Profil Sultan Muhammad Salahuddin, Raja Bima yang Kini Jadi Pahlawan Nasional

Wait 5 sec.

Foto Sultan Muhammad Salahuddin saat penganugerahan gelar Pahlawan Nasional 2025 di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025). Foto: Zamachsyari/kumparanPresiden Prabowo Subianto mengangkat Raja Bima di awal abad 20 menjadi Pahlawan Nasional, di Istana Negara, Senin (10/11). Dia adalah Sultan Muhammad Salahuddin.Seperti apa profilnya?Dikutip dari tulisan Susi Sulastri berjudul 'Peranan Sultan Muhammad Salahuddin dalam Pengembangan Islam di Bima 1917-1951, Sultan Muhammad Salahuddin lahir pada tahun 1888.Ia diangkat menjadi Raja Muda (Jena Teke) oleh Majelis Hadat 7 pada tanggal 2 November 1899. Untuk menimba pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan, maka pada tanggal 23 Maret 1908 diangkat menjadi Jeneli Donggo (jabatan setingkat camat). Setelah ayahnya Sultan Ibrahim mangkat pada tahun 1915, Muhammad Salahuddin memegang tampuk pemerintahan. Suasana penganugerahan gelar Pahlawan Nasional 2025 di Istana Negara, Jakarta Pusat,Senin (10/11/2025). Foto: Youtube/Sekretariat PresidenKemudian pada tahun 1917 secara resmi dilantik (Tuha Ro Lanti) menjadi Sultan Bima ke-14 yang memerintah dari tahun 1917-1951 M.Ketika Sultan Muhammad Salahuddin menjadi Raja Bima pada 17 Oktober 1917 M, ia menerima tanggung jawab besar. Ia harus menata kerajaan yang mengalami kemerosotan atau lemah secara sosial dan ekonomi. Dari waktu ke waktu tekanan Belanda dalam hal pajak bukan mengendor tapi terus menyudutkan rakyat. Untuk itu, Sultan lebih banyak turun ke desa untuk melihat dan memberi motivasi langsung pada rakyatnya pada kala itu.Muhammad Salahuddin menjabat pada tahun 1917-1951. Saat itu, taraf kemajuan rakyat Bima masih dalam proses perkembangan dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan lain yang sudah maju. Pada awal perkembangan Islam di Bima, untuk membina dan mendidik kader-kader Islam dilakukan di rumah-rumah dan langgar sebagai wadah dan diajarkan oleh alim ulama. Namun, segala cara dalam hal pelaksanaannya belum dilaksanakan secara terorganisir. Di sisi lain bahwa di dalam tubuh kerajaan Bima terdapat goncangan politik. Sampai akhirnya, Ia mangkat dan meninggalkan takhtanya pada tahun 1951.