Dokumentasi pribadi Clery: Pertunjukan teater oleh UKM Mahib'e di acara Fisipers Journalist Week 2025Dalam beberapa tahun terakhir, teater kembali mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Pementasan teater tidak lagi hanya dipandang sebagai hiburan atau kegiatan kampus, melainkan sebagai bentuk ekspresi diri dan refleksi sosial. Teater hadir sebagai ruang yang jujur tempat manusia menelanjangi perasaan, menyuarakan keresahan, dan memaknai kehidupan melalui peran yang dijalankan. Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh kepalsuan, teater menjadi wadah untuk berhenti sejenak dan kembali menjadi manusia seutuhnya.Menurut data dari Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2022, minat terhadap kegiatan teater di Indonesia mengalami peningkatan, terutama di lingkungan pendidikan tinggi dan komunitas independen. Berbagai festival seperti Festival Teater Jakarta dan Festival Teater Mahasiswa Indonesia menjadi bukti bahwa teater masih hidup dan terus tumbuh sebagai bagian dari denyut kebudayaan bangsa. Namun, di balik perkembangan itu, masih ada tantangan besar: kurangnya apresiasi dan dukungan publik terhadap pelaku teater, baik dari sisi pendanaan maupun perhatian media.Bagi saya pribadi, teater bukan sekadar panggung, melainkan ruang pembelajaran tentang kejujuran dan empati. Dari teater, saya belajar bahwa menjadi orang lain di atas panggung justru membuat kita lebih mengenal diri sendiri. Setiap dialog, tatapan, dan gerak tubuh adalah cara untuk memahami manusia dari berbagai sisi. Teater mengajarkan bahwa setiap peran memiliki luka, harapan, dan alasan seperti kehidupan itu sendiri. Di dunia nyata, kita sering bersembunyi di balik topeng sosial, tapi di atas panggung, kejujuran menjadi satu-satunya bahasa yang dimengerti.Namun, ironinya, masih banyak yang memandang teater sebagai kegiatan "sampingan", bukan bagian penting dari pendidikan dan kebudayaan. Padahal, lewat teater, seseorang belajar tentang kerja sama, disiplin, komunikasi, dan keberanian. Nilai-nilai inilah yang seharusnya dihargai lebih dalam, karena membentuk karakter manusia yang peka terhadap lingkungan sosialnya. Teater bukan hanya seni untuk ditonton, tetapi seni untuk dirasakan oleh pelaku maupun penontonnya.Teater akan selalu hidup selama masih ada manusia yang mau memahami manusia lainnya. Ia tumbuh dari empati, dari keberanian untuk berdiri di panggung dan berkata, “Inilah aku.” Dalam setiap lakon, terselip pelajaran tentang menjadi manusia yang lebih sadar, lebih hangat, dan lebih jujur terhadap diri sendiri.