Lini mobil listrik konsep Honda Zero Alpha lakukan debut di Japan Mobility Show 2025. Foto: Aditya P. Niagara/kumparanHonda Motor Corporation dilaporkan tengah dirundung tekanan kompetisi pasar dan faktor geopolitik yang membuat perusahaan harus menyesuaikan ulang target pendapatan laba tahunan mereka hingga 20 persen, setelah pasar ditutup.Dilansir Reuters, manuver tersebut disinyalir sebagai respons jenama Jepang itu menghadapi peta bisnis otomotif global yang semakin dinamis. Utamanya soal invansi mobil listrik China di beberapa negara yang kian masif.Honda masih harus menghadapi masalah pasokan semikonduktor yang berasal dari perusahaan berbasis di Belanda, Nexperia. Pemerintah setempat juga baru saja mengambil alih entitas yang dimiliki oleh Wingtech asal China.Beberapa negara, tak terkecuali di kawasan Asia Tenggara selama ini menjadi pondasi kuat penjualan kendaraan roda empat Honda. Namun beberapa periode tahun terakhir, dominasinya mulai diganggu oleh sejumlah pemain asal China, BYD salah satunya.Honda Step WGN di GIIAS 2025. Foto: Fitra Andrianto/kumparanPerang harga yang kian sengit dan kompetitif, kemudian kemampuan produksi skala besar serta efisien yang dimiliki sebagian besar merek China menjadi tantangan tersendiri untuk Honda, dan juga beberapa pelaku pabrikan Jepang lainnya.Hal itu diamini oleh Wakil Presiden Eksekutif Honda, Noriya Kaihara yang menyebut tantangan saat ini bukan sekadar penurunan penjualan. Melainkan strategi radikal seperti pemberian insentif mandiri, hingga pemangkasan harga semata untuk menarik pembeli.“Di pasar seperti Thailand, persaingan kini sangat ketat dan kami kehilangan daya saing dalam hal harga,” ujar Kaihara.Kini, Honda memasang target penjualan kendaraan baru untuk kawasan Asia, termasuk China sebanyak 925 ribu unit dalam satu tahun. Terpangkas 10 persen dari rencana sebelumnya yang diproyeksikan terjual 1,09 juta unit.Kondisi diler GWM Jemursari, sebelumnya merupakan diler Honda. Foto: Farusma Okta Verdian/kumparanTahun 2025 belum rampung, tetapi lesunya penjualan mobil Honda mulai dirasakan beberapa pasarnya di ASEAN. Misalnya, pabrikan harus rela kehilangan 30 persen penyerapan pasar selama sembilan bulan tahun ini di Indonesia.Di Malaysia, penjualan mereka anjlok 18 persen dan di Thailand sebanyak 12 persen. Faktor lainnya yang tak bisa ditandingi Honda adalah lemahnya pabrikan dalam hal melahirkan model atau produk baru untuk pasar.Manufaktur Jepang itu kini mencari cara agar perputaran bisnisnya kian kompetitif dan dapat terus berjalan, salah satunya dengan mengincar kue yang lebih besar di pasar otomotif India. Negara yang tidak terlalu terbuka dengan serbuan kendaraan asal China.Serupa dengan Toyota dan Suzuki, Honda ingin India dijadikan sebagai negara basis produksi dan ekspor kendaraan listrik buatannya. Namun strategi ini dinilai belum efektif untuk rencana jangka panjang.“Honda menghadapi kesenjangan profitabilitas antara bisnis mobil dan motor yang semakin melebar. Jika dipisahkan, bisnis sepeda motor Honda bisa saja berkembang pesat secara global,” ujar pendiri Tsukuda Mobility Research Institute, Yoshio Tsukada.Pasar kendaraan roda empat Honda terbesar secara global masih ditopang oleh Amerika Serikat, cakupannya mencapai 42 persen dari total keseluruhan. Ini juga tumbuh 4 persen secara Year-on-Year (YoY).