Pedagang Thrifting Respons Pasar Senen Mau Di-rebranding Jadi Pusat Brand Lokal

Wait 5 sec.

Aktivitas thrifting di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025). Foto: Argya Maheswara/kumparanPemerintah berencana me-rebranding Pasar Senen di Jakarta Pusat, yang selama ini dikenal sebagai pusat belanja produk bekas atau thrifting, menjadi sentra penjualan produk dan brand lokal. Hal ini juga direspons oleh beberapa pedagang di Pasar Senen.Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga mengatakan bakal menerbitkan aturan baru untuk menindak maraknya praktik impor pakaian bekas.Marijan (56) yang merupakan salah seorang pedagang pakaian bekas di Pasar Senen mengaku tak setuju dengan pembatasan impor pakaian bekas. Menurutnya, keberadaan kegiatan thrifting pakaian bekas seharusnya bukan menjadi langkah utama pemerintah jika ingin mendukung produk dan brand lokal.Alih-alih memberantas aktivitas thrifting pakaian impor, Marijan menilai seharusnya pemerintah terlebih dahulu memberantas banyaknya pakaian baru dari luar negeri yang saat ini menguasai pasar.“Mending yang gede dulu habisin. Baru dari China, semuanya dari China sekarang, pakaian baru, pakaian muslim sekarang (seperti) di Tanah Abang itu kan yang menghantam (produk dan brand lokal),” kata Marijan kepada kumparan, Minggu (9/11).Aktivitas thrifting di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025). Foto: Argya Maheswara/kumparanDi Pasar Senen, Marijan mengaku sudah mulai berjualan pakaian bekas sejak 1991. Adapun produk yang menjadi fokus dagangannya adalah jas dan blazer bekas asal Jepang dan China. Maka dari itu, ia meminta pemerintah agar mengkaji terlebih dahulu kebijakan mengenai diperketatnya impor pakaian bekas.“Sekarang pemerintah tuh periksa lah baik-baik dulu ke bawah. Jangan asal thrifting-thrifting aja kan,” ujarnya.Pertanyakan Skema Re-branding Pasar Senen Jadi Pusat Brand LokalUntuk saat ini, Marijan menjelaskan skema bisnis yang dijalani adalah dengan mendapat barang dagangan terlebih dahulu dari para penyuplai tanpa kewajiban membeli barang tersebut sebagai belanja modal. Barang tersebut nantinya baru dibayar.Jika nantinya Pasar Senen dijadikan pusat brand lokal, Marijan masih mempertanyakan bagaimana skema yang akan diusung pemerintah utamanya untuk pedagang-pedagang pakaian bekas yang masih eksis di Pasar Senen.“Setiap minggu kami setor, kurang, tambah lagi. Kami sampai ratusan juta utang sama bos-bos itu (penyuplai). Apa pemerintah mau begitu? Apa UKM yang bikin-bikin di sana tuh sanggup ngasih utang dulu? Dijual dulu baru dikasih duit (bayar),” kata Marijan.Aktivitas thrifting di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025). Foto: Argya Maheswara/kumparanSebelumnya, Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, telah bertemu dengan perwakilan pedagang Pasar Senen untuk membahas rencana peralihan tersebut. Katanya, para pedagang siap beradaptasi dan mulai menjual produk-produk lokal, meski proses transisi membutuhkan waktu.Selain Marijan, suara lain juga datang dari Jefrial (47) yang merupakan pedagang topi bekas di Pasar Senen. Ia mengaku sudah mulai berjualan topi bekas sejak tahun 1995 di Pasar Senen.Dengan rencana Pasar Senen dijadikan pusat brand lokal, Jefrial menilai langkah tersebut susah untuk dijalankan. Hal ini karena Pasar Senen sudah dikenal sebagai pusat thrifting sejak lama.“Kayaknya susah (dijadikan pusat brand lokal), soalnya dari dulu tahunya di sini begini, dari mana-mana aja, Jabodetabek, Serang, Banten, di sini semua belanjanya,” cerita Jefrial.Terkait rencana pemerintah untuk memperketat impor fashion impor, Jefrial menuturkan ia juga tak setuju dengan hal tersebut.“Kalau kita yang sudah biasa dagang thrifting begini jelas enggak setuju,” kata Jefrial.“Kita sudah punya langganan dan segala macam. Kita cari makan dari dulu di sini. Jadi, gimana pun juga, pasti bingung lah. Rencana yang baru itu, ya nggak setuju lah. Saya yakin, rata-rata pedagang juga nggak setuju,” lanjutnya.Aktivitas thrifting di Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Minggu (9/11/2025). Foto: Argya Maheswara/kumparanTerbantu Bisa Bekerja karena Ada Aktivitas ThriftingBerbeda dengan Marijan dan Jefrial yang merupakan pemilik toko, cerita lainnya datang dari Dika (21) yang merupakan pekerja di salah satu toko thrift di Pasar Senen. Pemuda asal Pacitan tersebut mengaku sudah merantau usai pandemi di tahun 2020.Setibanya di Jakarta, Diki mengaku keberadaan toko thrift membuka lapangan kerja sehingga ia juga terbantu untuk mendapat pekerjaan dengan mudah.“Terbantulah (dengan toko thrift), orang-orang daerah juga yang tidak berpendidikan juga bisa ikut kerja,” cerita Dika.Terkait keberadaan impor pakaian bekas yang dinilai dapat melemahkan produk atau brand pakaian lokal, Dika menilai hal tersebut seharusnya tak terjadi jika persaingan terjadi secara sehat. Ia pun tak setuju jika impor pakaian bekas diperketat karena menurutnya aktivitas thrifting sudah menciptakan banyak lapangan kerja.“Iya bersaing secara sehat aja gitu. Jadi jangan nyalahin soal thrifting, ngancurin UMKM atau ngalahin-ngalahin baju-baju lokal gitu. Di sini juga banyak kan orang-orang perantau dari mana-mana pada kerja di sini,” ujarnya.