Ilustrasi sel, sumber: Pexels.Sewaktu masih bersekolah dulu di SMA, saya diajak bersama teman-teman melihat tumbuhan bersel satu dengan mikroskop. Spontan ingin tahu, dan setelah melihat tumbuhan tersebut saya berpikir untuk apa makhluk sekecil itu hidup, dan bertahan dalam kesendirian. Apa manfaat tumbuhan yang begitu kecil dan sederhana bagi kompleksitas kehidupan manusia?Siapa sangka, makhluk hidup yang hanya terdiri dari satu sel dapat mengajarkan banyak hal tentang kehidupan manusia. Dalam biologi, tumbuhan bersel satu atau organisme uniseluler seperti Chlorella vulgaris dan Euglena gracilis (Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., & Jackson, R. B., 2017) adalah bentuk kehidupan paling sederhana yang telah ada selama miliaran tahun.Mereka tidak memiliki jaringan atau organ seperti tumbuhan tingkat tinggi, namun mampu melakukan seluruh fungsi kehidupan secara mandiri. Hal ini menegaskan bahwa kesederhanaan bukanlah kekurangan, melainkan bentuk efisiensi alami yang telah teruji oleh waktu.Dalam satu sel kecil, tumbuhan uniseluler menyimpan struktur yang kompleks: membran sel, sitoplasma, inti, dan kloroplas yang bekerja bersama untuk mempertahankan hidup (Raven, Johnson, & Mason, 2014). Mereka melakukan fotosintesis dengan memanfaatkan energi matahari untuk menghasilkan oksigen dan glukosa, suatu proses yang menjadi dasar kehidupan di bumi. Di sinilah kebijaksanaan alam tersingkap—bahwa keseimbangan dan keteraturan dapat lahir dari sistem paling kecil sekalipun.Keunikan lain dari tumbuhan bersel satu, yaitu kemampuan dirinya beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Ketika intensitas cahaya menurun, Euglena dapat mengubah cara hidupnya dari autotrof menjadi heterotrof dengan memakan partikel organik di sekitarnya (Madigan, M. T., Bender, K. S., Buckley, D. H., Sattley, W. M., & Stahl, D. A., 2018). Mekanisme ini mencerminkan fleksibilitas dan daya tahan yang luar biasa—suatu sifat yang sering hilang dalam kehidupan manusia modern yang serba cepat dan tidak sabar terhadap perubahan.Dalam perspektif ekologis, kemampuan tumbuhan bersel satu menyesuaikan diri terhadap tekanan lingkungan merupakan bentuk strategi bertahan yang luar biasa. Beberapa alga mikroskopis mampu membentuk spora dorman ketika lingkungan ekstrem, lalu aktif kembali saat kondisi membaik (Tortora, Funke, & Case, 2016). Hal demikian mengajarkan kepada manusia bahwa bertahan hidup bukan soal kekuatan fisik, melainkan kecerdasan dalam membaca situasi dan menunggu waktu yang tepat untuk bertumbuh kembali.Ironisnya, manusia—yang jauh lebih kompleks dan berakal—sering kali kehilangan keseimbangan saat menghadapi tekanan hidup. Dalam pandangan psikologi positif, manusia kerap gagal mengelola stres karena kehilangan kemampuan adaptif yang secara alami dimiliki oleh makhluk hidup sederhana (Seligman, 2011). Tumbuhan bersel satu menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan bisa tetap berlanjut bahkan dalam keterbatasan, asalkan ada kemampuan untuk menyesuaikan diri.Lebih jauh lagi, peran ekologis tumbuhan bersel satu sangat vital bagi keberlangsungan planet ini. Sekitar 70% oksigen di atmosfer bumi dihasilkan oleh fitoplankton dan alga mikroskopis di laut (Falkowski & Raven, 2013). Mereka juga menjadi fondasi rantai makanan laut, menyediakan nutrisi bagi ikan dan organisme lainnya. Ini menegaskan bahwa kehidupan kecil di bawah mikroskop sebenarnya menopang kehidupan besar yang tampak di mata manusia.Selain manfaat ekologis, tumbuhan bersel satu juga berkontribusi dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Chlorella digunakan sebagai suplemen makanan karena kandungan proteinnya yang tinggi, vitamin B12, serta antioksidan (Becker, 2007).Di sisi lain, penelitian modern mengembangkan mikroalga sebagai bahan bakar hayati ramah lingkungan yang berpotensi menggantikan sumber energi fosil (Chisti, 2007). Dengan demikian, kehidupan uniseluler memberi sumbangan konkret bagi peradaban manusia, baik dalam keberlanjutan energi maupun kesehatan masyarakat.Pelajaran moral yang dapat kita tarik dari tumbuhan bersel satu, yakni pentingnya kemandirian. Mereka tidak bergantung pada organisme lain untuk bertahan hidup. Dalam konteks manusia, hal ini berarti kemampuan mengatur diri, bekerja keras, dan menghasilkan nilai dari potensi yang dimiliki. Sebagaimana Chlorella menghasilkan makanannya sendiri, manusia pun dipanggil untuk menjadi produktif dan tidak pasif terhadap keadaan.Selain kemandirian, keseimbangan menjadi nilai penting yang ditunjukkan tumbuhan uniseluler. Mereka menjaga harmoni antara diri dan lingkungannya melalui proses alami yang berkelanjutan. Jika manusia meneladani keseimbangan ini, kerusakan ekologis akibat eksploitasi berlebihan dapat ditekan. Prinsip sederhana ini sejalan dengan gagasan ekoteologi modern yang menekankan tanggung jawab moral manusia terhadap alam (White, 1967).Kesederhanaan hidup tumbuhan bersel satu juga menyingkap nilai spiritual yang mendalam. Dalam keterbatasan, mereka tetap memberi kehidupan bagi yang lain—menghasilkan oksigen, menjadi makanan, bahkan sumber energi. Dalam perspektif etika ekologis, ini merupakan bentuk “kedermawanan biologis,” di mana setiap makhluk hidup memiliki peran memberi tanpa pamrih (Naess, 1989). Manusia, sebagai makhluk berakal, seharusnya meniru prinsip ini dalam kehidupan sosial dan ekologis.Dengan demikian, belajar dari tumbuhan bersel satu berarti merenungi kembali relasi manusia dengan kehidupan. Kita diajak untuk tidak sombong terhadap kompleksitas diri, melainkan rendah hati terhadap kebijaksanaan sederhana yang diwariskan alam. Satu sel yang bekerja dengan disiplin dan efisien dapat menjadi cermin bagi manusia yang sering kehilangan arah dalam kompleksitas modernitas.Akhirnya, tumbuhan bersel satu mengajarkan bahwa kesejatian hidup bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang memberi makna bagi kehidupan lain. Dari yang paling kecil dan sederhana, kita belajar arti keseimbangan, ketahanan, dan kemandirian. Maka, sudah selayaknya manusia meneladani kebijaksanaan alam, yakni hidup sederhana, beradaptasi dengan bijak, dan berkontribusi tanpa pamrih bagi keberlanjutan kehidupan di bumi.