India Tak Seburuk yang Kita Kira: Mengurai Persepsi, Data, dan Kompleksitas

Wait 5 sec.

Makanan Accha Indian Soul Food Foto: Azalia Amadea/Kumparan​Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial dipenuhi potongan-potongan konten yang menggambarkan India seolah-olah identik dengan kekumuhan, ketidakbersihan makanan, dan masalah sanitasi.Representasi seperti ini menyebar cepat dan sering kali diterima tanpa proses verifikasi. Padahal, sebagaimana negara berpenduduk besar lainnya, realitas India jauh lebih kompleks daripada gambaran visual yang menjadi viral di internet.​Fenomena ini dapat dijelaskan melalui heuristik ketersediaan (availability heuristic); apa yang paling mudah terlihat sering kali dianggap sebagai kebenaran yang paling mewakili. Konten yang dramatis tentang ketidakbersihan kota atau kawasan kumuh memang cenderung lebih cepat viral dibandingkan dengan laporan pembangunan atau reformasi kebijakan publik. Akibatnya, publik menilai India dari cuplikan ekstrem, bukan dari data atau konteks yang utuh.Masyarakat Hindu India tengah membersihkan diri di Sungai Gangga Foto: Shutter Stock​Tantangan sanitasi di India tidak berdiri sendiri. Dengan populasi 1,4 miliar jiwa, urbanisasi di India berlangsung dalam skala yang luar biasa, lebih besar dari total populasi Uni Eropa. Negara mana pun yang menghadapi urbanisasi secepat itu pasti bergulat dengan persoalan serupa.Namun, di sisi lain, India juga menjalankan salah satu reformasi sanitasi terbesar dalam sejarah modern melalui "Swachh Bharat Mission", yang telah membangun lebih dari 100 juta fasilitas sanitasi dalam beberapa tahun. Dampaknya terhadap kesehatan dan perilaku masyarakat sudah mulai terukur dalam berbagai evaluasi kebijakan.​Isu makanan pun sering dinilai berdasarkan visual semata. Cuplikan makanan kaki lima yang tampil "berantakan" bukanlah representasi dari kuliner India secara keseluruhan. India memiliki tradisi gastronomi yang luas, standar keamanan pangan yang terus membaik, serta restoran berkelas internasional yang diakui secara global. Menjadikan satu segmen makanan jalanan (street food) sebagai representasi keseluruhan adalah penyederhanaan yang tidak sejalan dengan kenyataan.Kota serba biru di India. Foto: AFP/ANN TORNKVIST ​Kekumuhan di kota-kota besar India memang nyata, tetapi hal tersebut merupakan bagian dari proses urbanisasi yang terjadi secara cepat dan masif. Banyak negara berkembang menghadapi tantangan serupa, termasuk Indonesia.Yang sering luput dari perhatian publik adalah bahwa India juga membangun jaringan metro modern, kawasan industri terintegrasi, kota cerdas (smart cities), serta infrastruktur perkotaan baru yang menunjukkan arah pembangunan jangka panjang yang ambisius dan terencana.​Di luar isu-isu tersebut, India kini menjadi salah satu kekuatan global dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di antara negara G20. Negara ini juga rumah bagi ekosistem teknologi terbesar ketiga di dunia dan mempertahankan demokrasi dengan jumlah pemilih terbesar di planet ini. Fakta-fakta seperti ini jarang muncul di beranda media sosial.Perdana Menteri India Narendra Modi saat mengumumkan konsensus Deklarasi KTT Pemimpin G20 saat menghadiri "Sesi II: Satu Keluarga" pada KTT G20 di New Delhi, India, Sabtu (9/9/2023). Foto: Evelyn Hockstein/Pool via Reuters​Melihat India secara lebih berimbang bukan berarti mengabaikan masalah yang masih ada. Tantangan kebersihan, sanitasi, dan tata kota tetap besar. Namun, menilainya hanya dari sisi negatif juga tidak adil dan tidak akurat. India adalah negara yang sedang bergerak, bernegosiasi dengan tantangan struktural, dan berupaya memperbaiki kualitas hidup masyarakatnya dalam skala yang jarang dimiliki negara lain.​Pada akhirnya, memahami India secara rasional menuntut kita untuk meninggalkan pola pikir berbasis stereotip. Kita perlu melihat negara sebesar ini dengan kacamata proporsional. Ada masalah, ada kemajuan; ada kekurangan, ada upaya perbaikan. India tidak seburuk yang kita kira, tetapi juga tidak sesederhana yang tampak di layar ponsel. Ia adalah mozaik besar yang sedang dibentuk oleh sejarah, demografi, dan pembangunan jangka panjang.​Membaca India secara lebih utuh bukan hanya soal keadilan perspektif, melainkan juga cermin bagi kita sendiri bahwa dalam dunia yang semakin terhubung, kedewasaan memahami negara lain menjadi bagian penting dari kedewasaan kita dalam melihat dunia.