?Setiap saat kita harus punya kemampuan beradaptasi dan merespons setiap perubahan zaman.Jadi respons Jokowi seperti apa?Dia bilang, ya memang harus disesuaikan. Karena Pak Jokowi sudah tidak memerintah, energi yang ada digunakan untuk mendukung dan mengawal Pak Prabowo dan Gibran.Lalu seperti apa posisi Jokowi selanjutnya, apakah masih sebagai pembina, memberikan arahan, atau seperti apa?Masih. Kami akan melaporkan hasil Kongres III Projo dan juga mendiskusikannya dengan beliau.Jika berbeda partai dengan Jokowi, apakah itu menjadi masalah untuk Projo?Tidak ada masalah. Kami menghormati pilihan partai politik. Siapa pun warga negara Indonesia bebas memilih partai politik. Karena partai politik itu penting sebagai pilar demokrasi. Kita harus memperkuat agar parpol berguna bagi bangsa dan rakyat. Justru perbedaan antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo itu bisa memperkuat.Orang bertanya, mengapa kami dukung Pak Prabowo? Karena Pak Jokowi dukung Pak Prabowo. Ada yang bilang Projo putar haluan, kami tidak putar haluan. Projo melangkah maju. Kalau putar haluan, saya pindah ke partai selain Gerindra. Kami ini pendukung awal Pak Prabowo–Gibran, apa salah kalau kami kemudian dukung Pak Prabowo? Iya kan.Jokowi awalnya dijadwalkan hadir di Kongres III, mengapa tidak hadir?Tim dokter menyarankan agar Pak Jokowi tidak beraktivitas di luar ruangan dulu, apalagi berkumpul dengan banyak orang. Karena rekomendasi tim medis, akhirnya Pak Jokowi tidak hadir. Kami menyadari hal itu. Dan jangan pula di-frame kalau Budi Arie ngamuk karena Pak Jokowi tak hadir di Kongres Projo III. Sikap kami di Kongres Projo III tidak ada hubungannya dengan kehadiran atau ketidakhadiran Pak Jokowi. Tidak ada masalah kami bergabung dengan Gerindra — itu pilihan politik yang rasional.Ketum Projo Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa Projo tak akan meninggalkan Jokowi. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada - VOI)Bagaimana dengan ketidakhadiran Presiden Prabowo di Kongres III Projo?Pak Prabowo ini kan baru pulang dari luar negeri. Dengan kesibukan yang tinggi, beliau tidak bisa hadir. Kami berharap diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil Kongres III Projo. Narasi kami positif, tidak ada kecurigaan dan prasangka. Kami memahami situasi dan kondisinya.Jadi, Projo itu bahasa Sanskerta yang berarti negeri dan rakyat. Artinya, Projo adalah kaum yang mencintai negeri dan rakyat. Bahwa selama 10 tahun belakangan Projo identik dengan Pro-Jokowi, itu tidak masalah — apalagi logonya berupa siluet wajah Pak Jokowi.Logo Projo ini apa akan diubah?Kami memang mendiskusikan wacana perubahan logo seiring dengan transformasi yang dilakukan Projo. Kami tidak mau kultus individu terhadap siapa pun. Ikatan kami dengan Pak Jokowi adalah soal nilai dan cita-cita, bukan emosi sesaat.Apa saja hasil Kongres III Projo yang akan dilaporkan ke Jokowi dan Presiden Prabowo?Pertama, Projo mendukung pemerintahan Prabowo–Gibran.Kedua, mendukung dan memperkuat agenda politik Pak Prabowo untuk bangsa dengan memperkuat partai politik yang dipimpin oleh beliau.Ketiga, mendukung persatuan nasional. Saya menghimbau semua pihak untuk ikut mendukung persatuan nasional. Ini penting sekali. Buatlah narasi-narasi yang positif untuk kemajuan bangsa dan negara. Yang bisa membuat Indonesia maju itu ya kita sendiri. Jangan menjadi bagian dari penghambat proses kemajuan.Bahwa ada kritik, saran, dan perdebatan dalam konteks yang konstruktif — seperti perlu tidaknya Whoosh dilanjutkan ke Surabaya — itu sah-sah saja. Daripada memperdebatkan hal yang tidak penting, lebih baik seluruh elemen bangsa bersatu lewat politik persatuan ini. Beda pendapat boleh, tapi jangan sampai kita diadu domba oleh isu murahan yang tidak berguna.Sampai saat ini berapa banyak anggota Projo?Kami ada di seluruh Indonesia, mulai dari DPP, DPD, hingga DPC.Jumlah persisnya berapa?Ya, jutaan.Mengapa Projo tidak menjadi partai politik saja kalau jumlah pendukungnya banyak?Partai itu punya konsekuensi lain. Kami menyadari dan menghormati bahwa partai politik penting bagi kemajuan demokrasi. Tapi perlu ada civil society movement di luar partai politik. Karena itu, keputusan Projo untuk tidak menjadi partai politik adalah pilihan rasional dan kalkulatif. Wacana untuk menjadikan Projo partai politik memang ada, ide itu berkembang, dan kami menghormati pendapat yang muncul.Selama ini citra Projo adalah relawan Jokowi. Ke depan, apakah citra ini akan diubah?Bahwa akar kami adalah relawan yang mendukung Pak Jokowi, betul. Itu adalah sejarah Projo. Sekarang kami memasuki fase baru: mengawal pemerintahan Prabowo–Gibran. Karena itu, Projo perlu bertransformasi dan melakukan langkah-langkah adaptif agar relevan dengan perkembangan zaman.Jadi apakah citra itu akan diubah?Kami ini pendukung pemerintah, sesuai dengan filosofinya: negeri dan rakyat. Karena pemimpinnya berganti, maka perlu ada penyesuaian.Seperti apa arah dan fokus Projo ke depan — baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang?Sebagai organisasi yang bertransformasi, pasti akan ada perubahan dalam strategi dan taktik. Yang pasti, Projo amat berkomitmen mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 yang maju dengan basis keadilan sosial.Ada anggapan bahwa langkah Projo ke Gerindra menunjukkan oportunisme politik. Apa tanggapan Anda?Dalam demokrasi, semua orang boleh berpendapat. Silakan berpendapat, dan saya tidak akan menanggapi semuanya. Yang mengikat kami adalah nilai, cita-cita, dan semangat perjuangan. Garis perjuangan Projo adalah setia di garis rakyat. Siapa pun pemerintah yang berpihak pada rakyat, pasti kami dukung sepenuh hati. Semua hati dan pikiran Pak Prabowo untuk rakyat — mengapa kami tidak mendukungnya?Jadi ini ada benang merahnya, bukan bentuk oportunisme Anda dalam berpolitik?Bukan oportunisme dalam berpolitik.Bagaimana Anda merespons potensi perpecahan di kalangan relawan Jokowi yang masih loyal kepada PDIP?Saya tegaskan, kader Projo sudah tidak ada yang di PDI Perjuangan. Itu terjadi sejak Pilpres 2024. Dan sejak awal, Projo tidak punya hubungan dengan partai apa pun. Kami independen. Kami bukan underbow partai mana pun.Faktanya dulu memang Pak Jokowi kader PDIP, dan itu tidak bisa dihapus dari sejarah. Bahwa ada kesamaan pandangan, ya wajar saja. Cara berpikir saya sederhana: selama untuk negara, bangsa, dan rakyat — semua kelompok adalah teman. Selain itu, kami lawan.Apakah nilai-nilai kerelawanan yang menjadi semangat awal Projo masih relevan dalam langkah politik saat ini?Oh iya, tetap relevan. Dan akan selalu relevan sepanjang zaman, siapa pun pemimpinnya. Jadi bukan berubah haluan dari Pak Jokowi ke Pak Prabowo — ya wajar, karena pemimpinnya berganti.Bagaimana Anda melihat peran Jokowi setelah tidak lagi menjabat — apakah sebagai king maker, penasihat politik, atau figur moral bangsa?Pak Jokowi itu selalu di hati rakyat. Dia dan rakyat seperti dua sisi mata uang. Selama ada rakyat, Pak Jokowi tetap relevan. Jangan salah, ada yang bilang Pak Jokowi habis, pengaruhnya kurang. Menurut saya tidak, dia tetap di hati rakyat. Dia tetap king maker, dan sebagai penasihat politik, dia juga masih relevan. Pemerintahan Pak Jokowi selama 10 tahun membuat perubahan besar bagi bangsa ini.Apa saja perubahan yang dia lakukan?Pak Jokowi banyak melakukan terobosan kebijakan. Dia melakukan pembangunan dari pinggiran. Proyek yang menyangkut hajat hidup orang banyak diutamakan. Program kerakyatan dan dana desa digalakkan, dan banyak sekali yang lainnya. Pak Jokowi dan Pak Prabowo sama — pikirannya untuk bangsa dan rakyat. Jangan mendikotomikan keduanya. Banyak orang yang hobinya mengadu domba.Bagaimana dengan suara yang mengatakan apa yang dilakukan Jokowi selama 10 tahun tidak baik?Apa yang dilakukan Pak Jokowi selama sepuluh tahun memimpin bangsa terlihat hasilnya. Bisa diukur berapa banyak desa tertinggal yang terentaskan, berapa jalan yang dibangun, kereta cepat, dan lain-lain. Bahwa ada kekurangan, ya, makanya butuh keberlanjutan dari pemimpin berikutnya.Oke, bagaimana tanggapan Anda dengan kereta cepat Whoosh yang belakangan diduga ada korupsi dan markup?Soal Whoosh, problemnya bukan pada idenya atau kebijakannya, tapi pada tataran pelaksanaannya. Mungkin ada struktur keuangan yang bermasalah, utangnya terlalu banyak, atau ada persoalan pembebasan lahan. Ada juga cost overrun — itu wilayah teknis. Kalau ada dugaan pelanggaran hukum, silakan diproses.Sekarang KPK sedang memproses dugaan korupsi dan markup kereta cepat. Apakah Projo mendukung?Kami tidak pernah menghalangi, kami mendukung proses hukum. Jangan diserang idenya, karena kereta cepat itu berguna.Menurut Anda, kereta cepat ini sebaiknya lanjut ke Surabaya atau tidak?Harus lanjut sampai ke Surabaya. Ada manfaatnya, kok. Saya sekarang kalau ke Bandung pasti naik Whoosh. Cepat dan tidak macet. Itu lompatan peradaban.Tapi kan stasiun akhirnya masih jadi pekerjaan rumah, harus lanjut ke kereta komuter, dan moda lain masih macet?Ya, itu problem yang harus diselesaikan. Kita harus fair — di China tanah milik negara, di Indonesia tidak. Makanya sulit dalam pembebasan lahan.Siapa pun yang terlibat, menurut Anda harus diproses hukum?Ya, siapa pun itu, yang diduga terlibat harus diproses secara hukum.Apa saran Anda untuk relawan Projo yang masih bingung dengan langkah yang akan diambil ke depan?Kita harus tenang, bijaksana, dan juga penuh komitmen. Pak Jokowi pernah bilang, kita hanya punya satu kesempatan dalam 500 tahun untuk menjadi negara maju. Momentum Indonesia Emas 2045 jangan sampai hilang karena kelakuan segelintir elite. Mari sama-sama perjuangkan Indonesia Emas 2045, karena momentumnya sekarang. Ini pertaruhan bagi bangsa kita. Semua anggota Projo tak perlu ragu. Arahan dan tema Kongres Projo III sudah jelas: setia di garis rakyat. Kita bertransformasi, bukan melakukan oportunisme politik. Lagipula, kita juga pendukung Pak Prabowo.Jika harus mendefinisikan ulang makna “Projo” pasca-Jokowi, bagaimana Anda ingin masyarakat memandang Projo hari ini?Projo ini lahir karena Pak Jokowi. Tak ada Pak Jokowi, tak ada pula Projo. Projo lahir dari kerinduan akan adanya pemimpin rakyat. Projo bergerak memenangkan Pak Jokowi dan mengawalnya selama 10 tahun. Untuk menciptakan keberlanjutan, kami mendukung Pak Prabowo–Gibran sebagai pemimpin selanjutnya. Karena itu, Projo harus bertransformasi agar tetap relevan.Kalau begitu, perlu definisi ulang untuk Projo?Tidak perlu. Fokus Projo sekarang adalah mengawal pemerintahan Pak Prabowo.Logonya perlu diubah?Masukan teman-teman begitu, soalnya kasihan Pak Jokowi. Takutnya jadi beban kalau siluet foto beliau masih digunakan. Karena beliau sudah tak jadi presiden. Kami akan mengadakan sayembara untuk perubahan logo Projo. Perubahan logo itu hal biasa, bukan sesuatu yang luar biasa.Perubahan logo bukan untuk menafikan sosok Jokowi?Bukan, sama sekali tidak. Tak mungkin Projo dipisahkan dari Pak Jokowi. Beliau bagian dari sejarah Projo. Projo tetap pasang badan untuk membela Pak Jokowi. Budi Arie Setiadi Jabat Tiga Menteri BerbedaBudi Arie Setiadi mengatakan dirinya tak pernah meminta jabatan menteri kepada Presiden Jokowi dan juga Presiden Prabowo. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada - VOI)Tak banyak sosok yang bisa bertugas di kementerian yang berbeda. Di era Presiden Jokowi, Budi Arie Setiadi pernah bertugas sebagai Wakil Menteri Desa, kemudian ditugaskan sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Di masa kepemimpinan Presiden Prabowo, ia ditugaskan sebagai Menteri Koperasi.Tugas sebagai menteri bagi Budi adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. “Saya tidak pernah meminta jabatan sebagai menteri, baik kepada Pak Jokowi maupun Pak Prabowo. Soalnya kalau saya meminta, artinya ada interest pribadi. Di mana pun ditugaskan, saya melaksanakan tugas sebaik mungkin,” katanya.Bagi dia, tak ada persoalan meski masa tugasnya tidak sampai lima tahun. “Itu adalah hak prerogatif presiden. Saat ditugaskan sebagai Menkominfo, saya mendapat target yang berat dari Pak Jokowi. Ada sekitar 5.000 BTS yang mangkrak — itu saya dan tim selesaikan dalam lima bulan. Itu penting agar rakyat bisa menikmati akses jaringan internet. Dengan itu mereka bisa berkomunikasi dan melakukan berbagai hal,” katanya.Di masa Presiden Prabowo, lanjut dia, Kementerian Koperasi juga mendapat tugas yang tidak ringan. “Kami harus menyiapkan pembentukan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan kerja sama dan sinergi, kami bisa menyiapkan pembentukan koperasi desa lebih cepat dari target. Itu bukan pekerjaan mudah,” terangnya, sembari menambahkan bahwa kurang lebih dua bulan waktu yang mereka butuhkan.Setelah tidak menjadi pembantu presiden di era kepemimpinan Presiden Jokowi dan Presiden Prabowo, Budi tetap mengabdikan dirinya untuk rakyat. Hanya saja, yang dia lakukan kini dalam bentuk lain — fokus memimpin Projo. “Tidak di kabinet bukan berarti selesai tugas untuk membantu rakyat. Dulu melalui kementerian yang saya pimpin, namun sekarang melalui organisasi massa yang saya pimpin, lewat Projo,” paparnya.Menurut Budi, tak ada perbedaan dalam dirinya antara sebelum dan sesudah menjadi seorang menteri. “Saya ini kan rakyat biasa, kebetulan tempo hari dipercaya oleh Pak Jokowi untuk membantu beliau dalam kabinet, dan dalam pemerintahan Pak Prabowo juga diminta membantu di Kementerian Koperasi. Ketika sudah tak menjadi menteri, ya kembali menjadi rakyat. Biasa saja, tak ada yang berubah,” katanya sembari bersyukur diberi kesempatan mengabdi untuk negeri. Selalu Berpikir PositifSelalu berpikir positif menjadi kiat Budi Arie Setiadi dalam menjaga kesehatan mentalnya. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada - VOI)Menurut Budi, salah satu kunci kesehatan dirinya adalah selalu berpikir positif dan menjauhkan diri dari sifat iri serta dengki. “Tidak usah iri dan dengki dalam hidup ini saat melihat orang lain mendapat sesuatu. Iri dan dengki itu seperti memprotes kehendak Sang Pencipta. Yang terpenting bagi saya, bagaimana hidup kita ini bisa berarti,” katanya.Ia selalu yakin bahwa rezeki yang sudah disuratkan untuknya tidak akan tertukar. “Kenyataannya memang begitu. Kalau belum rezeki kita, ya tidak akan dapat. Jadi sabar saja kalau belum waktunya,” ujarnya.Karena itu, filosofi hidup yang dijalankan Budi adalah mengalir seperti air. “Saya tidak akan ngoyo untuk menggapai sesuatu. Tapi bukan berarti tidak berusaha, ya. Usaha tetap harus dilakukan, tapi hasilnya serahkan kepada Yang Maha Kuasa,” lanjutnya. Olahraga sebagai PenyeimbangUntuk menjaga kebugaran tubuh, Budi Arie Setiadi rutin berolahraga, renang menjadi pilihannya. (Foto: Bambang Eros – VOI, DI: Raga Granada - VOI) Untuk menjaga kesehatan fisik, Budi Arie Setiadi meluangkan waktu untuk berolahraga. Bagi dia, tak perlu olahraga berat — yang penting bisa berkeringat dan membakar kalori. “Sepekan saya tiga kali berenang. Lumayanlah, tak perlu ngoyo,” katanya, sambil berpesan agar jangan takut dengan keterbatasan.Berenang bagi Budi adalah olahraga yang paling aman. “Dulu pernah melakoni olahraga lain seperti jalan atau lari, tapi betis saya sering ketarik. Jadi olahraga yang direkomendasikan dokter adalah berenang,” katanya, sembari menambahkan bahwa banyak orang sukses justru berawal dari keterbatasan, bukan kelimpahan harta.Gaya berenang yang paling sering dilakukan Budi adalah gaya katak. “Saya senang gaya katak karena semua organ tubuh bergerak,” katanya. Bagaimana dengan gaya bebas dan gaya kupu-kupu? “Wah, itu berat dan susah. Buat saya, gaya katak saja,” lanjutnya.Untuk urusan makanan, Budi Arie Setiadi sudah mengurangi asupan gula. “Salah satu yang saya lakukan adalah mengurangi konsumsi nasi dan minuman manis. Untuk asupan karbohidrat, saya ganti dengan porang, ubi, kentang, dan umbi-umbian lainnya yang kadar gulanya lebih rendah dari nasi,” tandasnya.