Ilustrasi minyak mentah. Foto: Alexander Knyazhinsky/ShutterstockHarga minyak mentah naik pada Selasa (11/11), karena dampak sanksi terbaru AS terhadap minyak Rusia dan optimisme atas potensi berakhirnya penutupan pemerintah AS, meskipun kekhawatiran kelebihan pasokan membatasi kenaikan.Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik USD 1,10, atau 1,72 persen menjadi USD 65,16 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 91 sen, atau 1,51 persen menjadi USD 61,04 per barel.Investor terus menilai dampak sanksi AS terhadap Rusia, dan dampaknya terhadap pasar minyak mentah dan bahan bakar olahan. Lukoil Rusia (LKOH.MM) menyatakan keadaan kahar di ladang minyak Irak yang dioperasikannya, menandai dampak terbesar dari sanksi yang dijatuhkan bulan lalu.Analis PVM Tamas Varga mengatakan pembatasan ekspor bahan bakar akibat sanksi menopang harga minyak di tengah kelebihan pasokan minyak mentah.Produsen Timur Tengah Arab Saudi, Irak dan Kuwait akan meningkatkan pasokan minyak mentah ke India pada Desember karena penyulingan India mencari alternatif selain pasokan Rusia, sumber di empat penyulingan India mengatakan pada Selasa.Pasar juga melihat dukungan karena penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah AS dapat berakhir minggu ini setelah Senat menyetujui kompromi yang akan memulihkan pendanaan federal.DPR yang dikuasai Partai Republik akan memberikan suara atas kesepakatan itu pada Rabu sore. Namun, kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan minyak mentah menghambat kenaikan harga.Awal bulan ini, OPEC+ sepakat untuk meningkatkan target produksi Desember sebesar 137.000 barel per hari, tetapi juga sepakat untuk menghentikan sementara peningkatan pada kuartal I tahun depan."Pasar minyak juga menghadapi kelebihan pasokan yang cukup besar di tahun mendatang, sehingga harga kemungkinan akan tetap tertekan. Penyebab utama kelebihan pasokan ini adalah ekspansi pasokan yang signifikan oleh OPEC+," ujar analis Commerzbank dalam sebuah catatan.OPEC+, yang juga mencakup Rusia, telah menambahkan produksi sebanyak 2 juta barel per hari sejak April, dan keinginan kelompok tersebut untuk membalikkan pemotongan produksi sukarela lebih lanjut setelah jeda kuartal pertama dapat menambahkan 1 juta barel per hari ekstra di tahun mendatang, kata Commerzbank.