Warga binaan pemasyarakatan (WBP) berbaris di halaman Lapas Kelas II A Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTODi balik dinding tinggi dan pintu besi yang kokoh, Lapas Kelas II A Ambarawa yang saat ini menampung sekitar 550 orang warga binaan, tidak hanya menjadi tempat pembinaan tetapi juga lahan subur bagi tumbuhnya kemandirian dan kepedulian sosial.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) berjalan di ladang pertanian Lapas. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTOMelalui berbagai program, Lapas ini membuktikan bahwa semangat berkarya dan berbagi dapat mekar di mana saja, bahkan di balik jeruji. Salah satu yang ditekankan adalah program latihan keterampilan dan kemandirian warga binaan pemasyarakatan (WBP) terkait produksi pangan.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) merawat tanaman kangkung di ladang pertanian Lapas. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTOProgram dengan pengajar dari internal lapas ini dirancang bukan sekadar rutinitas pengisi waktu, melainkan sebuah pelatihan nyata yang membekali warga binaan dengan kemampuan praktis sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri untuk menghadapi kehidupan setelah bebas nanti.Kegiatan ini memanfaatkan lahan dan sumber daya di sekitar lapas untuk menanam berbagai komoditas pangan seperti sawi, kangkung, terong, serta membudidayakan ikan lele.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) merawat tanaman kangkung. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTOSeluruh prosesnya dijalani langsung oleh warga binaan mulai dari mengolah tanah, menanam bibit, merawat tanaman, hingga memanen hasilnya.Setiap tahapan menjadi ajang pembelajaran keterampilan pertanian dan perikanan yang sistematis, sehingga mereka tidak hanya bekerja, tetapi juga berlatih untuk mandiri.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) merawat tanaman kangkung di ladang pertanian Lapas. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO“Kegiatan keterampilan lapangan di Lapas Kelas II A Ambarawa ini memang ditekankan sebagai program pembinaan yang berfokus pada latihan keterampilan dan kemandirian WBP, agar nantinya bisa menjadi bekal hidup ketika bebas,” ujar Kepala Lapas Kelas II A Ambarawa, Subakdo Wulandoro.Kangkung, sawi, dan terong dipilih karena masa tanamnya singkat dan kandungan gizinya tinggi.Sementara itu, kolam lele yang dikelola dengan penuh ketelatenan menjadi sumber protein hewani yang melengkapi hasil panen sayuran.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) memanen ikan lele di kolam ikan lapas. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTOSemua hal ini dikerjakan dengan prinsip efisiensi dan keberlanjutan, mulai dari penggunaan pupuk organik hingga teknik pemeliharaan yang ramah lingkungan.Lebih lanjut, Subakdo menjelaskan hal yang menjadikan program ini istimewa adalah hasilnya yang melampaui kebutuhan internal lapas.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) mengambil ikan lele di kolam ikan lapas. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTOHasil panen tidak hanya memenuhi dapur warga binaan, tetapi juga disalurkan kepada masyarakat sekitar. Langkah ini menciptakan jembatan solidaritas antara lapas dan warga luar, mengikis stigma negatif, sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) menunjukkan produk ikan lele kemasan siap goreng yang dibudidayakan di dalam Lapas. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTOBagi warga binaan, kegiatan ini bukan sekadar bekerja, melainkan latihan yang menanamkan nilai kerja sama, disiplin, dan tanggung jawab. Mereka belajar bahwa kemandirian tumbuh dari proses yang sabar dan konsisten. Sementara itu, lewat penyaluran hasil panen, mereka menemukan makna kebaikan yang lahir dari kerja keras mereka sendiri.Warga binaan pemasyarakatan (WBP) Supriyanto (45) yang telah mendapatkan remisi bebas berpose di halaman Lapas Kelas II A Ambarawa. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO“Banyak program-program bagus yang membina saya dan teman-teman selama di lapas, terutama program pelatihan seperti ini yang menjadi bekal saya untuk melanjutkan hidup nanti,” ujar Supriyanto (45), WBP yang telah mendapatkan remisi bebas.Program kemandirian di Lapas Kelas II A Ambarawa menjadi bukti bahwa pembinaan bukan hanya tentang pendidikan moral dan keterampilan di dalam ruangan, melainkan juga praktik nyata berupa latihan keterampilan yang memberi dampak positif bagi masyarakat.Ladang pertanian di dalam Kelas II A Ambarawa. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTODari lahan-lahan kecil di balik jeruji, sawi, kangkung, terong, dan lele tumbuh menjadi simbol harapan. Harapan akan masa depan yang lebih baik bagi warga binaan, serta harapan akan hubungan yang lebih harmonis antara mereka dan masyarakat.Ladang kemandirian ini tak hanya memberi pangan, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri, keterampilan, dan semangat untuk menata hidup kembali.Ladang pertanian di dalam Kelas II A Ambarawa. Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTOPada akhirnya, program ini ini sejalan dengan tujuan lapas yakni membekali WBP agar berubah menjadi pribadi yang lebih baik melalui langkah sederhana: menanam, memelihara, dan berbagi.