Sodet Plastik Bisa Lepaskan Zat Berbahaya Pemicu Kanker

Wait 5 sec.

Ilustrasi sodet plastik. (Pexels/Karola G)JAKARTA - Alat yang digunakan untuk memasak harus diperhatikan dengan baik, karena bisa saja berisiko mikroplastik yang memicu kanker. Salah satu alat masak yang wajib diwaspadai dengan risiko demikian adalah sodet atau spatula.Ahli biomedik Universitas IPBA, Benedikta Diah Saraswati, SSi, MBiomed, mengatakan bahwa spatula berbahan plastik paling berisiko, terutama saat terpapar panas tinggi. Spatula tersebut bisa mengalami degradasi termal saat digunakan pada suhu tinggi."Ikatan kimia dalam polimer bisa terurai dan melepaskan senyawa berbahaya ke makanan,” kata Benedikta, dikutip laman IPD University, pada Senin, 10 November 2025.Senyawa yang bisa muncul adalah Bisphenol A (BPA), ftalat, formaldehida, dan amina aromatik. BPA dan ftalat termasuk kelompok endocrine disruptor, zat yang dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh, terutama hormon estrogen."Paparan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesuburan, resistensi insulin, masalah perkembangan janin, dan meningkatkan risiko kanker,” jelasnya.Bahaya akan semakin meningkat saat sodet plastik sudah mulai meleleh. Saat itu, ikatan polimernya akan terurai dan melepaskan monomer sisa seperti styrene, ethylene, dan propylene yang bersifat neurotoksik dan hepatotoksik, yang berpotensi karsinogenik.Tak hanya itu, gesekan antara sodet plastik dan permukaan wajan bisa menghasilkan mikroplastik yang mungkin ikut tertelan bersama makanan. Ini bisa mengendap di jaringan tubuh dan memicu berbagai penyakit kronis."Partikel ini bisa menembus dinding usus, masuk ke aliran darah, dan mengendap di jaringan tubuh. Akibatnya, dapat memicu stres oksidatif, peradangan kronik, serta gangguan imun dan metabolik,” tambahnya.Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan sodet berbahan silikon food-grade, yang jauh lebih stabil dan aman dibanding sodet plastik. Silikon tersusun dari rantai silika yang tahan panas dan tidak mengandung BPA, ftalat, maupun PVC."Silikon murni tidak memicu stres oskidarif atau gangguan hormonal, sehingga aman digunakan jangka panjang,” pungkas Benedikta.