Kemenangan Zohran Mamdani dan Pelajaran bagi Gerakan Buruh di Indonesia

Wait 5 sec.

Wali Kota New York City terpilih, Zohran Mamdani. Foto: Kumparan dalam (Shannon Stapleton/REUTERS)Kemenangan Zohran Mamdani dalam pemilihan legislatif negara bagian New York beberapa waktu terakhir memunculkan kembali pembicaraan mengenai politik akar rumput di tingkat global. Bagi sebagian orang, kemenangan ini mungkin hanya salah satu peristiwa politik di Amerika Serikat. Namun bagi saya, sebagai seorang pekerja yang berhadapan dengan tekanan biaya hidup dan ketidakpastian kerja, kemenangan tersebut memberikan sesuatu yang lebih penting: gambaran bahwa perjuangan politik yang berpihak pada kelas pekerja masih mungkin dilakukan dan dimenangkan.Mamdani datang dari lingkungan komunitas yang beragam, dengan basis dukungan yang kuat di antara penyewa rumah, pekerja sektor jasa, dan kelompok minoritas. Ia memperjuangkan isu-isu yang sangat mendasar: akses terhadap tempat tinggal yang terjangkau, transportasi publik yang dapat diandalkan, biaya kesehatan yang tidak membebani, serta hak hidup layak bagi warga pekerja. Hal ini terasa relevan, karena persoalan serupa juga menjadi bagian dari kehidupan pekerja di Indonesia saat ini, meskipun dalam konteks sosial dan kebijakan yang berbeda.Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan besar dalam regulasi ketenagakerjaan. Salah satunya adalah pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja, yang di mata banyak pekerja, lebih banyak mendorong fleksibilitas kerja yang menguntungkan pengusaha dibanding memberikan perlindungan sosial bagi buruh. Jam kerja yang panjang, status kontrak yang berkepanjangan, hingga upah minimum yang sering dinegosiasikan tanpa melibatkan suara pekerja secara langsung, menjadi bagian dari pergulatan sehari-hari. Selain itu, biaya hidup, terutama biaya sewa tempat tinggal di wilayah perkotaan, meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan upah.Melihat itu, kemenangan Mamdani menjadi penting bukan karena ia berasal dari negara lain atau sistem yang berbeda, tetapi karena ia menunjukkan bahwa isu-isu yang dekat dengan kehidupan pekerja dapat menjadi dasar pergerakan politik yang kuat. Mamdani tidak mengandalkan citra pribadi sebagai tokoh karismatik, tetapi bertumpu pada kerja kolektif organisasi komunitas. Komite penyewa, relawan lingkungan, dan jaringan pendukung lokal menjadi fondasi kemenangan tersebut.Wali Kota New York City terpilih, Zohran Mamdani. Foto: Kumparan dalam (Kylie Cooper/REUTERS)Pelajaran Bagi Gerakan Buruh di IndonesiaKonteks ini memberikan pelajaran bagi gerakan buruh di Indonesia. Selama ini, saluran representasi politik buruh sering kali berhenti pada bentuk simbolik: keberadaan serikat buruh di tingkat perusahaan, atau tokoh-tokoh yang mengklaim membawa suara buruh di ruang politik. Namun, representasi tersebut belum sepenuhnya menerjemahkan kebutuhan pekerja ke dalam kebijakan yang nyata. Serikat buruh pun tidak jarang terpecah, baik karena kepentingan internal maupun karena hubungan patronase dengan kekuatan politik yang lebih besar.Pelajaran yang tampak dari gerakan yang mendukung Mamdani adalah pentingnya membangun basis yang kokoh, bukan sekadar dukungan menjelang pemilihan. Di Indonesia, organisasi buruh dapat mempertimbangkan kembali bagaimana gerakan dibangun: bukan hanya melalui demonstrasi atau perayaan hari buruh tahunan, tetapi melalui pengorganisiran yang berkelanjutan di tempat kerja, lingkungan tinggal, dan ruang sosial yang lebih luas.Misalnya, persoalan perumahan pekerja dapat menjadi pintu masuk penting. Banyak pekerja, terutama di kota-kota besar, tinggal di kos-kosan atau kontrakan yang kualitasnya tidak selalu layak, dengan harga yang meningkat seiring ekspansi properti dan spekulasi tanah. Ini merupakan isu yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sehari-hari pekerja, sama seperti biaya transportasi ke tempat kerja yang sering kali menyedot sebagian besar pendapatan bulanan. Pengorganisiran yang menghubungkan isu ketenagakerjaan dengan isu perumahan dan layanan publik dapat memperkuat solidaritas antara pekerja sektor formal, informal, dan komunitas warga secara lebih luas.Kemenangan Lahir dari Hal SederhanaKemenangan Mamdani menunjukkan bahwa perubahan politik dapat berawal dari situasi yang paling dekat dengan kehidupan warga, tidak selalu dari panggung besar atau struktur formal. Namun, kemenangan itu juga mengajarkan bahwa perubahan tidak terjadi dengan cepat. Dibutuhkan kesabaran, konsistensi, dan kesediaan untuk membangun kekuatan kolektif yang mungkin tidak selalu terlihat dalam jangka pendek.Bagi pekerja di Indonesia, pertanyaannya bukan sekadar apakah kita dapat mengulangi kemenangan seperti yang terjadi di Queens. Pertanyaannya adalah apakah kita mampu membangun basis yang sama, kesadaran bersama, solidaritas lintas isu, serta keberanian untuk terlibat dalam proses politik yang selama ini terasa jauh dari kehidupan sehari-hari. Politik yang berpihak pada pekerja hanya dapat hadir apabila pekerja terlibat aktif dalam mendefinisikan kepentingan mereka sendiri, bukan sekadar menjadi penerima kebijakan dari atas.Kemenangan Mamdani bukanlah jawaban atas seluruh persoalan yang dihadapi kelas pekerja. Ia adalah contoh bahwa perjuangan tetap memiliki kemungkinan. Dan kemungkinan itu hanya dapat diwujudkan jika pekerja membangun kekuatan mereka sendiri, bersama, dalam jangka panjang.