ASDP Kurangi Emisi Karbon, Digitalisasi Tiket–Restorasi Ekosistem Pesisir

Wait 5 sec.

Ilustrasi kapal ASDP. Foto: Dok. ASDP PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) mengatakan terus melakukan upaya untuk mengurangi emisi karbon, di antaranya dengan digitalisasi layanan tiket dan restorasi ekosistem pesisir. Upaya ini menjadi bagian dari langkah dekarbonisasi yang terintegrasi dalam pengelolaan transportasi penyeberangan nasional.Di Pelabuhan Bitung, penerapan sistem reservasi dan pembayaran tiket daring melalui aplikasi Ferizy kini mencakup tiga lintasan utama: Bitung–Ternate (dilayani KMP Portlink VIII dan KMP Dalente Woba), Bitung–Melonguane (KMP Labuhan Haji), serta Bitung–Tobelo (KMP Labuhan Haji dan KMP Ranaka). Direktur Utama ASDP, Heru Widodo, menyebut digitalisasi ini mempercepat konektivitas antarwilayah dan mendukung kelancaran arus logistik, distribusi kebutuhan pokok, hingga pergerakan wisatawan.“Pelabuhan Bitung adalah gerbang aktivitas ekonomi dan pariwisata di kawasan timur. Dengan Ferizy, mobilitas lebih tertata, antrean berkurang, penggunaan kertas menurun, dan operasional menjadi lebih efisien. Ini bagian dari upaya kami menekan jejak karbon di proses layanan,” ujar Heru dalam keterangannya, Minggu (9/11). Corporate Secretary ASDP, Shelvy Arifin, menambahkan bahwa digitalisasi tiket turut mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Kawasan Bitung dan daerah sekitarnya memiliki kekuatan di sektor perikanan, komoditas kelapa, hingga wisata bahari. “Dengan mobilitas yang lebih lancar, distribusi hasil laut seperti cakalang hingga akses wisata pesisir makin terbuka. Ini mendukung roda ekonomi komunitas,” jelas Shelvy.Data ASDP menunjukkan bahwa sepanjang Januari hingga Oktober 2025, ketiga lintasan tersebut telah menyeberangkan 22.029 penumpang dan 19.234 kendaraan, mencerminkan tingginya mobilitas masyarakat dan wisatawan di kawasan ini.ASDP mencatat hingga Agustus 2025, pengguna aplikasi Ferizy mencapai 3,23 juta akun, meningkat 24,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya (2,59 juta akun).Ilustrasi menanam mangrove Foto: Shutter StockTak hanya di sisi layanan, langkah dekarbonisasi ASDP juga diwujudkan melalui restorasi mangrove di pesisir Mawali, Bitung. Pada pekan lalu, perseroan menanam sebanyak 3.000 bibit mangrove. “Lingkungan adalah ruang hidup bagi manusia dan seluruh ekosistem. Menjaganya berarti menjaga masa depan,” jelasnya.Program ini dilaksanakan bersama climate-tech Jejakin, yang memastikan keberlanjutan melalui pemantauan pertumbuhan, penghitungan serapan karbon, hingga pelaporan berbasis data. ASDP juga menerapkan prinsip keberhasilan bibit, yakni penyulaman jika tingkat hidup tanaman di bawah 10 persen.Langkah ini mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), khususnya poin 13 (aksi iklim) dan 15 (ekosistem darat), serta menjadi contoh penerapan nature-based solution dalam mitigasi perubahan iklim.Sejak 2023, ASDP telah menanam total 6.000 mangrove di Jepara, Kayangan (NTB), dan Bitung. “Kami ingin ini menjadi gerakan kolektif, bukan sekadar aksi tanam pohon. Menjaga bumi adalah warisan bagi generasi berikutnya,” kata Shelvy.