Belajar dari Kasus Bilqis, Begini Cara Melindungi Anak dari Risiko Penculikan

Wait 5 sec.

Bilqis saat bertemu dengan orang tuanya di Mapolrestabes Makassar. Foto: kumparanKasus penculikan seorang balita asal Makassar, Bilqis (4), menjadi sorotan karena ia sempat hilang enam hari, lalu ditemukan di Jambi. Ia diculik ketika ayahnya sedang latihan tenis di Taman Pakui Sayang, Makassar, lalu sempat berpindah-pindah hingga akhirnya ditemukan di tengah hutan di Kabupaten Merangin, Jambi,Kisah penyelamatan Bilqis juga dipenuhi haru, lantaran balita tersebut sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh sejumlah penduduk Suku Anak Dalam. Sehingga proses penjemputannya sempat berlangsung alot.Bilqis pun kembali ke pelukan keluarga pada Sabtu (8/11). Dalam kasus ini diduga ada indikasi perdagangan anak.Polisi mengamankan 3 penculik Bilqis. Foto: Dok. IstimewaPolisi mengungkap balita Bilqis sempat diperjualbelikan melalui beberapa tahap, mulai dari penculik awal hingga kelompok salah satu suku di Jambi.Bilqis dijual berlapis: Sri Yuliana membawa korban dari taman di Makassar seharga Rp 3 juta ke Nadia Hutri, kemudian Adit dan Meriana membeli dengan harga Rp 30 juta, sebelum dijual ke warga suku di Jambi seharga Rp 80 juta.Tidak hanya itu, pelaku juga menggunakan surat palsu demi mengelabui pembeli, yang menyatakan seakan orang tua kandung tidak mampu merawat anak. Surat palsu tersebut membuat warga suku percaya bahwa korban adalah anak dari tersangka.Polisi telah menetapkan 4 tersangka dalam kasus penculikan ini. Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Devi Sujana mengatakan, sindikat penculikan anak menyasar anak yang berusia di bawah lima tahun.Sindikat ini bekerja secara terorganisir. Mereka memanfaatkan media sosial seperti TikTok, Facebook dan WhatsApp untuk komunikasi terkait jual beli anak. Modusnya, adopsi. Mereka mencari korban yang lengah dari pengawasan orang tuanya. Lalu, setiap anak yang diculik, dijual hingga mencapai puluhan juta rupiah.Cegah Anak Jadi Korban Penculikan Agar Tidak Ada yang Jadi Korban LagiKasus penculikan Bilqis menjadi pengingat bagi para orang tua agar lebih waspada dan menjaga anaknya masing-masing. Karena, tempat dan orang-orang yang anak sudah merasa familiar pun tetap memiliki risiko penculikan.Psikolog Klinis Anak Rumah Dandelion, Rizqina Ardiwijaya, membagikan beberapa tips yang bisa orang tua terapkan agar anak terhindar dari penculikan.Apa yang harus dilakukan ketika membawa anak ke tempat umum?1. Aturan sebelum berangkatPakaikan baju atau aksesoris warna terang/kontras/unik sebagai pembeda dan agar anak mudah dikenali.Foto full body setiap keluar rumah atau khusus ketika pergi ke tempat yang banyak orang. Ini penting kalau tersesat kita punya tampilan terakhir anak.2. Aturan selama di tempat umumOrang tua harus tahu “di mana, dengan siapa, sedang apa”, cek secara berkala anak.Pilih titik duduk dengan visibilitas penuh ke playground atau lapangan.Kenalkan siapa “safe adults”: orang tua, pelatih, resepsionis, satpam. Anak tahu siapa yang boleh didekati.Ajarkan kalimat kunci sebelum dilepas main:
“Kalau kamu nggak lihat Mama atau Papa, kamu harus tetap di tempat. Mama atau Papa yang cari kamu.”3. Aturan khusus kalau ada orang asingOrang asing boleh menyapa, tapi tidak boleh:Minta ditemaniMenerima hadiahNgajak ke area lainMinta anak ikut “lihat sesuatu”"Ini diajarkan sebagai aturan keluarga, bukan karena dunia menyeramkan, sehingga anak juga masih mau eksplorasi dengan nyaman," kata Rizqina kepada kumparaMOM.Ilustrasi anak berkata tidak. Foto: Sorapop Udomsri/ShutterstockBagaimana mengajarkan anak agar anak tidak mudah diiming-imingi oleh orang asing?Nah Moms, menurut Rizqina, anak-anak rentan menjadi korban penculikan, dan bahkan perdagangan orang, karena dianggap fisiknya kecil, belum memiliki pemahaman tentang bahaya, tidak bisa membela diri atau melapor, maupun mudah diarahkan atau diiming-imingi.Oleh karena itu, Anda bisa mengajarkan si kecil agar tidak mudah diiming-imingi dengan menerapkan kebiasaan di bawah ini:Usia 2–4 tahun (balita)Fokus: aturan sederhana dan role play berulang“Kamu hanya boleh ikut orang yang Mama/Papa sebutkan.”“Kalau ada yang kasih makanan/hadiah → kamu bilang: ‘Aku tanya Mama dulu ya..”Usia 4–6 tahun (prasekolah)Ajarkan konsep ‘tricky people’, bukan ‘strangers’. Karena kebanyakan dari penculik justru terlihat baik & tidak menakutkan.Ajarkan:Orang yang minta anak membantu (cari kucing, ambil barang) = tricky.Orang yang mengajak ke tempat lain = tricky.Jika ragu → anak lari ke orang dewasa terdekat dan teriak:
“Ini bukan orang tua saya!” Atau "Tolong!"Usia 7–10 tahunAjarkan anak tentang assertiveness (keberanian) dan problem-solving (penyelesaian masalah) dengan cara:Beri skenario:
“Kalau ada yang bilang ‘Ayah ibu kecelakaan, ikut saya’, maka anak harus apa?
→ Anak jawab: “Saya telepon orang tua saya dulu.”Berada di toilet umum, parkiran, eskalator = harus ditemani."Pada usia ini boleh kalau mau dijelaskan dengan lebih gamblang terkait penculikan. Agar anak tahu alasan ada aturan seperti ini," tutup Rizqina.