MUI Jepara dan Teladan dalam Membangun Kehidupan Beragama yang Rukun, Sejuk, dan Bermartabat

Wait 5 sec.

Islam Times.com' target='_blank'>Islam Times — Di bawah langit Donorojo yang teduh diselimuti gerimis lembut, Musyawarah Kecamatan (MUSCAM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Donorojo berlangsung penuh khidmat di Pendopo Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Rabu (12/11). Suasana yang hangat dan bersahaja menyelimuti jalannya kegiatan, yang dihadiri jajaran Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Jepara, pejabat pemerintah kecamatan, aparat keamanan dari Polsek dan Koramil, serta perwakilan berbagai ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Ahlulbait Indonesia (ABI).Ketua MUI Kabupaten Jepara, KH. Dr. Mashudi, hadir bersama Ir. H. Sholih, MM., KH. Achmad Chusairi, S.Pd., KH. Miqdad Turkan, K. Zainal Habib, dan Ust. Muhlisin.Dalam forum yang kental dengan nuansa persaudaraan itu, KH. Muhammad Nur kembali dipercaya menakhodai MUI Kecamatan Donorojo. Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya menjaga serta memperkuat kerukunan antarumat beragama, sebuah tradisi luhur yang telah mengakar kuat di Donorojo jauh sebelum berdirinya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).“Sebelum FKUB dibentuk, kami bersama KH. Ubaidillah (almarhum) sudah mendirikan Forum Komunikasi Lintas Agama (FORMULA) sebagai wadah dialog antarumat beragama,” ujarnya dengan nada penuh kenangan.MUI Jepara: Tenda Besar KeumatanDalam kesempatan yang sama, Ketua MUI Kabupaten Jepara, KH. Dr. Mashudi, menegaskan bahwa MUI merupakan tenda besar keumatan, tempat bernaungnya aspirasi umat sekaligus mitra strategis pemerintah (shodiqul hukumah) dan pelayan masyarakat (khodimul ummah).Salah satu isu yang menjadi perhatian utama MUI Jepara adalah rencana pembangunan peternakan babi modern oleh PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). Dengan tegas dan bijak, MUI Jepara menyatakan penolakannya.“Atas permintaan MUI Pusat dan MUI Provinsi Jawa Tengah, kami telah melakukan kajian mendalam. Hasilnya, hampir seluruh masyarakat Jepara menolak rencana tersebut,” tegas KH. Mashudi.Meski proyek tersebut menjanjikan investasi hingga Rp20 triliun dengan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp1,5 triliun per tahun, MUI menilai bahwa aspek moral, sosial, dan budaya masyarakat tidak boleh dikorbankan atas nama ekonomi.“Investasi besar bukan alasan untuk mengabaikan nilai-nilai keagamaan dan aspirasi umat. Setelah berkoordinasi dengan berbagai MUI kabupaten di Jawa Tengah, hampir semuanya sepakat menolak,” ujarnya mantap.Menjaga Moral, Merawat HarmoniLebih lanjut, KH. Mashudi menegaskan bahwa MUI memiliki tiga peran utama: sebagai mitra pemerintah, pelayan umat, dan penjaga moral bangsa. Selain mengawal isu-isu strategis daerah, MUI Jepara juga aktif dalam pencegahan narkoba serta pembinaan generasi muda.“Kami tidak boleh lelah dalam berkhidmat kepada umat,” tuturnya dengan tegas namun lembut.Kiprah MUI Jepara tak berhenti pada ranah wacana. Lembaga ini aktif memelihara harmoni lintas iman melalui kegiatan sosial dan lingkungan, mulai dari penghijauan hingga aksi kemanusiaan bersama berbagai elemen masyarakat.“Sejak lama kami melibatkan berbagai unsur agama dalam kegiatan sosial dan pelestarian lingkungan. Atas upaya itu, MUI Jepara pernah menerima Harmony Award beberapa tahun lalu,” ungkap KH. Mashudi.Jepara, Teladan KerukunanKeterlibatan beragam unsur mazhab Islam, termasuk Ahlulbait Indonesia (ABI), dalam kepengurusan MUI Kabupaten Jepara menjadi bukti nyata kedewasaan spiritual yang tumbuh subur di tanah ukir ini. Perbedaan tidak dipandang sebagai ancaman, melainkan sebagai keindahan mozaik yang memperkaya kebersamaan dan mempertebal rasa persaudaraan.Di bawah kepemimpinan KH. Mashudi beserta Dewan Pimpinan, MUI Jepara tampil sebagai lembaga yang inklusif dan visioner. Jepara pun meneguhkan dirinya sebagai teladan bagi daerah lain dalam membangun kehidupan beragama yang rukun, sejuk, dan bermartabat.Keharmonisan yang tumbuh di Jepara bukan semata hasil kebijakan formal, melainkan buah dari kesadaran kolektif untuk menegakkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika serta menghidupkan amanat konstitusi, yaitu menjaga persatuan dalam keberagaman.Dari Jepara, semangat itu terus berembus yang menegaskan pesan bahwa kerukunan bukan sebatas slogan, melainkan napas kebangsaan yang mesti dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. []Sumber: Ahlulbaitindonesia